Malang merupakan kota penghasil komoditas pangan yang dapat dibilang unggul. Meskipun lahan pertanian di wilayah Malang terbilang sedikit dibanding dengan wilayah sekitarnya, bukan berarti kota ini tidak dapat mengembangkan potensi sumber daya yang dimiliki.
Di antara ketiga wilayah Malang raya, Kabupaten Malang menjadi wilayah dengan hasil produk pertanian unggulan paling banyak. Ada total 10 komoditi pertanian yang menjadi andalan. Budiar Anwar, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang mengatakan jika 10 komoditas tersebut masuk ke pasar ekspor. Hal tersebut menjadi rekor tersendiri untuk sektor pertanian di Kabupaten Malang. Beberapa komoditas yang telah menjurus ke pasar ekspor antara lain:
1. Pisang Emas dan Cavendish
Komoditi tersebut saat ini sudah diekspor ke Inggris. Produktivitas pisang ini telah mencapai 57,6 ton per hektare dalam setahun. Jenis pisang tersebut banyak dibudidayakan di Kecamatan Ampel Gading, Dampit, dan Tirtoyudo di wilayah Malang Selatan. Budidaya di lahan yang hanya menanam satu jenis tanaman dalam satu area atau yang disebut dengan model Monokultur dalam proses menanamnya di lahan seluas 40 hektar. Negara lain juga mulai tertarik dengan daun pisang dari kabupaten Malang selain buahnya. Menurut Budiar, permintaan daun pisang cukup tinggi dan tidak tahu persis untuk apa.
2. Kubis dan Sawi Putih
Kubis dan sawi putih menjadi produk unggulan setelah pisang yang dibudidayakan di Kecamatan Poncokusumo dan pemasarannya sudah di ekspor sampai ke taiwan. Pembudidayaan berawal dari inisiatif Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat berkunjung ke Poncokusumo mengatakan, ”Setiap hari kami bisa mengirim dua kontainer sayuran ke luar negeri. Baik kubis, sawi dan sayuran lainnya,”
3. Alpukat Pameling
Alpukat Pameling memiliki ketebalan daging yang tinggi dan banyak ditanam di kecamatan Lawang itu sudah diekspor hingga ke Hongkong dan Uni Emirat Arab. ”Satu pohon bisa menghasilkan 150 kilogram,” terang mantan Kasubag Humas Pemkab Malang.
4. Apel Batu
Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso membenarkan jika produksi produk apel batu mengalami penurunan. Beliau mengatakan tingkat produksi apel pada 20 tahun lalu bisa mencapai dua kali lipat daripada sekarang. Beliau menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena seringnya penggunaan pestisida dan insektisida oleh petani kita, sehingga nutrisi dalam tanah berkurang dan memengaruhi kondisi saat ini.
5. Kopi Dampi