Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

5 Tips Move On dari Trauma Pilpres untuk Para Simpatisan

16 Februari 2024   14:43 Diperbarui: 17 Februari 2024   03:32 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Trauma pilpres bisa melanda para simpatisan| Ilustrasi gambar : kompas.com / pixabay

Hari pencoblosan memang sudah selesai untuk sebagian wilayah Indonesia, meskipun mungkin ada sebagian wilayah lain yang harus melakukan pemilu susulan karena sesuatu hal. 

Klaim kemenangan salah satu kandidat berdasar hasil quick count beberapa waktu lalu tidak bisa dipungkiri memang cukup mempengaruhi kondisi psikologis para simpatisan pilpres yang "kalah". Sesak di dada, patah hati, marah, dan kecewa melihat keadaan tampak jelas terpampang di berbagai lini masa. Ada trauma pilpres yang melanda.

Apalagi ketika luka itu justru disiram air garam oleh simpatisan lain yang mengklaim kelompok mereka sebagai pemenang. Sampai-sampai ada yang mengatakan menyesal ikut memilih dan enggan untuk terlibat lagi dalam pesta demokrasi berikutnya.

Proses politik yang penuh intrik dalam balutan pesta demokrasi tahun ini tidak bisa dipungkiri memang telah memantik banyak kekecewaan bahkan trauma bagi sebagian kalangan. Trauma pilpres. Khususnya para simpatisan yang secara terang-terangan mendeklarasikan pilihannya kepada khalayak.

Tapi, tentu kita tidak bisa terus-menerus menunduk dalam keterpurukan. Terlebih trauma berkepanjangan. Berpihak kepada kandidat tertentu bukan suatu hal yang salah. Hanya saja ada saatnya bagi kita untuk memutus keterikatan yang terlalu kuat itu.

Mungkin kita bisa merenungi tweet dari Komika Sammy Notaslimboy melalui unggahan di akun X-nya, "Posisi saya selalu sama. Sebelum pemilu, mendukung yang paling sejalan. Selesai, menagih ke pemenang.". Menguntungkan, bukan?

Sssstt... Tapi saya terlanjur trauma dan tidak bisa menerima keadaan ini. Kecurangan terpampang dimana-mana. Masa, kandidat yang terjun ke rakyat justru kalah oleh mereka yang berlindung dibalik ketiak kekuasaan?

Sudah, sudah. Daripada kalian galau terus dan meratapi trauma pilpres, lima tips ini perlu dicoba agar bisa move on dari keadaan sekarang.

Fokus Ulang Niat Memilih

Apa niatan kita saat pertama kali memutuskan untuk memilih salah satu kandidat? Apakah agar supaya menang atau semata karena merekalah figur yang paling merepresentasi pikiran kita?

Jika niatannya adalah yang pertama, untuk menang, maka sepertinya perlu ada yang diluruskan kembali dari niatan kita turut serta dalam pemilu. Karena bagaimanapun tidak ada jaminan untuk menang bagi kandidat tertentu. Bisa jadi juga si pemenang ternyata membawa visi misi yang bertolak belakang dengan keinginan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun