Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Cara Hemat Siapkan Bingkisan Lebaran

2 April 2024   13:56 Diperbarui: 2 April 2024   14:09 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianer's, di desa saya ada tradisi turun temurun. Kalau lebaran, yang muda berkunjung ke yang tua. Sebagai bentuk penghormatan, sekaligus menjaga silaturahmi. Hal ini saya lihat dari ibu, berkunjung ke Pakde dan bude di hari pertema lebaran.

Berkunjung tidak dengan tangan hampa, biasanya dengan menenteng bawaan. Kalau masa sekarang, dikenal dengan hampers atau paket lebaran. Ibuk memiliki tiga kakak (dari garis ayah), otomatis menyiapkan empat bawaan. Belum lagi ke kakek dan nenek, baik dari garis ibu atau ayah.

Namanya orang desa, bawaannya tidak terlalu wah. Seingat saya, ibu membawa 2 kilogram gula ditambah teh atau kopi. Tapi kalau yang disiapkan (misal) sepuluh bingkisan, lumayan juga dana musti disiapkan.

Salut saya dengan ibu, sesusah apapun keadaan tetap menyiapkan bawaan. Ini yang membuat saya, semakin kagum dengan sikap ibu. Demikian pula adik adik ibu, datang ke ibu dengan bawaannya.

Kalau pihak yang muda, datang dengan tangan kosong. Biasanya ada saja yang berkomentar, "wong jowo kok ra njowo" (orang jawa tapi tidak njawani/ paham).


Bagi saya adat yang baik, tak ada salahnya dilanggengkan. Toh, hanya setahun sekali. Agar tidak merasa berat, bisa disiapkan dari jauh hari.

Kini generasi ibu, sebagian besar sudah sepuh. Ibu saya 77 tahun, menjadi orang yang dituakan di kampung. Ibu menjadi jujukan para tetangga, suasana rumah menjadi sedemikian semarak. Di lemari ibu, penuh dengan kue dan bahan makanan bawaan tamu.

Kami anak-anaknya, meneruskan kebiasaan lebaran. Saya anak bungsu, menyiapkan bawaan untuk ibu dan kakak-kakak di kampung. Termasuk untuk bulek (adik ibu), tinggal beberapa orang karena yang lain sudah berpulang.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Untuk kebiasaan ini, saya mencontoh sikap ibu. Sesempit apapun kondisi, tetap mengupayakan. Kalaupun (terpaksa) tak sanggup, saya menyiasati menggeser mudik di luar lebaran.

Namanya kondisi keuangan, kadang-kadang di luar prediksi. Teman-teman yang sudah berkeluarga, kemungkinan sangat paham yang saya maksud.

Cara Hemat Siapkan Bingkisan Lebaran

Sebagai perantau, lebih dari tiga dasawarsa saya hidup di tanah seberang. Urusan mudik menjadi tidak sederhana, karena musti menyiapkan sejumlah dana yang tidak sedikit.

Untuk pulang kampung sekeluarga, setidak nya menyiapkan empat tiket musti dibeli (kalau PP berarti 8 tiket). Belum soal makanan saat di jalan, belum lagi bawaan untuk orangtua dan saudara tua. Masih ada lagi, menyiapkan angpao untuk keponakan.

Sampai di kampung, masih ada dana musti disiapkan. Biasanya sekeluarga pergi bersama, ke tempat wisata tidak jauh dari rumah. Kompasianer's tau sendiri, semua di hari lebaran harganya naik.

Menyoal bingkisan, akhirnya sebisa mungkin saya menyiasati. Meski tetap saja ada dana dianggarkan, tetapi tidak sebesar kalau musti belanja semua. Setelah saya praktekkan, rupanya cukup efekti. Terbukti selama ini, ibu dan saudara bersuka cita menerimanya.

-----

dok travelrien
dok travelrien

Sebagai konten kreator, saya mendapat undangan menghadari berbagai acara. Entah peluncuran produk, entah campaign sebuah brand, atau perayaan hari tertentu dari Kenterian atau isntansi pemerintahan.

Biasanya selepas kegiatan, kami undangan membawa pulang goody bag. Isinya macam-macam, bisa produk yang dilaunching, bisa barang yang relate dengan campaign, atau barang sesuai tema kegiatan.

Pernah saya mendapatkan kipas angin, sandal/ sepatu, tas atau produk UMKM, kain bahan atau batik, payung, blender, gelas multifungsi, timbangan badan elektronik dan lain sebagainya. Barang-barang keseharian seperti ini, biasanya saya simpan kalau tidak terpakai.

Saking seringnya mendapat goody bag, maka ada saatnya menumpuk.  Nah, barang-barang tersebut disortir. Terutama barang yang tidak dipasang logo, atau dicap nama kegiatan saya simpan. Kemudian di hari lebaran, dijadikan isian bingkisan hari raya.

Ibu dan kakak-kakak saya sangat seneng, mendapat barang yang tidak ada di desa. Kalaupun ada, biasanya mereknya yang kurang bagus. Maklum, desa saya termasuk terpencil. Kalau sore, minum akses kendaraan ke kota.

dokpri
dokpri

Agar isian bingkisan tampak beragam, biasanya saya tambahin barang kebutuhan pokok. Misalnya minyak ukuran satu liter, gula, sambal botol, teh/ kopi,sirup dan lain lain sebagainya.

Agar makin keren, dikemas di tote bag yang bagus. Tote bag ini juga, biasanya saya dapat dari berbagai undangan. Saya pilih yang bahannya tebal, biasanya dipakai penerima untuk banyak hal.

So, far. Cara saya gunakan, sangat-sangat menghemat pengeluaran. sebagai orang jawa, semoga saya dikategorikan orang yang njowo. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun