Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cantik Sih, tapi Kalau Ngeyelan Bikin Kesel!

18 Maret 2019   05:31 Diperbarui: 22 Maret 2019   19:14 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lu perhatiin deh, itu cewek pas diem keliatan cantik, tapi kalau sudah ngomong ilang dah semua cantiknya" ujar satu sahabat, sambil melirik ke perempuan yang sudah kami kenal

Belum genap setahun merantau di Jakarta, saya sudah dua kali pindah kost, rumah kost kedua di daerah Jakarta Selatan, berdekatan dengan beberapa teman kantor beda divisi.

Saya bujangan yang sudah saatnya menikah, kala itu sedang giat-giatnya mencari dan menemukan tulang rusuk yang belum juga tiba.

Selain tak ingin mendengar pertanyaan ibu di kampung,"Kapan calonmu dikenalin ibu,", saya memang merasa harus segera menikah. Pada usia jelang tigapuluh, saya merasa target menikah pernah dicanangkan gagal total alias sudah kelewatan.

Segala ikhtiar saya kerahkan, selain bermunajat dalam sujud, juga tak putus mencari kenalan dan mengadakan pendekatan.

Kepada teman karib satu kost sudah menikah (LDR dengan istri yang di kampung halaman), saya kerap meminta pertimbangan terkait perempuan sedang saya incar.

Sebagai orang berpengalaman, teman ini tak segan memberi nasehat dan masukan, terutama tentang tipe perempuan yang (biasanya) cocok diajak berumah tangga.

"Emang kenapa, cantiknya kok bisa ilang?" tanya saya penasaran

"Ngeyelnya itu bikin kesel" ucap sahabat ini " Gue gak betah ngobrol lama sama dia, bawaannya kesel"

Kami sekantor satu angkatan (baik cowok/ cewek), rentang usianya tidak terlalu jauh berbeda (antara 26 -- 29 tahun) dan sudah waktunya menikah.

Maka ketika awal masuk dan punya teman baru, kesempatan saya untuk menjajaki beberapa teman perempuan yang belum menikah.

Ada yang asli Jakarta masih tinggal serumah dengan orangtua, ada yang sama-sama anak rantau, ada juga yang berasal dari tanah seberang.

"Anak mana saja, asal kamu sreg, ibu setuju" pesan itu terngiang.

Tapi namanya jodoh datangnya memang tidak bisa ditebak, diantara sekian banyak teman perempuan di kantor, tidak ada satupun yang akhirnya saya ajak melangkah ke pelaminan.

Ada saja alasannya dikemukakan, yang mau balikan dengan mantan sebelumnya, ada yang sudah dijodohkan orangtua dan berbagai alasan lain untuk sekedar menolak.

Dari sekian banyak alasan, jawaban"Kamu terlalu baik untuk aku" benar-benar membuat saya sebal --hehehe--- untuk sebuah penolakan.

Ngeyel !! -- Sikap satu ini, memang cukup membuat kesal. Kebenaran ucapan sobat sekaligus teman kost akhirnya saya buktikan, memang perempuan pernah saya incar ternyata suka ngeyel (bahkan berlebihan).

Hanya dengan lima sepuluh menit saja ngobrol, teman perempuan ini tampak memaksakan ini dan itu, saya pernah sekali direpotkan dan membuat saya kapok berinteraksi dengannya.

Saya lebih suka meminimalisir, berurusan dengan teman yang suka ngeyel, ngobrol seperlunya saja menghindari pinjam barang atau lainnya.

sumber redaksiindonesia.com
sumber redaksiindonesia.com
Ngeyel bisa diidentikkan dengan maunya menang sendiri, merasa pendapatnya selalu benar, pengin terus didengarkan dan orang lain mengikuti.

Orang ngeyel (biasanya) cenderung egois, saya amati relatif susah untuk mendengar dan menerima pendapat orang lain atau mengakui bahwa orang lain benar.

Orang ngeyel biasanya tidak peduli dengan perasaan orang lain, yang penting hajatnya terpenuhi dan keinginannya tercapai. Benar juga pendapat teman, ketika saya perhatikan teman yang suka ngeyel, meskipun cantik akan merubah sikap lawan bicara.

Secara fisik, (bisa jadi) kecantikannya tidak akan berubah, tetapi penilaian dan kesan saya terhadap teman ini perlahan-lahan bergeser. Yang semula simpatik dan pengin kenal lebih jauh, lama-lama keinginan itu pudar dan pupus setelah tahu kebiasaan ngeyel itu.

Pada akhirnya, fisik memang bukan lagi patokan utama, yang membuat seseorang memutuskan untuk dipilih dan atau memilih mengenal lebih dekat. Ada yang lebih esensi dari sekedar fisik, adalah sikap menghargai orang lain, sikap mengorangkan pihak lain, dan tentunya jangan suka ngeyel.

-------

Sekitar setahun tinggal di kost kedua, akhirnya saya pindah ke kost lain tetapi masih di daerah Jakarta Selatan juga.  Setelah segala upaya dikerahkan, akhirnya di kost ketiga saya menemukan belahan jiwa, melalui perantara seorang teman yang mengenalkan.

Tanpa menunggu lama kami merasa cocok, maka ketika ayah dan ibu di kampung  berkunjung di rumah saudara di Bogor segera saya kenalkan.

"Wis ini saja, Ibu suka dan cocok sama kamu," bisik ibu

Persiapan kami lakukan berdua (saya dan calon istri) dengan kilat, termasuk membuat undangan dan menyebarkan ke teman-teman. Teman perempuan (yang suka ngeyel) masuk daftar, saya antar kartu undangan dan berharap datang bersama teman kantor lainnya.

Beberapa bulan setelah menikah saya pindah kantor, otomatis mulai jarang berinteraksi dengan teman-teman kantor lama (termasuk teman kost lama). Di kantor yang baru, lagi lagi saya menemui tipe teman (perempuan dan laki) suka ngeyel, teman ini sudah berumur dan belum menikah.

Sikap ngeyel memang cukup negeselin, selain membuat orang kurang simpati, orang yang semula ingin mendekati jadi mundur teratur sebelum melangkah lebih jauh.

Semoga seiring berjalannya waktu dan bertambah usia, kita terus introspeksi dan terus memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dan tidak suka ngeyel. 

Apapun bisa terjadi dalam hidup ini, bahwa setiap orang sangat bisa berubah menjadi lebih baik, asal terus bermuhasabah dan terus berusaha belajar membenahi diri (wallahu'alam)

"Cewek cantik yang dulu pernah lu incar, sampai sekarang belum merrid, " pesan dari sahabat lama saya terima " coba nggak ngeyelan, dari dulu sudah ketemu pasangan kali ya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun