Secara fisik, (bisa jadi) kecantikannya tidak akan berubah, tetapi penilaian dan kesan saya terhadap teman ini perlahan-lahan bergeser. Yang semula simpatik dan pengin kenal lebih jauh, lama-lama keinginan itu pudar dan pupus setelah tahu kebiasaan ngeyel itu.
Pada akhirnya, fisik memang bukan lagi patokan utama, yang membuat seseorang memutuskan untuk dipilih dan atau memilih mengenal lebih dekat. Ada yang lebih esensi dari sekedar fisik, adalah sikap menghargai orang lain, sikap mengorangkan pihak lain, dan tentunya jangan suka ngeyel.
-------
Sekitar setahun tinggal di kost kedua, akhirnya saya pindah ke kost lain tetapi masih di daerah Jakarta Selatan juga. Â Setelah segala upaya dikerahkan, akhirnya di kost ketiga saya menemukan belahan jiwa, melalui perantara seorang teman yang mengenalkan.
Tanpa menunggu lama kami merasa cocok, maka ketika ayah dan ibu di kampung  berkunjung di rumah saudara di Bogor segera saya kenalkan.
"Wis ini saja, Ibu suka dan cocok sama kamu," bisik ibu
Persiapan kami lakukan berdua (saya dan calon istri) dengan kilat, termasuk membuat undangan dan menyebarkan ke teman-teman. Teman perempuan (yang suka ngeyel) masuk daftar, saya antar kartu undangan dan berharap datang bersama teman kantor lainnya.
Beberapa bulan setelah menikah saya pindah kantor, otomatis mulai jarang berinteraksi dengan teman-teman kantor lama (termasuk teman kost lama). Di kantor yang baru, lagi lagi saya menemui tipe teman (perempuan dan laki) suka ngeyel, teman ini sudah berumur dan belum menikah.
Sikap ngeyel memang cukup negeselin, selain membuat orang kurang simpati, orang yang semula ingin mendekati jadi mundur teratur sebelum melangkah lebih jauh.
Semoga seiring berjalannya waktu dan bertambah usia, kita terus introspeksi dan terus memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dan tidak suka ngeyel.Â
Apapun bisa terjadi dalam hidup ini, bahwa setiap orang sangat bisa berubah menjadi lebih baik, asal terus bermuhasabah dan terus berusaha belajar membenahi diri (wallahu'alam)