Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menggapai Batas Penantian Jodoh

21 Maret 2017   03:05 Diperbarui: 21 Maret 2017   03:11 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi (Dokumentasi Pribadi)

Saya bungsu dari enam saudara, tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayah guru Sekolah Dasar, ibu memiliki warung di pasar kecil di kampung. Kami enam anak laki-laki, dengan jarak lahir sekitar dua sampai empat tahun.

Keadaan ekonomi pas-pasan, membuat kami terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah. Saya terbiasa menyapu lantai, ngepel, mencuci dan setrika baju. Kalau hari libur, mendapat tugas membantu jualan di pasar.

Semasa berseragam abu-abu putih, hampir tak pernah ikut nongkrong teman sekelas. Saat teman sebaya mulai pacaran, saya berfocus pada sekolah. Meski tak mendalami agama, setidaknya tahu mana yang boleh dan dilarang.

Saya tak setuju pacaran, karena lebih banyak mudhorot dibanding manfaat.  Atas pilihan sikap seperti itulah, sampai lepas SMA saya tidak pernah pacaran.

Memilih berkegiatan pramuka, ikut ekstra kulikuler teater. Membuat kelompok belajar, menjelang hari ujian diselenggarakan. Ayah dan ibu senang, melihat anaknya tak membuat ulah. Prestasi sekolah cukup baik, meski tidak terlalu menonjol.

Baru pada tahun kedua kuliah, pernah naksir adik kelas. Gadis semampai berkerudung rapi, namun tak sanggup mengungkapkan. Perasaan yang ada dipendam, hanya diketahui oleh diri sendiri. Saya pernah mengutuki diri, jelang kelulusan gadis ini dilamar orang lain.

Illustrasi (Dokumentasi Pribadi)
Illustrasi (Dokumentasi Pribadi)
Melewati usia 29 tahun, seperti memasuki masa-masa rawan. Ibu mendadak berubah, menjadi orang paling cerewet. Tak henti mengingatkan, agar bungsunya segera mencari jodoh.

"Inget waktu berjalan terus, kalau di entar-entarin kasihan anakmu nanti, Kamu sudah tua, tapi anakmu masih kecil”.

Sabtu malam sama dengan malam lain, tak kenal malam mingguan, apalagi berkencan. Kalau datang perasaan suntuk, saya memilih pergi ke toko buku. Hingga pernah terdengar sayup, CD diputar mengiringi suasana membaca yang santai.

Begitu Jauh, waktu ku tempuh

Sendiri mengayuh biduk kecil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun