Mendengar keinginan diet, membuat saya sangat antusias berbagi pengalaman saat merubah pola hidup. Bagaimana awal mula menjalani detox (membuang racun), dan mempertahankan pola pikir itu.
Saya menjabarkan jenis asupan apa yang sebaiknya dikonsumsi, bagaimana mengatur pola makan agar mendukung gaya hidup sehat.
Termasuk aktivitas fisik yang sebaiknya dilakukan, mulai dari bobot tubuh masih berat sampai mendekati ideal.
Saya melihat air muka kerabat ini penuh perhatian, pada beberapa kalimat saya diulang seolah ingin menegaskan penjelasan saya.
Bahkan saya tidak keberatan, menjelaskan pola konsumsi dari bangun tidur hingga malam menjelang tidur.
"Hindari gorengan, hindari gula, ganti dengan konsumsi buah dan sayur, pilih makanan yang diolah dengan direbus, ganti nasi dengan umbi-umbian (singkong, ubi), perbanyak minum air putih," saya berpanjang kata, "Kalau badan masih terasa berat, pilih olahraga seperti jalan cepat (jalan seperti orang sedang buru-buru), kalau sudah enteng bisa jogging".
Saya tidak bakal lupa, malam lebaran dua tahun lalu. Dua saudara ngobrol serius tapi santai, dan saya meyakini kerabat ini akan bertekad bulat (sebulat perutnya---hehehe).
Tapi begitu melihat foto dikirim malam itu, sungguh saya dibuat kecewa. Pasalnya, bentuk badan kerabat ini, justru lebih lebar dan membulat dibanding terakhir kali bersua.
Penjelasan panjang lebar saya sampaikan hingga berbusa, seperti menguap begitu saja alias tidak ada gunanya.
Menemukan Motivasi Hidup Sehat Seperti Mendapatkan Hidayah
"Nggak papa gendut, yang penting bahagia" ujar seorang teman yang mengaku punya bobot di atas seratus kilogram.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!