Pernahkah kita bertanya, mengapa ada mahasiswa yang terlihat lebih percaya diri, pandai mengatur waktu, dan cepat tanggap dalam mengambil keputusan? Salah satu jawabannya bisa jadi karena mereka aktif berorganisasi. Di balik jadwal kuliah yang padat, organisasi kampus maupun sekolah sering kali menjadi ruang belajar kedua yang tidak kalah penting.
Dalam psikologi pendidikan, belajar tidak hanya dipahami sebagai proses menghafal teori, melainkan sebagai perkembangan kepribadian dan keterampilan yang terjadi melalui pengalaman. Organisasi menyediakan "laboratorium sosial" tempat mahasiswa belajar langsung tentang kepemimpinan, komunikasi, kerja sama, hingga manajemen konflik.
Albert Bandura, melalui teori belajar sosialnya, menekankan bahwa manusia belajar melalui observasi, meniru, dan interaksi. Di dalam organisasi, mahasiswa menyaksikan bagaimana senior memimpin rapat, menyelesaikan masalah, atau menyusun program. Dari situlah mereka belajar bukan hanya dengan mendengar, tetapi juga dengan melihat dan mencoba.
Lebih jauh, organisasi juga mengasah keterampilan berpikir kritis. Ketika menghadapi perbedaan pendapat, anggota dituntut mencari solusi yang logis dan adil. Hal ini selaras dengan tujuan psikologi pendidikan: mengembangkan potensi intelektual sekaligus sosial-emosional peserta didik.
Namun, tentu saja berorganisasi bukan tanpa tantangan. Mengatur waktu antara kuliah, organisasi, dan kehidupan pribadi membutuhkan manajemen diri yang baik. Di sinilah teori perkembangan kognitif Piaget relevan. Pada tahap operasional formal, mahasiswa mulai memiliki kemampuan berpikir abstrak, merencanakan, dan memecahkan masalah. Organisasi menjadi wadah nyata untuk menguji sekaligus memperkuat tahap perkembangan tersebut.
Aktif berorganisasi bukan berarti melupakan akademik. Justru, jika dijalani dengan bijak, keduanya bisa saling melengkapi. Kuliah memberi dasar pengetahuan, sementara organisasi memberi pengalaman praktik. Keduanya akan membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.
Jadi, ketika ada kesempatan untuk berorganisasi, jangan ragu. Anggaplah itu sebagai investasi pendidikan yang tidak tertulis di transkrip nilai, tetapi sangat berharga untuk masa depan. Sebab, pada akhirnya, psikologi pendidikan mengajarkan bahwa belajar sejati bukan hanya tentang menguasai teori di kelas, melainkan juga bagaimana kita mengembangkan diri dalam kehidupan nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI