Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kambing Stres Dapat Sebabkan Daging Terasa Alot dan Prengus

9 Agustus 2019   09:48 Diperbarui: 9 Agustus 2019   16:42 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya dalam hitungan hari, kaum Muslim akan merayakan Lebaran Haji atau biasa disebut Hari Raya Idul Adha. Persis seperti Hari Raya Idul Fitri, di hari raya Idul Adha, kaum muslim berbondong-bondong menunaikan sholat ke masjid atau tanah lapang.

Bedanya di Hari Raya Idul Adha, selepas sholat dilanjutkan dengan penyembelihan hewan kurban, sedari kecil saya kerap melihat prosesi ini. Dan di Indonesia sendiri, lazimnya hewan kurban terdiri dari kambing/domba, sapi.

Siapa tidak gemar menikmati olahan daging kambing, kalau saya punya menu favorit yaitu kambing guling. Menu olahan ini ini terbilang cepat tandas, ketika disuguhkan pada gelaran hajatan perkawinan. Saya sering mendapati gubuk-gubukan di resepsi pernikahan, menu daging guling paling panjang antreannya.

Pernah pada satu pesta perkawinan teman, saya menyantap olahan daging kambing guling dengan bau prengus-nya (ada bau kambing yang menempel di daging). Bau ini biasanya tidak tercium, tapi baru berasa setelah dimakan. Biasanya dagingnya cenderung alot, saya enggan menghabiskan.

Ternyata bukan saya saja, tamu lain yang mengambil menu serupa tidak dihabiskan. Piring plastik ukuran kecil berserakan di lantai, kambing guling baru dicicipi satu dua potong. Duh, sangat disayangkan, kalau ada kambing guling ditelantarkan gara-gara alot atau bau prengus.

antrean kambing guling - koleksi pribadi
antrean kambing guling - koleksi pribadi
Konon, bau prengus pada olahan daging kambing atau domba, akibat kambing stres pada proses pengangkutan atau perawatan atau pada saat dijual.

Kondisi demikian, bisa menyebabkan menjadi daging gelap atau DFD (Dry Firm Dry), sehingga bau prengus tidak hilang, daging alot pada saat di kunyah---nggak asyik kan.

-------

Mbeeekkk---Mbeeeeeekkkk- Mbeeeeeekkkk

Selepas sholat subuh, saya pernah berpapasan dengan mobil boks yang mengangkut sekelompok kambing. Di bagian bak mobil dibuat kandang semipermanen, terdiri dari potongan bambu yang dijajar seluas sekira setengah meter kemudian dipaku.

Mobil bak terbuka dengan kandang bambu berisi kambing di dalamnya, dari suara hewan ternak ini, saya menangkap nada merana. Mendung mulai cerah, saya bisa memperhatikan bahwa kambing tampak tersiksa.

Di kandang sementara, tampak kambing diberi ruang sangat terbatas, sehimgga sekawanan hewan ini berusaha mencari celah untuk menyembulkan kepala di sela pembatas bambu. Asumsi saya, dengan menyembulkan kepala, mereka akan mendapatkan udara segar untuk bernafas.

Tampak posisi empat kakinya tertekuk, kesan saya tangkap kambing (terpaksa) didudukkan, dan mereka duduk berdempetan. Sungguh saya miris, perlakuan yang sangat tidak nyaman seperti ini, menyebabkan kambing rentan terkena stres.

Kalau saya, melihat proses pengangkutan seperti ini, tidak bakalan tega membeli kemudian mengirim ke masjid untuk dijadikan hewan kurban. Lebih baik saya mencari tempat lain (mungkin peternaknya langsung), yang saya yakini bagus memperlakukan hewan ternak.

menimbang kambing-dokpri
menimbang kambing-dokpri
Sekarang banyak lembaga atau institusi resmi, menyediakan hewan ternak dengan perawatan bagus sesuai standar penanganan. Lembaga resmi ini, biasanya bekerja sama dengan peternak langsung di berbagai daerah, kemudian digunakan untuk kurban di daerah bersangkutan.

