Tetangga sebelah rumah persis, baru saja membeli kucing lucu dan nggemesin. Bulunya putih bersh dan lebat, badannya gemoy peluk-able, khas kucing peranakan. Kalau sore, empunya menggendong mengelus-elus di halaman rumah. Tampak banget rasa sayang dan perhatian, kepada binatang peliharaan.
Istri dan anak suka kucing -- tapi tidak sampai merawat khusus---,suka mendekat dan goda kucing tetangga. Ikut membeli makanan, dengan seijin tetangga  sewaktu-waktu turut meberi makanan. Ada satu kucing kampung, menjadi langganan diberi makanan.
Saya biasa saja dengan kucing, pernah sekilas mendengar obrolan istri dan tetangga. Mereka membahas makanan kesukaan kucing, dan tetangga ini rupanya cukup fasih. Soal cat food, ternyata ada komposisi memenuhi kebutuhan pets.
Kandungan terdiri dari protein, kalsium, anti oksidan (untuk sistem imun), vitamin A, taurine, asam lemak, omega 3 dan 6 serta prebiotik. Masih diperbincangan itu, semua kandungan ada di satu merek terkenal.
Saya membatin, sebegitunya orang kalau sudah jatuh suka (termasuk sayang kucing). Makanan semahal apapun, dibela-belain membeli.
----
Sani B. Hermawa, Psi , psikolog Keluarga dan Anak, menyampaikan bahwa binatang peliharaan memiliki manfaat bagus, membantu meningkatkan ikatan emosional orang tua dan anak. Misalnya kucing yang dianggap sebagai anggota keluarga, bisa membantu membangun afeksi, memunculkan sikap care, empati, dan ikatan yang kuat antara anggota keluarga.
Masih menurut Sani, memelihara kucing bisa meningkatkan self esteem pada anak dibanding anak yang tidak memiliki binatang peliharaan. Hal ini bisa disebabkan, karena anak memiliki rasa tanggung jawab. Sehingga anak lebih ekspresif dan merasakan kebahagiaan.
Ya, beberapa kali saya pernah mendapati situasi, anggota keluarga ngariung kemudian semua focus pada binatang kesayangan. Selanjutnya tercipta suasana cair dan relaks, melihat ulah kucing yang lucu. Dampaknya, membuat hubungan lebih dekat antar anggota keluarga.
Drh. Nyoman Sakyarsih, seorang dokter hewan dan pendiri klinik hewan. Menyoroti kebiasaan masyarakat yang kurang tepat, kucing diberi makanan yang dimakan manusia. Misalnya diberi nasi dengan sisa lauk, pikirnya daripada dibuang. Â
Konon makanan sembarangan, bisa mempengaruhi kesehatan hewan kesayangan.
"Kucing termasuk hewan karnivora sejati, kalau diberi nasi bisa saja pencernaannya tidak bekerja sebagaimana mestinya," jelas Dokter Nyumi
Secara spesifik, dokter Nyumi -- panggilan akrab drh Nyoman- memaparkan makanan yang "don't" untuk Kucing. Seperti  Nasi, paracetamol, ikan mentah, bawang, susu, alkohol, kafein, coklat, permen, telur mentah, tulang, dog food, ragi, hati.
Cat Lovers dan Dampak Psikologisnya
Menyimak penjelasan ahli, mengingatkan saya pada Muezza, kucing kesayangan Rasulullah SAW. Ada kisah, suatu hari Nabi hendak mengambil jubahnya, dan ditemui Mueeza terlelap di atas jubah beliau. Karena tidak ingin mengganggu, Rasullul memotong bagian ljubah yang ditiduri si kucing kemudian pergi.
Sepulangnya Baginda Nabi, Muezza -yang sudah bangun-- merunduk mendekat. Sebagai balasan kasih sayang, Rasulullah mengelus badan kucing sebanyak tiga kali. Pun dalam keseharian, tak jarang Nabi menggendong atau ditaruh di pahanya. Kebiasaan Muezza yang disuka Rasulullah, adalah mengeong ketika terdengar adzan seolah mengikuti panggilan sholat lima waktu.
---
Di tengah masyarakat kita, Â sudah jamak pecinta kucing (cat lovers). Mereka rela merogoh kocek, untuk pengadaan makanan, pasir, atau dibuatkan rumah khusus. Bahkan ada teman, yang rutin membawa kucing kesayangan kontrol ke dokter hewan.
Saya bukan cat lovers sejati, hanya sekedarnya tetapi tidak benci kucing. Meyakini apa yang dilakukan teman-teman cat lovers, tentu bukan tanpa pertimbangan atau sebab. Bahwa dengan perhatian mereka pada pets, membawa dampak baik bagi empunya. Adalah perasaan bahagia, sehingga menjalani hari-hari menjadi penuh semangat.
So, teruslah menjadi cat lovers.- smoga bermanfaat.