Mohon tunggu...
Yudis Tira
Yudis Tira Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

penulis keruh tanpa gemuruh.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humanism, Morality and Contingency

28 Februari 2013   04:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:34 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13620267361936095591

Sartre meyakini bahwa  manusia adalah Ada yang selalu terus berproses menjadi dan bisa melampaui dirinya sendiri. Humanisme yang diyakini oleh Sartre adalah humanisme yang terlalu mengagungkan manusia dan menomerduakan being lain. Bisa dikatakan bahwa humanisme Sartre adalah humanisme yang antroposentris.

Humanisme yang diusung Heidegger adalah humanisme yang menolak antroposentrisme. Manusia adalah makhluk yang dapat memahami dirinya karena being yang ada di sekitarnya, jadi manusia tidak boleh hanya melihat subjektivitas dirinya saja melainkan harus memperhatikan penyingkapan makna dari being di sekitarnya.

Strukturalisme merupakan aliran yang anti humanisme. Levi Strauss meyakini bahwa tujuan dari ilmu kemanusiaan adalah bukan untuk mengangkat derajad manusia melainkan untuk menghancurkan manusia sebagai objek epistemologi.

***

Manusia mempunyai  hasrat untuk menciptakan sesuatu  yang dapat melampaui kodratnya sebagai manusia. Saat manusia ingin menjadi superhuman maka secara otomatis ia juga menampakkan dirinya sebagai inhuman. Manusia merupakan campuran antara sisi baik dan sisi buruk. Manusia digambarkan sebagai makhluk yang memiliki moral monster (moral negatif) yang telah menjadi kodrat yang melekat dalam diri manusia dan bermuara pada sisi inhuman pada manusia.

Sesuatu yang dapat melampaui humanisme yang merupakan hasil dari teknologi, seperti robot. Disini, robot belum tentu monster. Yang membuat robot menjadi sesuatu yang negatif adalah akibat adanya sisi inhuman dalam diri manusia yang bertindak sebagai pembuat, pengatur dan pemakai dari robot itu. Jadi, robot dapat mendatangkan hal positif jika dipakai oleh manusia yang mempunyai niat baik, dan juga dapat mendatangkan hal negatif jika dipakai oleh manusia yang mempunyai niat jahat.

Menelisik tentang permasalahan kasus yang semula dianggap mitos namun kemudian benar-benar terjadi, seperti kasus kloning. Pada kasus kloning ini, kembali mengusik makna dari humanisme karena dengan adanya kloning maka bisa mewujudkan suatu cita-cita akan keabadian umat manusia. Kloning menjadi masalah seperti hal nya robot, namun sekali lagi ditegaskan bahwa semua itu tergantung kepada manusia yang menggunakan kedua hal itu, baik robot atau pun kloning. Jika digunakan untuk hal kebaikan maka tidak akan mendatangkan masalah, tapi jika digunakan untuk memenuhi hasrat negatif maka akan mendatangkan masalah.

Jika membicarakan tentang superhuman dan inhuman. Superhuman menurut Nietzsche dipandang sebagai perubahan bentuk yang bermula dari binatang kemudian ke tahap manusia biasa dan kemudian berubah menjadi manusia yang sejajar dengan Tuhan. Superhuman merupakan hasrat untuk melampaui human tetapi sekaligus mempunyai sisi inhuman. Seperti yang disinggung di awal bahwa manusia mempunyai sisi human dan inhuman. Tugas kita bukanlah memperdebatkan oposisi tersebut melainkan melakukan sesuatu yang lebih baik di dalam kehidupan ini.

***

Humanisme adalah term yang selalu mengalami perubahan atau kontingensi yang disebabkan adanya perkembangan pemikiran dan perkembangan teknologi. Itulah tesis yang bisa saya hadirkan dalam pembahasan kali ini.

Saya meyakini adanya kontingensi dalam makna suatu term. Dalam hal ini adalah term Humanism. Kontingensi dalam term humanism ini dipicu karena adanya perkembangan pemikiran dan perkembangan teknologi dalam kehidupan manusia. Perkembangan pemikiran tentang humanism berdampak pada adanya kontingensi dalam definisi term humanism dari masa ke masa, perubahan ini berjalan pada jalur teoritis.  Contohnya terlihat dari berbedanya makna humanisme dalam pemikiran Heidegger dan Sartre. Perkembangan teknologi dalam kehidupan manusia membuat adanya perubahan humanism dalam ranah praktis. Contohnya, dahulu makna humanisme masih dilihat dari hal-hal yang wajar yang dapat dijangkau manusia, namun seiring perkembangan teknologi, hal-hal yang dianggap mitos yang dianggap tidak bisa dijangkau manusia tetapi sekarang bisa diwujudkan kedalam realitas, seperti kloning dll. Hal ini menyebabkan makna humanisme bergeser, namun perubahan ini harus disikapi dengan positif agar makna humanisme tidak bergeser ke arah negatif.

Kontingensi makna humanisme harus diiringi dengan sikap yang mencerminkan fenomenologi Heidegger, dimana manusia sebagai Dasein harus menempatkan diri sebagai makhluk yang sejajar dengan being lain dan tidak menempatkan diri sebagai penjajah being lain. Hal ini agar terjadi keseimbangan dalam kehidupan yang selalu berkontingensi dan agar kita siap menghadapi perubahan dengan sikap yang dapat menjadikan perubahan itu menuju ke arah yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun