Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker99, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Koran Warteg dan Satu Sudut Literasi yang Pelan-pelan Menghilang

2 September 2021   21:42 Diperbarui: 2 September 2021   21:42 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi baca koran yang pernah menjadi teman makan pelanggan warteg | Sumber gambar : nihaoindo.com

Semasa kuliah dulu ada satu kebiasaan menarik yang sering saya dan beberapa teman lakukan. Yaitu menikmati sarapan di warteg sembari menikmati sajian berita terbaru pada lembaran kertas koran yang disediakan oleh ibu pemilik warung. Menikmati setiap suapan sembari mata menatap huruf demi huruf pada lembaran berita koran. Menyenangkan sekaligus mengenyangkan. Bukan hanya perut yang kenyang oleh makanan, tapi pikiran pun menjadi bertambah wawasan.

Kebiasaan itupun sepertinya bukan kami saja yang menjalani. Hampir setiap pengunjung warteg yang datang untuk makan selalu melongok kanan kiri mencari-cari dimana gerangan letak koran hari ini. Kalaupun misalnya koran edisi terbaru belum datang maka biarlah edisi kemarin yang menjadi hiburan.

Beberapa kali kami bahkan rela menjadi pengunjung pertama warteg demi mendapatkan informasi terdepan. Pemberitaan terbaru dari kertas koran langganan si pedagang. Sesuatu yang barangkali langka untuk dilakukan oleh para mahasiswa rantau seperti kami waktu itu.

Apalagi komoditas internet umumnya hanya bisa dijamah melalui bilik-bilik warung internet (warnet) dengan tarif yang lumayan sementara durasinya tidak seberapa. Sehingga opsi menambah wawasan bacaan yang paling mudah adalah melalui sudut-sudut warteg yang menyediakan literasi gratis bagi para pengunjungnya. Mungkin hal itu juga merupakan bagian dari strategi marketing mereka waktu itu. Entahlah.

Literasi yang Memudar

Semakin kesini sepertinya sudah semakin banyak yang berubah. Tidak terkecuali dengan "effort" sebagian pemilik warteg untuk menyediakan bahan bacaan koran gratis bagi pengunjungnya. Terlebih saat ini keberadaan koran terbilang sudah melewati periode keemasan. Semakin ditinggalkan dan kalah saing oleh media digital.

Kalaupun masih ada warteg yang dengan baik hati menyediakan beberapa lembaran kertas koran maka pastilah jumlahnya sangat sedikit. Dan peminat bacaannya pun sepertinya sudah tidak seantusias dulu lagi.

Ketimbang menikmati hidangan sambil membaca koran, barangkali sebagian pengunjung warteg lebih memilih untuk menyelinginya dengan menikmati tontotan video youtube. Menyaksikan beberapa hiburan yang bisa dinikmati dengan lebih santai ketimbang harus melafalkan huruf demi huruf seperti halnya saat membaca koran.

Itulah kebiasaan yang belakangan semakin dominan di sekeliling kita. Atensi kita sudah bergeser dari masa sebelumnya berkat "ulah" sekaligus "peran" teknologi. Disatu sisi kita bisa memperoleh beragam jenis berita dengan lebih mudah, tapi disisi lain kita juga memiliki kecenderungan untuk mengabaikan kebiasaan membaca.

Lain halnya saat media koran masih berada di puncak kejayaan. Setiap informasi berita yang tertulis di surat kabar jarang dipilih-pilih untuk dibaca. Mulai dari iklan lowongan kerja, berita olah raga, bahkan hingga perkembangan politik terbaru dilibas dalam sekejap saat menikmati seporsi hidangan warteg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun