Mohon tunggu...
Aveline Agrippina
Aveline Agrippina Mohon Tunggu... -

Aveline Agrippina atau pemilik nama alias Agripzzz ini lahir di tengah hiruk pikuk kota Jakarta menjelang akhir bulan April. Masih menetap sebagai seorang siswa dan blogger muda yang aktif di beberapa jejaring sosial dan sibuk meracik tulisannya dalam bentuk esai, puisi, sajak, ataupun cerpen. Aktif sebagai blogger sejak 2005 setelah tersesat di sebuah jaringan maya yang bernama Friendster. Lalu menyebarkan dirinya melalui berbagai macam situs. Senang melancong dan berkelana ke manapun dia akan menjejakkan kakinya di kota manapun, laut yang akan dia sebrangi, ataupun gunung apapun yang akan dia daki. Masih berpikir ke mana akan dia bawa naskah-naskah kumpulan puisinya yang telah menumpuk di atas mejanya. Sesekali memberanikan diri mengirimkan naskahnya dengan modal nekad karena tanpa pengalamannya. Tukang begadang di tengah malam sambil mendengarkan lagu instrumental ataupun jazz. Menurutnya, jazz adalah sebuah kebangkitan dari hidup. Bukan pop, rock, ataupun heavy metal. Masih juga tergila-gila dengan buku yang beraroma sastra, bermain sebagai orang di belakang lensa, pengedit naskah, dan sebagai pelancong ke negeri antaberanta. Berobsesi ke Papua, mendaki Cartenz Pyramid. Dan, kalau Tuhan mengizinkan, dia ingin mati setelah mengibarkan bendera Indonesia untuk kesekian kalinya di sana. Katanya bahwa Papua adalah seperti dirinya, ada namun selalu tak pernah diperhatikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bertualang atau Berpetualang

1 April 2010   02:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:04 2004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tak selamanya kamus harus menjadi jawaban yang patut dibenarkan. Kamus juga dikarang oleh manusia dan setiap kamus belum tentu berisi dan berbicara sama tentang sebuah arti kosakata. Atau juga kamus akan memuat tambahan-tambahan kata. Bayangkan, andai di dunia Bahasa Indonesia ada satu juta kata yang belum termasuk imbuhan, akan ada berapa banyak halaman kamus yang akan tercetak?

Pagi ini, saya disuguhkan bacaan menarik dari Harian Kompas pada halaman 9 edisi Kamis, 1 April 2010. Entah sebenarnya ingin menyoroti kata dari sisi mana. Di kolom "REDAKSI YTH", kita akan mendapati satu judul "Berpetualang". Seperti ini isinya:


"Berpetualang"

Baik Kamus Umum Bahasa Indonesia maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa tidak memasukkan berpetualang sebagai turunan lema tualang. Tesaurus Bahasa Indonesia karya Eko Endarmoko pun tak menyertakan kata itu. Turunan lema itu dalam Kamus Besar hanya bertualang, petualang, bertualangan, dan pertualangan. Secara morfologis bentukan tualang yang dibubuhi awalan ber- yang benar adalah bertualang. Sama halnya dengan kata juang yang menjadi berjuang, dan kata tinju yang menjadi bertinju.

Namun, sebagian kalangan masih menggunakan kata berpetualang, bukan bertualang. Hal itu juga dilakukan Kompas, Jumat (12/3/2010) halaman 52. Pada rubrik wisata tersua judul "Berpetualang di Tengah Laut". Seandainya nalar liguistik kita memaafkan judul "Berpetualang di Tengah Laut", selayaknya kita juga membolehkan "berpejuang di medan tempur" atau "berpetinju di Jakarta".

INDA SUHENDRA
Perum Lido Permai D3/3
Ciburuy, Cigombong, Bogor


Melihat kondisi berbahasa kita yang seringkali menggunakan kalimat asal, kita tidak pernah peduli dengan khazanah kosakata Indonesia yang ternyata juga memiliki aturan bermain di dalamnya. Ada beberapa kata yang boleh ditambahkan huruf bantuan dan tidak, ada juga yang harus menghilangkan huruf sebelumnya, atau menambahkan dua imbuhan sekaligus.

Kamus memang bisa menjadi tempat pencari informasi yang sebenarnya karena di sanalah letak fungsional semu kamus. Kamus akan memberikan banyak pengertian termasuk kata apa yang sebenarnya dibenarkan dalam pemberian imbuhan dan penggunaannya. Toh, kata-kata yang tidak sengaja meleset juga bukan murni karena kesalahan kamus yang sering tidak dibuka atau kamus yang tidak melengkapi kata-kata tersebut.

"Tualang" di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan sebagai orang yang tidak tentu tempat tinggalnya. Petualang adalah orang yang melakukan kegiatan tualang. Bertualang adalah kegiatan melakukan pengembaraan. Bagaimana dengan berpetualang itu sendiri? Apakah kegiatan seseorang melakukan petualangan?

Seperti kata "ubah" yang sering dituliskan merubah dan perubah. Padahal imbuhan di dalam tata Bahasa Indonesia tidak pernah menghadirkan imbuhan mer- dan per-. Pernah seorang guru bertanya kepada saya: "yang benar 'perubah' atau 'peubah'?" Dan banyak dari kami yang menjawab "perubah".

Bagaimana dengan "perhatikan"? Seperti Bahasa Inggris, jika memberikan imbuhan pada kata "swim" dan "-ing", akan ada penambahan kata "m" sebagai membantu kata tersebut sehingga akan membentuk kata "swimming". Demikian juga dengan kata "perhatikan". Itu tidaklah dapat disalahkan karena ada penambahan huruf "r" sebagai pembantu pembentukkan kata.

Sebenarnya masih banyak kata yang sering salah dalam menggunakannya karena pola berbahasa kita yang lebih mudah dan lebih terdengar tidak asing di telinga kita karena faktor kebiasaan seperti kata "lalat" yang sering terucap "lalet" atau "lelat". Juga ada "apel" yang memiliki definisi berbeda. "Apel" memiliki definisi pertama sebagai bagian dari jenis buah-buahan dan definisi kedua sebagai upacara.

Memang tidak pernah ada pelarangan untuk berbahasa atau menambahkan imbuhan. Tetapi baiknya diarahkan lebih tepat sebagaimana mestinya. Bahasa Indonesia memang memiliki banyak sekali aturan main di dalamnya dan dapatlah kita akui sering kali ada kata yang tidak sengaja diubah karena penuturan dan faktor kebiasaan berbahasa yang salah.

Masih pedulikah kita untuk berbahasa dengan baik?

Jakarta, 1 April 2010 | 08.51
A. A. - dalam sebuah inisial

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun