Mohon tunggu...
Agis
Agis Mohon Tunggu... Lainnya - A Learner

Seorang pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali ke Sekolah (?)

25 Juli 2020   08:55 Diperbarui: 25 Juli 2020   08:44 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak sekolah (pixabay.com)

Merespon kondisi ini, Saya paham jika para guru memiliki tujuan yang mulia, yakni pencegahan agar anak tetap produktif belajar di rumah. Kita tak pernah tahu pula faktor-faktor tertentu yang dimiliki guru sehingga minim interaksi.

Bisa jadi, guru tersebut memiliki keterbatasan dalam penggunaan teknologi yang lebih bervariasi, mengalami keterbatasan kuota pula untuk melakukan pembelajaran yang lebih interaktif, atau menyesuaikan kondisi mayoritas murid. Hasil survey juga menunjukkan bahwa anak-anak mengaku kesulitan saat pembelajaran daring karena kuota internet (42,2%).

KPAI juga mendapati bahwa masih terdapat murid yang belum memiliki peralatan yang mendukung untuk pembelajaran jarak jauh (15,6%). Hal ini semakin membuat saya terenyuh dan teringat beberapa kisah perjuangan yang sempat viral, seperti video seorang pemulung tua membawa sekarung uang receh untuk membeli HP bagi sang cucu atau kegigihan anak-anak bangsa berjalan menuju bukit untuk memperoleh sinyal yang memadai.

Pada satu sisi, fenomena ini semakin menyadarkan kita bahwa pembangunan fasilitas pendidikan dan teknologi masih belum merata, terutama di pelosok negeri. Pada sisi lain, kejutan dadakan ini menguji perjuangan para pendidik, anak, dan orang tua di tengah faktor-faktor yang "tidak dapat dikendalikan".

Situasi ini memang tidak biasa, semua serba seperti kejutan tak diinginkan. Ada aneka tantangan bagi anak, orang tua, sekolah, dan regulator. Setiap pihak ditantang untuk merancang mekanisme proses belajar "kebiasaan baru" selama pandemi. Mungkin setiap pihak mulai merasa jenuh, bahkan cenderung pasrah pada kondisi dan melontarkan tanya, "Berapa episode pendemi covid-19 yang harus kita mainkan?" Belum ada manusia yang bisa menjawab dengan mutlak, hanya ada prediksi angka-angka statistika. Namun, niscaya setiap aktor dituntut berjuang bermain peran pada lininya seoptimal mungkin.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun