Sementara bagi yang bebal, akan meneruskan dengan pertanyaan lebih menyebalkan. Kalau sudah demikian, sebaiknya kita pamit dan pergi. Jangan sungkan, pada orang yang ngeselin.
"Mana calonnya?"Â , "masih beli pecel tapi sambalnya abis, jadi nunggu yang jualan beli kacang"
"Kok masih sendirian?", "lha emang dirimu manusia tak kasat mata, kan kita lagi ngobrol berdua"
 "Apa-apa kamu sudah punya, yang belum punya cuma satu", "Iya nih, manusia kan tempatnya kekurangan, kalau apa apa ada bukan jenis manusia dong"
Menjawabnya musti dengan penekanan kalimat yang datar, sehingga bisa mengeliminer emosi. Sertakan senyum tipis dan muka berseri sewajarnya. Kemudian pasang bahasa tubuh, bahwa kita tidak nyaman berada di tempat tersebut. Setelah menjawab, segeralah berlalu sebelum ada pertanyaan susulan.
Selucu-lucunya jawaban, di telinga orang tidak suka pasti tidak terdengar lucu. Karena terbersit niat menjatuhkan, di balik setiap pertanyaan yang dilontarkan. Maka kita sendiri, yang musti bisa mengendalikan keadaan.
Tak perlu memperdulikan, bagaimana reaksi penanya atau jawaban kita. Toh, mereka yang memulai ketidak enakan berlangsung, tanpa memikirkan perasaan yang ditanya.
So, mudik kali ini fokuskan pada sunhkem pada orangtua. Selebihnya, tentang pertanyaan julid penuh intimidasi. Jangan dianggap serius, dan jawab sekadarnya. Selamat bersiap-siap lebaran, Kompasianer's.