Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ternyata Aku Salah

20 Juni 2016   20:36 Diperbarui: 20 Juni 2016   20:48 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : pixabay.com

Rinai hujan lambat-lambat mulai berhenti. Awan awan sudah mulai kembali terlihat. Pelangi terlihat membentang di langit. Matahari sudah mulai kembali terlihat dengan warna yang berbeda. Cahaya yang elok dan menawan. Langit juga membentuk sebuah formasi warna yang begitu menakjubkan. Ternyata hari sudah semakin sore. Hembusan angin yang segar mulai berlalu lalang di udara. Hawa yang dingin karena hujan masih sangat terasa.

Dari dalam kamar kucoba mengadu tentang kerisauanku selama ini. Menghadap kearah langit dan mengajak bicara siapapun. Namun tidak ada tanggapan yang keluar kecuali hanya bisuan yang terus menerus. Tidak ada hasil kucoba melangkah keluar kamar. Di ruang tamu nampak ayah dan bundaku sedang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Ayah berfokus di depan layar komputernya dan ibu fokus menulis dan mencatat. Entah apa kesibukkan mereka.

Tanpa pamit langsung segera keluar dari rumah. Perumahan yang kutinggali cukup ramai. Banyak dari penghuni disini keluar rumah untuk sekedar berkumpul dan mengobrol atau jalan-jalan berkeliling. Indahnya sore ini terus kunikmati. Hawa dinginnya sangat terasa masuk langsung ke bagian dalam lapisan kulitku.

Berjalan menuju taman bermain kulihat beberapa keluarga sedang berkumpul bersama. Mereka nampak bahagia walaupun hanya sekedar mengobrol obrolan ringan. Beberapa balita yang ada mencoba menikmati permainan yang ada. Jungkat-jungkit, ayunan, mangkuk putar dan lain sebagainya merupakan fasilitas yang ada disini.

Canda, tawa, tangis, luka, dan duka menyelimuti keadaan taman kala itu. Beberapa balita nampak nangis karena terjatuh terpeleset ketika bermain tanpa melihat kondisi taman yang sedikit basah. Orang tua mereka mencoba menghiburnya dengan berbagai cara dengan mengajaknya kembali bermain.

Aku menghela napas panjang kearah taman. Tidak bisa dibayangkan lagi betapa bahagianya mereka. Sedari balita dahulu sepertinya aku tidak pernah menikmati kebersamaan seperti yang di lakukan orang-orang di taman itu. Dengan perasaan pahit sekali dan sedih memandangnya aku segera pulang kerumah.

Saat masuk ke dalam rumah rupanya kedua orangtuaku masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Namun hal ini bergantian, ibu yang menatap layar komputer sedangkan ayah menerima telepon. Mereka sama sekali tidak mendengar suaraku masuk ke dalam rumah.

Sungguh keterlaluan sekali kedua orangtuaku. Sepertinya sulit sekali memberikan kebahagiaan kepadaku. Mereka lebih mementingkan kebahagiaan mereka sendiri dibandingkan aku. Aku hanya bisa mendengus kecil dalam hati.

Di lingkungan sekolah aku cukup periang. Tidak sedikit dari teman-temanku yang mau bermain bersama denganku. Mulai dari bermain petak umpet, bola sepak, dan lain lain. Mereka cukup senang dengan kejujuranku, kelihaianku, dan keperianganku. Sehingga mereka selalu senang dan menjadi teman dekatku.

Ketika disekolah teman-temanku selalu menceritakan perjalanan liburan masing- masing. Dengan berbagai cerita yang mereka katakan membuatku iri. Tidak pernah selama ini kedua orangtuaku mengajakku kemanapun pergi. Karena kedua orangtuaku selalu sibuk dengan pekerjaannya yang tidak ku mengerti.

Suatu ketika aku pernah mencoba untuk berbohong kepada teman-temanku bahwasanya aku pernah merasakan liburan di pantai Borobudur. Mendengar ceritaku yang salah seketika semua temanku tertawa dengan keras dengan masing-masing gaya ledeknya. Mereka mengatakan bahwasanya Borobudur bukanlah pantai melainkan bangunan candi bersejarah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun