Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menemukan Motivasi Hidup Sehat seperti Mendapatkan Hidayah

27 Januari 2020   06:12 Diperbarui: 27 Januari 2020   07:13 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu saya benar-benar dibuat kaget, setelah sebuah foto dibagikan di group watsap. Menampilkan gambar tiga kerabat, yang nyaris satu tahun saya tidak bertatap muka.

Satu dari dua kerabat (duduk di tengah), tampak badannya semakin bulat dan subur. Antara leher dan dagu seperti tidak berjarak, kaos ukuran super besar tidak sanggup menyembunyikan bentuk perutnya.

"Padahal, ini sudah tahan nafas lho" caption yang menyertai foto dikirim.

Sontak beberapa komentar menyaut, sebagian dengan nada bercanda. Saya tidak mau ketinggalan, menagih janji diet pernah diucapkan kerabat ini. Saya ingat beberapa kali bersua saat pulang kampung, kerabat ini berujar pengin diet supaya sehat.

Dari cerita beberapa saudara yang tinggal di kampung, kerabat satu ini beberapa kali dibawa ke dokter. Di usia yang sudah di atas empatpuluh tahun, mulai ada keluhan sakit ini dan itu.

Saya sangat memaklumi, mengingat pernah mengalami hal dan berada di posisi yang sama. Dulu ketika badan saya mirip-mirip kerabat ini, juga merasakan keluhan di sana-sini.

"susah dinasehatin, cuma didengar tapi nggak dipraktekin" ujar saudara yang lain.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
-----

Saya merasa beruntung, segera menemukan titik balik untuk segera bertransformasi. Ketika suatu saat, badan ini merasakan kesakitan yang sangat. Tahun ini terhitung masuk tahun ketiga, saya merubah gaya hidup dan mengokohkan pola pikir.

Sedikit demi sedikit perubahan saya rasakan di badan ini, rasanya semakin enteng dan keluhan yang pernah saya rasakan mulai beranjak pergi.

 "Mas, badannya sekarang kurusan, aku pengin banget kaya gitu," ujar kerabat yang badannya subur, ketika melihat perubahan itu.

Mendengar keinginan diet, membuat saya sangat antusias berbagi pengalaman saat merubah pola hidup. Bagaimana awal mula menjalani detox (membuang racun), dan mempertahankan pola pikir itu.

Saya menjabarkan jenis asupan apa yang sebaiknya dikonsumsi, bagaimana mengatur pola makan agar mendukung gaya hidup sehat.

Termasuk aktivitas fisik yang sebaiknya dilakukan, mulai dari bobot tubuh masih berat sampai mendekati ideal.

dokpri
dokpri
"Di awal diet, biasanya kepala terasa pusing dan kliyengan, tapi terusin saja" ujar saya semangat.

Saya melihat air muka kerabat ini penuh perhatian, pada beberapa kalimat saya diulang seolah ingin menegaskan penjelasan saya.

Bahkan saya tidak keberatan, menjelaskan pola konsumsi dari bangun tidur hingga malam menjelang tidur.

"Hindari gorengan, hindari gula, ganti dengan konsumsi buah dan sayur, pilih makanan yang diolah dengan direbus, ganti nasi dengan umbi-umbian (singkong, ubi), perbanyak minum air putih," saya berpanjang kata, "Kalau badan masih terasa berat, pilih olahraga seperti jalan cepat (jalan seperti orang sedang buru-buru), kalau sudah enteng bisa jogging".

Saya tidak bakal lupa, malam lebaran dua tahun lalu. Dua saudara ngobrol serius tapi santai, dan saya meyakini kerabat ini akan bertekad bulat (sebulat perutnya---hehehe).

Tapi begitu melihat foto dikirim malam itu, sungguh saya dibuat kecewa. Pasalnya, bentuk badan kerabat ini, justru lebih lebar dan membulat dibanding terakhir kali bersua.

Penjelasan panjang lebar saya sampaikan hingga berbusa, seperti menguap begitu saja alias tidak ada gunanya.

Menemukan Motivasi Hidup Sehat Seperti Mendapatkan Hidayah

"Nggak papa gendut, yang penting bahagia" ujar seorang teman yang mengaku punya bobot di atas seratus kilogram.

"Kurus juga belum jaminan bahagia kan," celetuk teman lain yang badannya gempal.

"Perut-perut gue sendiri, ngapain loe yang ribut" balas yang lain.

Saya pernah, mendengar kalimat-kalimat semacam ini. Seperti sebuah pembenaran, atas pilihan (gaya hidup) yang tengah dijalani.

dokpri
dokpri
Sungguh, saya sama sekali tidak menyalahkan pilihan setiap orang. Toh setiap bebas dengan keputusannya, setiap orang akan mendapatkan akibat (baik dan tidak) atas jalan hidup dipilih.

Saya pribadi juga tidak ambil pusing, karena saya tidak punya andil atas biaya atau apapun untuk akibat yang dirasakan.

Tetapi beda dengan kerabat saya di kampung, karena kami pernah mengikat kesepakatan, jadi saya berhak menagih janjinya.

Sebagai kerabat, saya punya kewajiban mengingatkan, meski agak sedikit memaksa dan demi kebaikan ayah satu anak ini.

Memang tidak mudah menumbuhkan motivasi hidup sehat, kalau tidak muncul dari dalam diri sendiri. Tetapi kalau orang terdekat tidak mengingatkan, pasti akan jauh lebih susah.

dokpri
dokpri
Saya tergelitik dengan japri keponakan yang menyimak obrolan di group, bahwa "menemukan motivasi hidup sehat itu susahnya seperti meraih hidayah".

Kalau belum dipertemukan dengan keadaan, yang memantik kesadaran dan menjadi moment titik balik. 

Maka niat diet akan berhenti pada sekedar niat, tidak pernah berwujud menjadi tindakan.

Saya mengamini hal ini, tapi bukan berarti (sebagai kerabat) kita diam dan membiarkan (katakan) kesadaran itu datang sendiri.

Sebagai manusia, kita diberi kesempatan berusaha. Sedangkan urusan keberhasilan, biarlah menjadi hak prerogatif sang khaliq.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun