Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Serunya Liburan ala Ransel bareng Keluarga

20 Juni 2019   05:19 Diperbarui: 23 Juni 2019   15:09 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianers, pasti sudah familiar kan, dengan liburan ala ransel dan koper. Sepemahaman saya, liburan ransel (atau backpaker) identik dengan liburan budget, liburan yang praktis ekonomis. Bawa bawaan secukupnya, biaya diatur sedemikian rupa tidak kaku dan serba atur-able menyesuaikan kantong empunya.

Lazimnya, liburan ransel dilakukan oleh perorangan atau kelompok (biasanya usia dewasa). Saya pernah membaca novel "Titik Nol" karya Agustinus Wibowo, pria asal lumajang yang melintasi berbagai negara di dunia untuk menuntaskan solo travellingnya dengan gaya backpaker.

Ada juga pasangan suami istri, adalah Jeff dan Diana yang hoby backpaker (saya pernah hadir di acara talkshow-nya), kisahnya dibukukan dalam "Pasangan Travelling" diterbitkan Gramedia Pustaka Utama.

Sementara liburan ala koper biasanya lebih terkonsep dan terencana, namanya juga koper jadi bawaan banyak, lebih mengutamakan kenyamanan, sehingga ongkosnya juga menyesuaikan kebutuhan setiap orang. Liburan ala koper, dipilih moda transportasi nyaman, hotel strategis dan representative, kuliner khas dan berkelas, rute dan jadwal perjalanan lebih teratur dan dipandu guide proffesional yang paham daerah dituju.

Baik liburan ala ransel atau ala koper, semua sama serunya, tinggal selera setiap orang mau memilih liburan yang mana. Kalau memang menyiapkan budget khusus, tidak ada salahnya memilih ala koper, tapi kalau mau sembari berpertualang, rasanya ala koper bisa menjadi pilihan.

Liburan ala Ransel bareng Keluarga
Suasana libur lebaran masih terngiang, pekerja kantoran atau Aparatur Sipil Negara (ASN) sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Sementara bagi freelancer, punya keleluasaan mengatur waktu, dan memilih memulai beraktivitas lebih lambat.

Lebaran tahun ini, jadwal saya berkumpul dengan keluarga besar dari istri (alias mertua). Selepas sholat idul fitri, langsung sungkem dan silaturahmi dan berkumpul dengan saudara ipar dan tetangga seputaran rumah mertua.

Dokpri
Dokpri
Mengingat ibu di kampung sudah sepuh, saya tetap memilih mudik, tetapi seminggu setelah lebaran (sehari setelah puncak arus balik disiarkan di televisi). Alhasil, kereta arah timur (Jurusan Surabaya, Malang) lumayan longgar, bahkan sampai stasiun Jogja saya lihat kursi persis di belakang saya masih kosong.

Keuntungan menggeser jadwal mudik lebih lambat, saya mendapat harga normal untuk pembelian empat tiket kereta (Pulang Pergi) plus dapat bonus satu kotak nasi dan minumnya sekalian (dari online shop). Suasana stasiun juga sudah tidak telalu padat, dan sepanjang perjalanan kaki bisa selonjoran (karena bisa pinjam kursi yang kosong tentunya).

dapat bonus makan siang-dokpri
dapat bonus makan siang-dokpri
Sesampai di stasiun tujuan, bisa pesan ojek online dengan harga normal pun kalau ada ojek pangkalan mendekat kami lebih bebas tawar menawar (karena hitungannya sudah bukan lebaran). Mudik pasca lebaran, di satu faktor memang lebih menghemat dari sisi biaya, harga mulai normal dan kepadatan penumpang sudah berangsur normal juga.

--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun