Mohon tunggu...
agisni nur fauziah
agisni nur fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Bimbingan Konseling semester 1 Universitas Pendidikan Indonesia

memiliki hobi menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak dari Kegagalan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Baru

2 November 2023   23:24 Diperbarui: 2 November 2023   23:30 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Schneiders ( dalam Yusuf, 2018), penyesuaian diri merupakan suatu proses yang melibatkan respons-respons mental dan perbuatan individu dalam upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi, dan konflik dengan memerhatikan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Selain itu menurut Sunarto dan Hartono (2002:222), penyesuaian diri adalah usaha individu untuk mencapai keharmonisan dalam dirinya dan juga di lingkungannya. Atau dapat disimpulkan penyesuaian diri ialah keadaan dimana individu dituntut untuk mampu mengatasi segala problematika yang terjadi di lingkungan dimana dia hidup untuk mencapai keharmonisan dalam diri dan juga lingkungannya.

Penyesuaian diri menjadi salah satu faktor permasalahan pada mahasiswa baru, apabila gagal menyesuaikan diri di awal maka akan berdampak di tahun tahun berikutnya. Penyesuaian diri bukanlah hal yang mudah dilakukan terutama oleh remaja akhir yang sedang merasakan masa transisi dari remaja ke dewasa yang mencakup berbagai perubahan seperti biologis, kognitif dan emosional (Hurlock, 1999).

Bagi seorang mahasiswa khususnya mahasiswa baru, naik ke jenjang perguruan tinggi dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru bukanlah hal yang baru dilakukan, karena memasuki jenjang perguruan tinggi sama saja seperti memulai jenjang baru di SD, SMP, dan juga SMA, hanya tentu saja setiap jenjangnya pasti memiliki problematika dan juga kesulitannya sendiri. Bagi Sebagian remaja, beradaptasi dilingkungan baru justru menjadi tantangan yang menarik bagi mereka, tetapi tidak sedikit juga yang beranggapan bahwa memasuki lingkungan baru sangatlah menakutkan dan juga mengkhawatirkan.

Yang menjadikan perbedaan dari penyesuaian diri di jenjang sebelumnya ialah, di perguruan tinggi tanggung jawab sebagai pelajar lebih dituntut, itu yang membuat sebagaian mahasiswa kewalahan beradaptasi di lingkungan perkuliahan, pertemanan juga menjadi faktor utama, sebagian mahasiswa gagal dalam penyesuaian diri ini. Di perkuliahan orang cenderung memilih teman yang berkualitas dan dianggap sebanding atau setara dengannya,  hal ini menyebabkan sebagian mahasiswa baru kesulitan mendapatkan kelompok teman.

Jika seseorang telah berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yaitu dengan memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan bagi sekitar. Maka hal ini menjadi tanda diterimanya seseorang dilingkungan atau kelompok tersebut. Penyesuaian diri yang baik tercipta dari keseimbangan seseorang dalam mengelola dirinya dan juga lingkungannya.

Penyesuaian diri ada yang normal dan juga tidak normal atau menyimpang, menurut Syamsu Yusuf L.N (2018), penyesuaian diri yang normal adalah kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah dengan cara yang wajar, tanpa merugikan diri sendiri atau lingkungan dan sesuai dengan norma agama. Beberapa karakteristik penyesuaian yang normal yaitu sebagai berikut:

  • Dapat mengontrol diri
  • Terhinar dari mekanisme psikologis
  • Tidak kecewa saat kebutuhannya tidak terpenuhi
  • Objektif dan realistic
  • Dapat mempertimbangkan dan mengarahkan diri
  • Belajar dan pengembangan kualitas diri
  • Memanfaatkan pengalaman

Sedangkan penyesuaian diri tidak normal atau menyimpang adalah Ketika seseorang mencoba memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalahnya dengan cara yang tidak wajar atau melanggar norma masyarakat.

Sebagian bahkan seluruh mahasiswa baru pasti merasakan culture shock di perguruan tinggi, terlebih lagi dengan lingkungan perkuliahan yang bisa dibilang sangat tidak biasa bagi mereka. Tugas, pertemanan, dan juga budaya di lingkungan perkuliahan yang membuat sebagian mahasiswa sulit untuk menyesuaikan diri dan pada akhirnya memutuskan untuk sendiri dan pasrah terhadap keadaan.

Brouwer (Alisjahbana,dkk, 1983) mencatat beberapa masalah yang harus diperhatikan mahasiswa yang kaitannya dengan penyesuaian diri atau status baru yang dihadapi, sebagai berikut:

  • Perbedaan cara belajar dari jenjang sebelumnya
  • Perpindahan tempat bagi mahasiswa yang merantau
  • Pertemanan dan pergaulan baru
  • Perubahan relasi
  • Dan nilai-nilai hidup

Lalu apa yang terjadi jika seorang individu terkhususnya mahasiswa gagal dalam penyesuaian diri,  apakah mereka akan dikucilkan. Ketika seseorang gagal dalam penyesuaian dirinya tentu yang dirasakannya cemas bahkan bisa mengalami depresi, gagal menyesuaikan diri dapat menjadi penyebab stress, karena pada dasarnya kesehatan mental merupakan kunci dari penyesuaian diri yang sehat maka dari itu penyesuaian diri sangat erat kaitannya dengan kesehatan mental.

