Mohon tunggu...
Agi Julianto Martuah Purba
Agi Julianto Martuah Purba Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Saya senang mengamati, membaca, merasakan dan menyatukan semuanya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Merayakan Ketidakpedulian

8 Februari 2020   13:12 Diperbarui: 8 Februari 2020   13:21 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Interpretasi-interpretasi dan puisi tersebut tepat untuk menggambarkan kualitas pribadi kita yang gagal hidup sebagai makhluk sosial secara praktek nyata (mungkin secara teori kita berhasil). 

Kita tidak mampu menerapkan hidup gotong royong bahkan kita tidak mampu hidup harmonis dalam perbedaan. Ini terbukti dengan maraknya kasus SARA, intoleran, hingga bullying karena adanya perbedaan dalam situasi atau karekter sebagai pribadi.

Sebuah pertanyaan yang mungkin harus kita tanyakan kepada pribadi kita adalah "sudah sampai dimana kualitas kita sebagai pribadi?" apakah kita masih menyimpan ketidakpedulian dan kebencian pada mereka yang kita anggap berbeda? 

Apakah kita baru sampai pada tahap "selama mereka tidak ganggu saya, saya juga gak akan ganggu mereka?" atau sudah berada pada tahap "siapapun kamu, apapun sukumu, agamamu, bahkan berapapun harga outfitmu, aku tidak menghalangi diriku untuk membantumu".

"Yang bukan saudaramu dalam iman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan." - Sayyidina Ali bin Thalib

Artinya secara realistis kita memang tidak dapat menyelesaikan atau menemukan solusi untuk setiap masalah di dunia ini, di Negara ini, bahkan di dunia ini jika hanya dengan seorang diri. 

Oleh karena itulah, kita memiliki hakikat sebagai makhluk social. Inilah kontradiksinya. Sesuatu yang sering dilupakan "kebersamaan dan persatuan". Kita bisa membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih layak untuk ditinggali jika kita bersama-sama berkontribusi secara aktif di dalamnya dan saling membantu. 

Kemerdekaan dari penjajah hingga perjuangan  kesetaraan ras, gender adalah bukti yang tidak hanya di awang-awang bahwa ketika kita sepakat untuk berjuang dan mengambil peran dalam perjuangan tersebut, kita bisa menggapainya. 

Maka langkah awal yang bisa kita mulai adalah memulai dari diri sendiri untuk meningkatkan kepedulian kita secara aktif terhadap sesama dan menyisihkan beragam perbedaan dan hidup berdampingan sebagai sesama manusia dan sebagai warga dunia (kosmopolites) demi dunia yang penuh akan kasih antar sesama.

"Kita ibarat berada di ruangan yang terkunci, semua ingin keluar dari sana, tapi tidak ada yang mau mendobrak" - Ajmp

***

Penulis : Agi Julianto Martuah Purba

Seorang Prokopton (berusaha menjadi pribadi yg lebih baik) 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun