Survey dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan mengungkapkan, menu makan saat berbuka sebaiknya mengikuti prinsip keseimbangan.
Terdiri dari 50% Karbohidrat, 25% lemak dan 15% protein dari total kebutuhan energi. Sementara asupan untuk kebutuhan sahur, dianjurkan 1/3 dari kebutuhan kalori sehari-hari dan tidak terlalu kenyang.
Kebiasaan konsumsi makanan terlalu manis dan berlebih saat berbuka atau sahur, dalam jangka panjang dampaknya kurang bagus. Makan secukupnya saja, kemudian setelah sholat tarawih, bisa makan selingan untuk melengkapi zat gizi yang belum terpenuhi saat berbuka.
Rita Ramayulis juga menyampaikan, Bulan puasa, meskipun dengan kegiatan sama kebutuhan energi menjadi lebih sedikit. Efek puasa, membuat tubuh secara otomatis melakukan penghematan energi. Tubuh melakukan adaptasi, dan penggunaan energi untuk tubuh bekerja juga menurun dibanding jika seseorang sedang tidak berpuasa.
Dengan perubahan tersebut, konsumsi makanan perlu diatur, seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, sayur, buah, air serta serat sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing,
"Hindari makanan dengan kalori tinggi yang menyebabkan dehridasi karena akan menganggu metabolisme tubuh untuk detoksifikasi" ujar Rita.
Dampak Positif Puasa Dilihat dari Sisi Fisik
Sejatinya puasa adalah kesempatan kita untuk hidup sehat, karena tubuh akan beristirahat selama kurang lebih 14 jam, sehingga terjadi regenerasi (pankreas, usus, hati, kantung empedu, lambung) dan penurunan radikal bebas. Saat puasa, secara otomatis tubuh akan melakukan proses detox atau pembuangan zat beracun dalam tubuh secara alami.
Apalagi kalau kita memperhatikan asupan saat berbuka dan sahur, maka proses detoksifikasi akan berlangsung cukup optimal. Dari pemaparan Rita Ramayulis, berikut indikasi keberhasilan puasa dilihat dari hal yang bisa dirasakan pelakunya dan bisa juga tampak di mata orang lain.
Berat badan menjadi ideal, ternyata puasa tidak sekadar menurunkan berat badan, tapi bisa membuat berat badan ideal (dari yang kurus bisa naik). Selain memperhatikan asupan, olahraga yang sesuai selama puasa jangan diabaikan. Olahraga yang melatih kardio, seperti jalan cepat, lompat tali, bersepeda, diyakini mampu membuang kalori berlebih yang disimpan di otot, sehingga berubah menjadi energi.
Analisis Lipoprotein atau profil lipid darah membaik: mengukur kadar darah dari jumlah kolesterol, LDL Kolesterol, HDL Kolesterol dan trigliserida. Kondisi membaiknya analisis lipoprotein, tentu berdampak baik bagi penurunan risiko penyakit seperti diabetes, tekanan darah tinggi, serangan jantung atau obesitas.