Mohon tunggu...
Agus Fatoni
Agus Fatoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bersyukur dan ikhlas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Hari Santri Nasional 2023: Santri dalam Bingkai Politik

23 Oktober 2023   03:41 Diperbarui: 23 Oktober 2023   04:08 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi-- Agus Fatoni | Kompasiana

Setiap tanggal 22 Oktober, sejak tahun 2015, kita memperingati Hari Santri Nasional. setelah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 Tahun 2015. Sebetulnya, munculnya wacana hari santri nasional berawal ketika Jokowi dalam masa kampanye bertemu KH Thoriq Darwis, pimpinan Pondok Pesantren Babussalam, Banjarejo, Malang, Jawa Timur, pada tanggal 27 Juni 2014. Dalam pertemuan tersebut, pimpinan Pesantren Babussalam dan Jokowi menandatangani perjanjian yang berisi kesanggupan Jokowi menjadikan 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional jika terpilih sebagai presiden.

Maka ketika Jokowi terpilih sebagai Presiden RI, ia berusaha untuk merealisasikan janji tersebut. Namun bukan tanpa alasan penetapan hari santri nasional. Menurut Abdul Ghoffar Rozien, Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama, setidaknya, ada tiga argumentasi utama yang menjadikan Hari Santri Nasional sebagai sesuatu yang strategis bagi Negara. 

Pertama, Hari Santri Nasional pada 22 Oktober, menjadi ingatan sejarah tentang Resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari. Kedua, jaringan santri telah terbukti konsisten menjaga perdamaian dan keseimbangan. Ketiga, yakni kelompok santri dan kiai-kiai terbukti mengawal kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Akhirnya, melalui proses yang panjang dan alot, hari santri nasional ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) nomor 22 tahun 2015.

Tema Hari Santri Nasional 2023 kali ini adalah Jihad Santri Jayakan Negeri. Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan tema tersebut berisi ajakan kepada para santri untuk melakukan jihad intelektual. Secara historis, tema ini ingin mengingatkan bahwa para santri memiliki andil besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Secara kontekstual, "Jihad Santri Jayakan Negeri" menegaskan bahwa santri terus berkontribusi aktif dalam memajukan negeri. Dikatakan Yaqut Cholil, makna jihad secara kontekstual tidak selalu identik dengan berperang angkat senjata.

Kita semua patut bersyukur atas keberadaan pesantren di negara yang mayoritas islam ini, yang memiliki kontribusi nyata dalam hal pendidikan karakter. Tentunya kita sering kali menyaksikan kepiawaian santri di Indonesia yang sejak dulu di pondok pesantren ditempa dengan penuh kesederhanaan, ketirakatan, akhlakul karimah, berpegang teguh pada akidah dan nilai-nilai keislaman yang santun serta Islam rahmatan lil'alamin.

Sudah terbukti nyata, santri memiliki peran yang sangat penting pada awal sebelum kemerdekaan. Para kiai dan ulama pengasuh pondok pesantren memiliki peran nyata dalam merebut kemerdekaan. Bahkan, mereka dianugerahi gelar Pahlawan Nasional karena jasanya yang luar biasa. Seperti KH Hasyim Asyari, KH Wahab Hasbullah, KH A. Wahid Hasyim, KH Zainul Arifin, KH Asad Syamsul Arifin, KH Idham Cholid, Brigadir KH Syam'un, KH Zainal Mustafa, dan KH Masjkur dan lain sebagainya.

Salah satu momen besar peran santri dalam perang mempertahankan kemerdekaan RI adalah seruan Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asyari pada 22 Oktober 1945 atau dua bulan pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Momentum itu mendorong pasukan yang dipimpin kiai bersama santri untuk memberikan sesuatu yang terbaik, dengan setia, dengan tulus ikhlas, untuk mempertahankan kemerdekaan. Khususnya dalam perang melawan Belanda saat agresi militer kedua tahun 1945.

Asal-Usul Kata Santri

Kata santri adalah istilah yang sering digunakan di Indonesia untuk merujuk kepada pelajar di pesantren atau sekolah agama Islam. Asal usul kata santri ini sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yaitu kata Sanatir yang artinya "pakaian", atau "pakaian yang dikenakan". Namun, dalam konteks pesantren dan pendidikan Islam di Indonesia, makna santri telah berkembang lebih jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun