Sungguh, saya bisa merasakan kesenangan serta efuforia di dada. Ketika mengetahui, melihat, mendengar, membaca, teman Kompasianer atau blogger memenangkan lomba blog.
Mereka menampilkan beragam ekspresi bahagia, ada yang ditunjukkan di akun medsos atau dibuatkan artikel tersendiri.
Poster pengumuman di pajang, atau foto saat penyerahan hadiah, atau foto hadiahnya yang dikirim dan sudah diterima.
Waah, hati pasti dibuat berbunga-bunga. Upaya telah dikerahkan membuahkan hasil, dan tentunya memotivasi diri untuk pencapaian berikutnya.
Hal demikian termasuk  Norakkah? Sombongkah? Pamerkah ? O, tidak !!
Ekspresi tersebut wajar dan (saya yakin) murni dari wujud perasaan bahagia, dan syah-syah saja toh tidak merugikan orang lain.
Kalau ada orang lain tidak suka, tentunya itu urusan mereka (yang tidak suka) sendiri lah. Kala ada yang iri wajar juga sebenarnya, kondisi ini musti dijadikan pelecut semangat berbuat terbaik.
Saya pribadi pernah (sesekali) menampilkan kebahagiaan, atas pencapaian telah diraih. Tak tahan meluapkan perasaan riang, bahwa saya juga bisa seperti teman yang lain.
Meski seiring berjalan waktu, luapan luapan itu tidak seintens di awal memenangi lomba. Saya memilih mengekspresikan, dengan cara lain yang tidak sama lagi.
Tetapi bukan berarti saya tidak bahagia atau bersyukur, hanya sekedar caranya saja yang tidak seekspresif dulu (mungkin pengaruh umur yak---hehe).
Tetapi lebih dari masalah cara berekspresi, saya sampai pada kesimpulan. Betapa setiap tulisan, ternyata punya jalan takdirnya sendiri-sendiri.