Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metamorfosis Impian

3 Oktober 2015   12:53 Diperbarui: 3 Oktober 2015   12:53 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya kira setiap orang yang hidup memiliki impiannya masing-masing. Impian atau cita-cita merupakan suatu tujuan yang ingin diwujudkan dalam hidup seseorang pada suatu hari periode kehidupannya. Ketika masih anak-anak dulu mungkin kita pernah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter, bermimpi menjadi pilot, berharap menjadi presiden, menjadi ustadz, dan beragam cita-cita lain. Pernahkah kita berfikir bahwa seringkali kita memiliki impian yang senantiasa berubah-ubah seiring waktu dan bertambahnya pengetahuan yang kita miliki? Pada masa menjadi murid di Taman Kanak-Kanak (TK) mungkin diantara kita ada yang bercita-cita menjadi seorang presiden, mungkin ada juga yang bercita-cita menjadi polisi, menjadi menteri, menjadi pilot, menjadi anggota TNI, dan lain sebagainya. Namun ketika kita beranjak semakin dewasa seperti ketika sudah masuk Sekolah Dasar (SD), adakalanya impian yang pernah kita miliki sebelumnya ketika masih TK bisa berubah dan berbeda dari sebelumnya. Jika pada saat masih TK kita berangan-angan suatu hari kelak menjadi pilot, ketika sudah SD mungkin angan itu berubah menjadi keinginan untuk menjadi pemain sepakbola profesional. Ketika ada seorang anak TK yang memiliki cita-cita untuk menjadi presiden, maka pada saat sudah masuk SD cita-citanya bisa jadi berbeda dari sebelumnya. Begitupun ketika kita beranjak menjadi pribadi yang lebih dewasa, lebih matang, lebih berpengalaman, dan memiliki pengetahuan yang lebih banyak dari sebelumnya maka impian yang kita miliki pun berpotensi besar untuk ikut berubah. Seiring waktu kita terus tumbuh, kita bermetamorfosis menjadi pribadi yang baru daripada sebelumnya.

Perubahan akan terus terjadi dalam hidup kita. Apakah sama yang kita rasakan ketika menjadi seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dibandingkan ketika masih menjadi siswa SD? Apakah ketika sudah menjadi mahasiswa kita masih sama pemikiran, perilaku, dan sikap kita sebagaimana halnya ketika masih berstatus anak sekolahan? Tentunya semuanya sudah banyak yang berubah. Pemikiran kita terus berkembang, kematangan dalam menyikapi problematika hidup juga tentunya lebih baik dibandingkan periode terdahulu. Semua perubahan ini juga berdampak pada impian-impian yang kita miliki dari waktu ke waktu. Ketika kita terus bermetamorfosis menjadi pribadi baru setiap detiknya, maka impian kita pun juga melakukan metamorfosisnya sendiri. Impian untuk menjadi pemain sepakbola semasa kita masih di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mungkin akan pudar dengan sendirinya dan berganti impian untuk menjadi seorang insinyur ketika SMA. Sedangkan sepakbola hanya menjadi sebatas hobi dan bukan merupakan tujuan utama untuk digapai sebagai sebuah impian. Apabila semasa menjadi pelajar SMP dan SMA pikiran kita masih didominasi oleh keinginan untuk bersenang-senang saja, maka ketika sudah beranjak menjadi mahasiswa atau sesudah terjun ke dunia kerja apa yang ada dalam benak kita akan sangat jauh berbeda. Kita menjadi lebih memilih dan memilah tentang profesi-profesi apa yang sebaiknya dipilih untuk ditekuni. Bidang-bisang apa yang sekiranya perlu diberikan fokus lebih agar memberikan hasil yang maksimal dalam kehidupan. Misalnya, ketika seorang mahasiswa sudah memutuskan untuk memiliki bisnis sendiri maka ia akan mengerahkan seluruh kemampuannya guna mewujudkan impian menjadi pengusaha sukses. Begitupun mahasiswa yang memutuskan untuk berkarir menjadi profesional di suatu perusahaan terkemuka dengan impian bahwa suatu hari kelak ia akan menjadi orang tertinggi di suatu perusahaan (Presiden Direktur, CEO, dan lain-lain). Mahasiswa dengan impian menjadi pengusaha dan tenaga profesional tersebut mungkin saja ketika masih menjadi anak sekolahan dulu memiliki impian yang berbeda dengan yang mereka miliki saat ini. Ketika TK mereka mungkin berharap untuk menjadi Guru, ketika SD mungkin saja mereka berkeinginan agar suatu saat bisa menjadi polisi, ketika SMP bercita-cita menjadi insinyur, ketika SMA bercita-cita menjadi atlet, dan lain sebagainya. Metamorfosis terjadi pada impian yang kita miliki, layaknya sebuah kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu nan indah. Metamorfosis adalah perubahan wujud menjadi sesuatu yang baru, yang lebih indah, yang lebih memberikan nilai positif tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga orang lain.  Perubahan ini didasari oleh adanya kesadaran akan passion yang dimiliki, sikap realistis, dan inspirasi atau masukan-masukan dari lingkungan.

Mungkin tidak semua orang mengalami metamorfosis dalam impiannya, akan tetapi sebagian besar dari kita akan mengalami hal ini. Perbedaan metamorfosis impian yang dialami oleh masing-masing individu lebih kepada berapa lama panjang “fase” yang harus dijalani. Apakah seorang individu cukup sekali mengalami metamorfosis saja atau butuh berkali-kali hingga akhirnya ia menemukan impian sejatinya. Diantara kita mungkin ada yang sedari anak-anak, tumbuh semakin besar, beranjak dewasa, menjadi remaja, dan seterusnya terus “konsisten” dalam impiannya. Sedari kecil bermimpi untuk menjadi seorang dokter dan seiring waktu terus menjaga impian itu hingga akhirnya terwujud. Namun banyak diantara kita yang mengalami inkonsistensi impian. Selalu berubah-ubah. Inkonsistensi impian bukanlah sebuah kesalahan bagi diri seseorang, akan tetapi itulah bentuk metamorfosis dalam upaya pencarian impian terbaik dari setiap orang. Adakalanya kita sulit untuk menyadari potensi, bakat, ataupun passion kita sendiri. Minat dan ketertarikan kita cenderung berubah-ubah seiring waktu akibat beragam faktor, baik internal maupun eksternal. Pada kondisi ini sebenarnya kita tengah berproses metamorfosis, menjalani fase kehidupan menuju impian dan harapan yang sesungguhnya.

Seperti sudah disinggung sebelumnya bahwa perbedaan metamorfosis impian antara individu satu dengan yang lainnya adalah terkait dengan fase yang dijalani. Ketika masih kecil dulu kita mungkin pernah memiliki impian untuk menjadi seorang dokter, maka itulah fase pertama dalam metamorfosis impian kita. Semakin beranjak dewasa dan mendapatkan pengetahuan baru terkadang kita “goyah” dengan impian atau cita-cita sebelumnya untuk menjadi seorang dokter. Adapun impian untuk menjadi seorang dokter pun berubah, misalnya menjadi ustadz atau guru ngaji. Impian atau cita-cita menjadi ustadz inilah fase kedua dari metamorfosis impian yang kita alami. Begitu seterusnya ketika kita memiliki impian yang terus berganti-ganti. Semakin sering impian kita berganti maka fase dalam metamorfosis impian kita pun akan semakin banyak. Tidak menutup kemungkinan bahwa kita akan menjalani fase impian yang sama dengan sebelumnya, karena terkadang kita melewatkan sebuah impian yang sebenarnya itu adalah impian sejati kita.

Metamorfosis impian adalah sebuah keniscayaan yang akan dialami oleh setiap orang. Metamorfosis impian adalah sebuah proses menemukan mimpi sejati diri kita. Selama kita belum menemukan impian yang sebenarnya dalam perjalanan hidup kita, maka metamorfosis itu akan terus berlangsung. Laksana ulat yang bermetamorfosis menjadi sebuah kupu-kupu nan indah, maka kupu-kupu itulah impian sejati dari sebuah proses metamorfosis yang dilakukan. Begitu pula dengan impian-impian yang kita miliki. Impian yang kita miliki ketika kecil dulu mungkin masih laksana “ulat” yang seiring waktu terus berproses menjadi impian kita disaat ini. Mungkinkah impian yang kita miliki saat ini sudah merupakan “kupu-kupu” nan indah itu? Atau apakah impian yang kita miliki saat ini hanyalah salah satu fase yang kita jalani menuju impian sejati kita? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

Selamat bermimpi.

 

Ditulis oleh : Agil S Habib

Sumber gambar : https://wiccareencarnada.files.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun