Beberapa kali berseliweran di TL medsos saya, status yang menuliskan kalimat "Bahagia itu sederhana".
Beberapa status sambil mempost, foto (misal) ubi atau singkong rebus bersanding secangkir minuman kopi atau teh berbaur suasana pagi.
Sebagai pembaca saya menangkap kesan atau (tepatnya) pesan penulisnya, bahwa bahagia dan sederhana yang dimaksud ternyata tak susah-susah.
Ya, bahagia sangat bisa didapatkan dengan cukup (murah), melalui seporsi singkong rebus disandingkan secangkir kopi atau teh.
Kemudian pada kesempatan lain, dengan caption yang sama (Bahagia itu sederhana) ditampilkan foto pemilik akun berpose bersama ayah atau ibu sudah sepuh.
Di foto tergambarkan anak yang sedang menunjukkan bakti, kemudian jelas terpancar raut sumringah dan bahagia di wajah kedua orangtua.
Saya juga pernah melakukan hal demikian, dan rasanya syah syah saja.
-----
Etapi jangan salah, ada yang demi menggapi perasaan bahagia, seseorang tak enggan merogoh kocek cukup dalam.
Masih menggunakan media sosial, mereka berpose di tempat yang menjadi landmark terkenal dari suatu kota atau negara.
Siapa tak kenal Menara Eifel, berpose dengan latar menara ini, orang sudah paham bahwa sedang berada di kota pusat mode dunia.