Memilih Kambing Berkualitas

Kambing dengan daging berkualitas baik, bisa diidentifikasi pada beberapa faktor, yaitu teridentifikasi umur (di atas satu tahun), jenis kelamin dan riwayat kesehatannya. Dokter hewan berperan penting, untuk melakukan chek kesehatan secara rutin.

Menurut Febriandi Rahmatullah, Marketing and Planing Banten Farm, Pemeliharaan dan penanganan ternak yang baik, meliputi pemberian pakan, fasilitas kandang dan perlakuan yang nyaman. 

Hal ini penting dilakukan, untuk meminimalisir tingkat stres terjadi pada hewan ternak. Semakin kambing berada dalam perawatan bagus, tingkat stres semakin rendah, mempengaruhi kualitas daging ketika disembelih.

Febriandi Rahmatullah- dokpri
Febriandi Rahmatullah- dokpri
Masih menurut Febri, beberapa faktor yang ditengarai menjadi penyebab stres pada kambing, di antaranya:

Perubahan Suhu Udara

Kambing yang dibawa dari (misal) Garut, daerah yang udaranya relatif sejuk dan segar ---kita saja betah di sana. Begitu dipindahkan ke kota besar, (seperti layaknya manusia) akan kaget dengan udara panas, bising dan polusi,

Sirkulasi Udara Kurang Memadai

Di atas saya ceritakan, melihat kambing di mobil boks berebut menjulurkan kepada di sela bambu. Bayangkan betapa stres mereka, di kandang darurat dengan ruang gerak sangat terbatas. Dan tak bisa dipungkiri, sirkulasi udara (di dalam mobil boks) juga terbatas. 

Tingkat Kepadatan Kandang

Pengaruh dari ketersediaan lahan, kambing yang di kampung sangat mungkin mendapatkan kandang yang luas. Secara berkala dilepaskan di tanah lapang, mereka bisa berlarian bebas, menghirup udara lepas dan terkena matahari. Kandang sementara (di penampungan saat dijual) di kota, lazimnya lahannya cenderung terbatas sehingga padat.

Gangguan Serangga

Kandang kambing dengan baunya yang khas, biasanya mengundang datangnya serangga (misal nyamuk). Kalau hewan penghisap darah ini tidak diusir, kambing tidak nyenyak tidur sehingga rentan terjadi stres.

Tidak Akrab dengan Pemiliknya

Hewan piaraan (anjing atau kucing), biasanya bisa mengenali tuannya. Kalau sudah kenal dan tahu empunya sayang, biasanya mereka akan patuh. Demikian pula dengan kambing, (kalau bisa) dia pasti memberontak ketika diperlakuan semena-mena. Tekanan dari manusia, mulai pengangkutan, penempatan di kandang seadanya, bisa memicu trauma dan menyebabkan stres.

------

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Note: Kalau ada point lain, sebagai penyebab kambing stres, monggo silakan ditambahkan melalui artikel lain, sehingga kita bisa sama-sama belajar.

Analogi saya, apabila kambing dalam keadaan stres kemudian disembelih, darah yang mengalir dan keluar tidak akan selancar kambing yang tidak stres (atau rileks). Bisa jadi, otot yang tegang di seluruh tubuh kambing, berpengaruh pada kualitas olahan dagingnya. 

Konon, dari tukang jagal kambing yang saya ajak ngobrol, pada saat menyembelih juga ada tekniknya. Usahakan saat mengasah pisau, tidak dilihat oleh kambing (biar kambing tidak ketakutan). Dan menyembelih dengan sekali tebas, hewan langsung mati (hal ini sesuai tuntunan agama).

So, kalau mendapati daging bau prengus atau alot, jangan disalahkan chef atau tukang masaknya. Mungkin saja ini hanyalah akibat, dari proses panjang perlakuan manusia kepada hewan ternak ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun