Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memandang Masalah Anak dari Sudut Pandang Anak

21 Juli 2018   10:21 Diperbarui: 22 Juli 2018   03:41 1932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyaris satu bulan sudah, anak menimba ilmu di pesantren, saya mendapatkan beberapa pencerahan. Hal-hal yang menyadarkan saya, ternyata musti banyak introspeksi diri. Sebagai orang tua (sadar tidak sadar), kerap "memaksakan" kehendak kepada anak.

Saya yakin, kita orang tua punya alasan. Bahwa yang dilakukan, semata-mata diniatkan demi kebaikan si anak. Tapi apa iya, bahwa itikad kebaikan itu diterima dengan baik juga oleh anak-anak. Apakah sudah dipastikan, bahwa yang dilakukan membawa dampak baik pada anak. Ukuran baik pada orang tua, belum tentu sama dengan ukuran anak kita.

Kalau berkaitan dengan hal prinsip, seperti tentang ibadah dan berkeyakinan, ukuran baik itu mutlak berkiblat kepada Sang Khaliq. Tapi kalau hal-hal teknis keseharian, ukuran baik setiap individu memiliki sudut pandang berbeda.

Dulu, saya dan istri suka ikut memilihkan, baju mana yang cocok dan tidak cocok dipakai anak untuk bepergian. Entah melihat dari warnanya, menilik modelnya, menyentuh dari bahannya. Sehingga kami sampai pada satu pilihan, bahwa sebaiknya anak memakai baju ini (yang kami pilihkan).

Padahal kami menyadari, anak tetap pada pendiriannya, yaitu kurang setuju dengan pilihan ayah dan atau ibunya. Tampak dari raut muka ditekuk dan tidak bersahabat, bahasa tubuh yang jelas menolak. Meski akhirnya, si anak memakai baju pilihan orang tua. 

Dalam hati saya bisa merasakan, bahwa anak tidak nyaman dengan baju pilihan ayah ibunya. Tapi orang tua mempertahankan alasan, biar pantas dilihat orang, biar pantas diajak bepergian, serta sederet alasan panjang lainnya.

--00o00--

"Besok bunda antar ini buat kakak."

Malam itu, istri sibuk mengemas beberapa barang. Sambil memasukkan ke dalam tas, saya mendengarkan penjelasan. Sedang membawakan anak sarung cadangan, kaos ganti tambahan, tas sekolah (kalau ini atas usul saya juga) dan lain sebagainya.

Meski dalam hati (selain tas) saya tidak yakin, anak membutuhkan barang yang dibawa ibunya.

Saya sendiri berketetapan hati, tidak kerap datang menjenguk saat anak libur. Sembari membiasakan diri, beradaptasi dengan absennya anak lanang di rumah. Memang awalnya agak berat, tapi saya yakin pasti mampu melalui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun