Barulah selesai kuliah, panik seiring umur yang merambat naik. Ibu saya berubah, menjadi orang paling cerewet. Mengingatkan terus dan terus, tentang pentingnya menikah. Pada saat lain, Ibu getol menekankan berkeluarga dan memiliki keturunan. Meski yang diceritakan adalah pengalaman sendiri. Semacam ilmu kehidupan gitu, karena pendidikan formal ibu saya tidaklah tinggi.
Bener deh, ibu saya tiba-tiba menjelma seperti "Mamah Dedeh KW" (Hehehe). Bawaannya menghidar dari Ibu, bahkan pernah saya mogok tidak mudik lebaran. Gara-gara Ibu, yang tak pernah jeda bertanya "Kapan calonmu dibawa pulang?" Saya benar-benar tak berkutik karena urusan menikah tak semudah membalik telapak tangan.
Sampai sebuah quote saya dapati, terasa menghunjam. "Kalau mau mencari emas, carilah di tempat emas. Kalau mencari teman baik, carilah di tempat berkumpulnya orang baik". Kalimat ini saya terapkan, dalam mencari pasangan. Kalau mau mendapat pasangan baik, datangi tempat orang-orang baik. Agar diterima di lingkungan baik, pantaskan diri menjadi orang baik.
Kebetulan saya hobi membaca sejak dulu, segera berburu buku tentang pernikahan dan segala pernak-perniknya. Kenapa, baca buku pernikahan pacar saja belum ada. Entahlah, saya seperti ingin "protes" menunjukkan kepada Penguasa Alam. Bahwa saya sudah mempersiapkan diri sebaiknya, siap menjadi calon suami yang baik. Lagi pula logikanya sederhana, perempuan mana tak ingin mendapat suami yang baik dan bertanggung jawab.
Agar menjadi baik, tentu ada ilmunya. Nah, ilmu itu saya dapati dari buku-buku bacaan tentang pernikahan. Ini tentang sebuah effort, kalau tidak ditunjukkan berarti kita menjadi pasif. Sebuah buku, tentang perilaku manusia sempurna Rasulullah SAW begitu memukau saya.
Siapa nyana, suratan takdir akhirnya berkata. Pada kesibukan membenahi diri, ada teman yang mengenalkan sahabatnya. Entahlah bagaimana ceritanya, tiba-tiba hati ini merasa klik saja. Perubahan terjadi begitu cepat dan drastis. Dalam dua pekan setelah perkenalan saya langsung menghadap orang tua gadis itu. Gayung bersambut, lamaran diterima dan persiapan pernikahan alhamdulillah dipermudah. Kini perjalanan rumah tangga sedang kami jalani, bahu-membahu membesarkan buah hati.
Saya bukan menggurui ya, PLEASE.
Hanya berbagai pengalaman, sungguh real experience yang pernah saya alami. Bagi Anda yang senasib dengan saya, artinya tak berpengalaman dalam hal pacaran jangan bimbang. Siapa tahu, langkah-langkah tadi berguna. Betapa lebih utama, mempersiapkan diri dan membenahi dalam diri dulu. Tanamkan keyakinan bahwa alam semesta punya hukum dan mekanisme sendiri. Hukum alam bekerja, dengan sistem yang ada di luar nalar manusia.
Yuk, para lelaki yang sudah pantas menikah. Pantaskan diri, agar siap menjadi suami dan kepala rumah tangga yang baik. - wallahu'alam-