Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lelaki Sejati adalah Lelaki yang Setia

22 Oktober 2019   05:47 Diperbarui: 22 Oktober 2019   06:09 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun saya laki laki, tetapi pada satu hal ini saya sangat tidak setuju (tepatnya menentang). Ketika mendengar atau mendapati kisah, suami yang pengin menikah (lagi), padahal sang istri belum lama meninggal (apalagi kalau istri masih sehat wal'afiat).

Rasanya campur-campur, antara gemes, kesel, geram dan bingung musti berkata apa. Apa ya, yang terlintas di benak suami seperti ini. Sementara bunga ditabur di atas makam mendiang istri, kelopaknya masih juga segar bugar dan merona.

Sementara dia menjadi saksi, anak-anaknya turun ke liang lahat demi mengubur sang ibunda. Peluh dan keringat anak-anak, belum juga sepenuhnya kering di dahi. Tiba-tiba sudah disodorkan keinginan si ayah, ingin segera menikah di usia yang sudah sepuh.

dokpri
dokpri
Oke, keinginan laki-laki untuk menikah bisa dianggap sesuatu yang wajar. Tetapi apa harus secepat itu, seolah rasa duka tak dirasakan sepeninggal pasangan jiwa.

Saya seorang laki-laki, seorang suami, dan ayah, bakal berpikir berulang kali, untuk mengambil keputusan (menikah) secepat itu. Keputusan yang (menurut saya) kurang elok, dan sekiranya bakal menggores perasaan orang yang dikasihi (baca anak-anak).

-------

"Cinta itu ingin memberikan, mungkin ada kecemasan, ketika tidak bisa memberikan kepada pasangan. Tetapi ketika reaksi pasangan, bahwa memberi bisa dalam bentuk yang lain. Maka itulah yang disebut empati, bahwa perkawinan adalah tempat berbagi, bahwa perkawinan tidak menuntut, dan ini yang membuat perkawinan indah sekali," Ieda P. Sigit Sidi, Konsultan Perkawinan.

dmi.or.id
dmi.or.id
Kompasianer, mungkin pernah mendengar nama Eko  Priyo Pratomo seorang praktisi di bidang financial dan penulis buku. Yang baru kali pertama membaca, monggo silakan googling, kisah inspiratif beliau ada jejak digitalnya kok.

Bukan profesi dan tingkat keilmuan Eko Pratomo, yang membuat saya jatuh suka dan berdecak kagum. Tetapi tentang pilihan sikap setia, ketika belahan jiwa sedang terpuruk telah teruji. Sehinga membuat saya, perlu banyak belajar kepada pria berhati mulia seperti beliau.

Eko Pratomo memilih bergeming, tetap mendampingi sang istri Dian Wahdini Syarief. Pada usia pernikahan ke sembilan, Sang istri terdiagnosa sakit lupus yang menyebabkan kehilangan 95% penglihatan.

Kesetiaan sebagai laki-laki ini semakin teruji, tak lama setelah menderita lupus, mendapati kenyataan , rahim Dian  terpaksa diangkat. Masalah klasik terjadi, ketiadaan anak biasanya menjadi salah satu alasan laki-laki ingin menikah lagi. Sebagai istri, Dian merasa tidak mampu membahagiakan suami. Maka dengan penuh kesadaran dan kerelaan, mempersilakan sang belahan jiwa menikah lagi.

dokpri
dokpri
"Saya tidak boleh egois, bahwa suami juga berhak bahagia" ujar Dian.

"Kamu ada ada aja" jawab Eko, dan sampai saat ini terbukti tak berpaling hati.

"Maka kalau ada yang bertanya definisi suami, inilah jawaban dari itu semua" imbuh Ieda.

Laki Laki Sejati adalah Laki laki yang setia

Rasulullah manusia sempurna, adalah lelaki sejati dan setia. Dengan Siti Khadijah, sang baginda menjalani monogami sampai sang istri wafat. Kesetiaan Baginda Nabi teruji, setiap sikap, ucapan dan perbuatan beliau diaminkan semesta.

Menurut sebuah riwayat, Rasulullah sempat menduda dan merawat enam buah hati sediri. Rasulullah menikah dengan Saudah binti Zama'ah, seorang janda tua (55 tahun) dengan lima anak (riwayat lain menyebutkan 12 anak). Tujuan pernikahan Rasul adalah mulia, perempuan dinikahi (kecual Aisyah) adalah janda paruh baya dengan banyak anak.

--------

Masih sangat pendek, perjalanan dan pengalaman saya berumah tangga. Hal ini yang menjadi alasan, bahwa saya masih harus belajar dan terus belajar.  Kepada mereka yang telah kenyang makan asam garam, tak segan saya menimba ilmu dan memetik inspirasi.

Menurut Eko Pratomo, ijab kabul yang sakral bisa dijadikan alasan untuk bersetia dan belajar memegang komitmen. Bahwa saat ijab diucapkan, sesungguhnya suami sedang berjanji dihadapan Alloh SWT disaksikan orangtua dan sanak saudara.

dokpri
dokpri
Menjalani pernikahan memang penuh tantangan, dan jawabannya adalah mengerahkan upaya terbaik yang dimiliki. Dan kehidupan memiliki caranya, dengan menghadirkan orang-orang inspiratif seperti Eko Pratomo.

Maka ketika saya mendapati suami, "merengek" ingin menikah lagi, beberapa saat setelah jenasah istri dikebumikan. Bagi saya, kesetiaan suami macam ini patut dipertanyakan. Dan di mata saya, laki-laki seperti ini tidak bakal saya teladani. Wallahu'alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun