Ara atau Cemara dengan kepolosannya, bisa memberi warna dalam keluarga sederhana yang sedang berusaha bangkit.
 "Ara tidak suka melihat Abah marah," ujarnya, kesadaran anak sekecil ini tumbuh, setelah melihat abahnya dalam posisi terjepit dalam mengambil keputusan.
Porsi kemarahan abah sangat pas, Â marah tidak selalu berarti mengumbar kalimat umpatan dan mata melotot serta garis wajah tak ramah.
Tetapi lebih sering berusaha mengelola emosi, meluapkan secukupnya agar tidak melukai perasaan istri dan anaknya terluka.
Beberapa ulasan (tentang film ini) pernah saya baca, menyoroti teknis penggarapan adegan yang bocor --menurut saya tidak terlalu menganggu.
Terlepas dari masalah teknis, sebagai ayah saya bisa menjumput pesan-pesan bernas tentang peran keayahan.
Dengan ini, saya pilih film Keluarga Cemara untuk ditonton bareng keluarg terkasih, sekaligua saya rekomendasikan kalian menonton dan mengajak serta teman, sahabat, orang terkasih.
Saya yakin, setiap penonton akan mendapat value dari sudut pandang berbeda, kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan keseharian.