Maka kalau sudah dinyatakan hamil, musti diperhatikan kualitas kesehatan si ibu dan janinnya, Termasuk kecukupan gizi, serta kondisi psikologisnya. Karena kehamilan adalah momen istimewa, jadi sudah semestinya calon ayah dan ibu mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.
Menurut, Putu Andini, M.Psi. Psikologi keluarga dari Tiga Generasi, masa kehamilan istri seharusnya juga menjadi masa kehamilan suami juga. Peran suami sebagai support system penting, hal ini yang akan memberi perlindungan dan kenyamanan. Kemudian berpengaruh pada kesehatan janin, dan inilah yang dinamakan "Hamil Berdua."
Masih menurut Andini, bahwa masa kehamilan adalah masa rentan stres bagi ibu. Jadi kalau ada nasehat, yang mengatakan ibu hamil jangan stres. Sebaiknya pemberi nasehat, turut terlibat dalam supporting dalam masa kehamilan tersebut.
Bayangkan kompasianer, bagaimana ibu hamil tidak rentan stres. Pada tri semester pertama, ibu hamil muda dihadapkan pada rasa mual dan muntah-muntah. Biasanya si ibu jadi teler, bawaannya sering tidur karena kecapekan (setiap ibu hamil kondisinya berbeda).
Masa paling menantang, adalah tri semester ketiga. Ibu hamil dilanda sembelit dan ada rasa ngap saat bernafas. Tidur mulai tidak bisa nyenyak, dengan posisi miring salah, pengin telentang salah, tengkurap apalagi pasti tidak bisa.
Bagi orang terdekat, musti ambil bagian menjalankan fungsi sebagai support system. Suami wajib mengambil peran "Hamil Berdua", kemudian baru orangtua dan lingkungan pergaulan.
"Hamil Berdua" Wujud Dukungan Suami untuk Istri
Apa itu Hamil Berdua?
Adalah support atau dukungan kepada ibu hamil, bisa berupa sikap, tindakan, ucapan yang meringankan beban ibu hamil. Misalnya, suami mengingat jadwal kontrol ke dokter, menyediakan diri kapanpun untuk direpoti istri.