Stress merupakan fenomena yang pasti dialami oleh semua individu, dalam psikologi stress adalah perasaan tertekan dan ketegangan mental. Tingkat stress yang rendah mungkin wajar bahkan tidak menimbulkan dampak apapun, akan tetapi tingkat stress yang tinggi justru menjadi bahaya bagi seseorang karena menyangkut dengan masalah bilogis, psikologis dan juga sosial. Menurut Silverman, et al. (2010), stress adalah reaksi tubuh terhadap perubahan yang membutuhkan respons, regulasi atau adaptasi fisik, psikologis, dan emosional, pemikiran yang menyebabkan frustasi, kemarahan, kegugupan dan kecemasan.

Mahasiswa sangat rawan mengalami stress tingkat tinggi khususnya mahasiswa akhir dan juga mahasiswa baru, yang menjadi fokus utama disini ialah mahasiswa baru yang kurang bisa menyesuaikan diri dan pada akhirnya mengalami kegagalan penyesuaian diri.

Akhir-akhir ini ramai diberitakan kasus bunuh diri mahasiswa, beragam faktor penyebab mahasiswa akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, salah satu faktor utamanya ialah stress. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa kegagalan dalam penyesuaian diri dapat menimbulkan stress yang mendalam.

Menurut Siswanto (2007:70), terdapat beberapa gejala yang dapat diamati mengapa seorang individu mengalami kegagalam dalam penyesuaian dirinya. Gejala gejala tersebut adalah:

  • Tingkah laku yang menyimpang dan tidak sesuai norma bahkan mengancam bagi sekitar, biasanya individu menampakan prilaku yang tidak wajar sehingga orang disekitar ketakutan untuk berinteraksi dengannya.
  • Individu yang bersangkutan tampak kesulitan, tidak nyaman, bahkan tidak mampu dalam mengoptimalkan penyesuaian dirinya dan berdampak pada prestasi dan juga kualitas dirinya.
  • Individu tersebut memiliki gejala distress subyektif yang terus menerus atau kronis, yaitu ketakutan dalam menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain dan menyebabkan individu tersebut mengalami gejala gejala lanjutan seperti, cemas, depresi dan panik.

Bagaimana sih penanganan dari depresi mahasiswa sebagai dampak gagalnya penyesuaian diri. Disini individu tentunya perlu melihat dan mengevaluasi kembali apa yang telah terjadi pada dirinya, membenahi kembali kehidupan beragamanya, dan menggunakan sarana atau fasilitas yang selama ini telah tersedia, contohnya seperti konseling  dan psikoterapi, individu juga diharapkan berlatih dalam menulis guna untuk mengekspresikan emosi lewat tulisannya.

Konseling disebut juga proses penanganan masalah individu yang dibantu oleh seorang professional yaitu konselor secara sukarela untuk mengubah prilakunya, mengklarifikasi sikapnya, ide-ide dan tujuannya sehingga masalahnya mungkin terpecahkan.

Menurut James P. Chaplin, psikoterapi siartikan sebagai penerapan Teknik khusus dalam penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan menyesuaikan diri setiap hari. Psikoterapi lebih menekankan pada penyembuhan atau pengobatan gangguan psikis menggunakan teori psikologis.

Peran atau tujuan dari konseling dan psikoterapi disini yaitu sebagai berikut:

  • Penguatan emosi, peran konseling dan juga psikoterapi disini sebagai pendukung yang mendorong individu agar dapat keluar dari permasalahannya dan juga meyakinkan individu bahwa dirinya dapat keluar dari permasalahannya lewat caranya sendiri.
  • Mengurangi tekanan emosi, disini peran konseling dan psikoterapi yaitu dalam membantu individu untuk melepaskan emosi yang selama ini ditahannya lewat bercerita ataupun tulisan.
  • Membantu individu dalam mengembangkan potensi yang dimiliki, dengan menyediakan kesempatan bagi individu untuk refleksikan diri, intropeksi dan juga lebih mengenal dirinya sendiri juga pengalaman yang dia lalui.
  • Mengubah struktur kognitif, tujuan konseling dan juga psikoterapi dalam hal ini adalah untuk menjelaskan lebih detail kepada individu mengenai kehidupan, bahwa kehidupan bukanlah hanya tentang hitam dan putih saja akan tetap lebih jauh dari itu .
  • Meningkatkan pengetahuan dan juga kapasitas agar dapat memilih keputusan yang tepat bagi hidupnya, disini konselor dapat mencerminkan prilakunya dan juga dapat memberikan andai andai kepada konseli konsekuensi dari keputusan yang dia ambil.
  • Meningkatkan hubungan antar pribadi, kenyamanan yang terjalin saat sesi konseling memmungkinkan atau mendorong individu untuk bersikap lebih terbuka kepada orang lain.

Kegagalan mahasiswa dalam menghadapi penyesuaian diri di perguruan tinggi yang berkelanjutan berdampak pada Kesehatan mental mahasiswa itu sendiri, akibat dari gangguan mental tersebut mempengaruhi lingkungan sekitar khususnya mahasiswa itu sendiri karena mungkin dapat menghambat untuk produktif dan mengembangkan potensi diri. Dari peran dan tujuan dari konseling dan psikoterapi yang telah dipaparkan, dapat kita ketahui seberapa pentingnya konseling dan psikoterapi dalam mendorong dan juga mendukung individu dalam permasalahan yang dihadapi khususnya dalam permasalahan penyesuaian diri. Mengakhiri hidup bukanlah jalan dari permasalahan, masih ada konselor dan sarana atau fasilitas lainnya yang siap membantu kalian keluar dari permasalahan yang ada.

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd & Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.

Universitas Pendidikan Indonesia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun