Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

[Renungan Hari Ayah] Ayah, Jangan Celakai Buah Hatimu!

12 November 2020   11:24 Diperbarui: 13 November 2020   05:18 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berapa banyak orang yang membuat celaka anak-anaknya di dunia dan akhirat. Dikarenakan dia mengabaikannya, meninggalkan taqdib (hal hal yang membuat anak beradab). Dikarenakan dia membantu syhawatnya, tetapi orang ini menduga, dia sedang memuliakan anaknya. 

Dia menduga menyayangi padahal mendholimi anaknya. Maka hilanglah manfaat dari anaknya, dan menghilangkan jatahnya di dunia dan akhirat.  Kerusakan pada anak, penyebab utamanya datang dari para ayah.

Imam Ibnu Qayyim

Membuka hari ini, tepat di hari ayah (12/11/20). 

Saya dipertemukan dengan sebuah kajian (via youtube), dari seorang Ustad yang juga pakar sejarah Islam.

Menyimak dan meresapi isi kajian, saya seperti ditampar bolak balik. Saya seperti diajak melihat merasakan, dan tentunya mengalami sendiri (sebagai seorang ayah). Bahwa telah terjadi kesalahpahaman pada ayah, perihal kepengasuhan yang bermula dari tidak cukupnya ilmu si ayah.

Hal yang paling sederhana (misalnya) ketika hari ulang tahun anak, ayah membelikan mainan yang tidak bermanfaat (game).

Ayah tanpa ilmu, menganggap membelikan hadiah tersebut benar dan tepat. Buktinya anak senang, begitu menikmati mainan di tangannya. Tanpa sadar dampaknya, sangat mungkin lebih banyak mudhorot dibanding manfaat.

Pengalaman saya, meski orangtua dan anak bersepakat masalah waktu bermain. Tidak jarang anak masih menawar, bahkan kadang sembunyi sembunyi main games. (salah kita orangtua menyediakan).

tangkapan layar-dokpri
tangkapan layar-dokpri
"Ya orangtua musti tegas dong" (mungkin ada yang ngeyel seperti demikian).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun