Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haji Usia Muda, Dinamika Asa dan Pedoman Meraihnya

10 Oktober 2020   08:01 Diperbarui: 10 Oktober 2020   08:20 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi haji muda | Sumber gambar: percikaniman.id / pixabay

"Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara: MASA MUDAMU sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa miskinmu, masa lapangmu sebelum datang masa sempitmu, dan hidupmu sebelum datang matimu." (HR. Al Hakim)

Masa muda memiliki arti yang istimewa dalam periode kehidupan setiap orang. Bisa dibilang masa itu merupakan periode puncak kehidupan manusia dari serangkaian periode mulai dari alam kandungan, kehidupan balita, beranjak remaja, menjadi tua, hingga akhirnya meninggal dunia. Bahkan baginda Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa semua manusia di alam akhirat nanti akan dijadikan muda untuk selamanya.

Beberapa kali sejarah juga mencatat tentang kisah para pemuda yang meninggalkan keteladanan luar biasa bagi generasi setelahnya. Ada kisah tentang Ashabul Kahfi yang menceritakan 7 orang pemuda dengan keteguhan mempertahankan imannya dari kekangan pemimpin dzalim. 

Perjuangan para pemuda yang bersembunyi didalam goa hingga ditidurkan oleh Allah SWT selama ratusan tahun tersebut bahkan diabadikan dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi. 

Selain itu ada juga sosok pemuda yang oleh Baginda Nabi Muhammad SAW disebut sebagai pemuda langit. Seseorang yang tidak terkenal di bumi namun terkenal di langit. Dialah Uwais Al-Qarni. Seorang pemuda asal Yaman yang begitu taat kepada ibunya. Sampai-sampai Rasullullah menyeru para sahabat terdekat beliau seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, dan Ali bin Abi Thalib agar meminta didoakan olehnya.

Momen Emas Generasi Muda

Usia muda bukanlah saat untuk berleha-leha, justru hal itu menjadi kesempatan emas kita untuk berbuat sesuatu yang luar biasa dan monumental. Dengan adanya seruan bahwa seorang muslim harus memanfaatkan sebaik mungkin masa mudanya sebelum datang masa tua hal ini mengindikasikan bahwa masa muda adalah momen puncak bagi seseorang untuk memperbanyak dan memperbaiki kualitas ibadah. Sebuah "puncak" ibadah pun hendaknya bisa dilakukan pada periode ini. 

Dengan kata lain ibadah haji selaku Rukun Islam ke-5, puncak Rukun Islam, dan sekaligus penyempurna keislaman seseorang hendaknya menjadi concern utama para generasi muda. Apalagi selama bertahun-tahun jumlah jemaah haji yang berangkat ke tanah suci selalu didominasi oleh "generasi tua".

Jumlah Jemaah Haji Berdasar Kelompok Umur Tahun 2019

Sumber data : Diolah dari informasi antaranews.com dan Kemenag RI
Sumber data : Diolah dari informasi antaranews.com dan Kemenag RI
Menilik data jemaah haji yang berangkat pada tahun 2019 lalu kelompok generasi milenial jumlahnya masih kalah bila dibandingkan dengan generasi baby boomers. Selain mungkin karena kebijakan pemerintah yang mengutamakan para lansia untuk berangkat haji lebih dulu, hal ini juga disebabkan keterlambatan kalangan anak muda untuk mempersiapkan hajinya sedini mungkin. 

Haji muda masih belum tumbuh dalam kesadaran para generasi muda. Sedangkan kelompok usia 41 -- 60 tahun (generasi X) mendominasi sejumlah terbesar jemaah haji yang berhasil berangkat ke tanah suci. 

Dengan lama masa tunggu keberangkatan yang mencapai 20 tahun, ini berarti para jamaah haji tersebut sudah harus bersiap sejak usia mereka 21 -- 40 tahun. Meskipun sebenarnya tidak semua jamaah tersebut merasakan lama antrian keberangkatan yang sama, akan tetapi dalam hal ini kita bisa mengetahui bahwa butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa pergi ke tanah suci. Itupun dengan catatan sudah memiliki finansial yang cukup untuk dibayarkan dan mendapatkan nomor antrian keberangkatan dengan nominal sebesar 25 juta rupiah berdasarkan kurs saat ini.

Lantas bagaimana caranya agar kita bisa berangkat dalam rentang usia yang lebih muda? Tentu saja dengan melakukan persiapan yang lebih dini dari kebanyakan orang yang lain. Selain memungkinkan kita untuk bisa menatap baitullah dalam keadaan fisik yang masih segar bugar, hal itu juga memberi kita cukup waktu untuk mengumpulkan tabungan biaya keberangkatan dan mendapatkan nomor antrian sejak jauh-jauh hari. Sehingga ketika waktu keberangkatan segera tiba maka finansialnya juga sudah siap.

Ikhtiar Anak Muda

Mungkin akan banyak sekali alasan yang diutarakan tatkala ibadah haji harus dipersiapkan sesegera mungkin. Sulit membagi uang, kebutuhan yang padat sehingga tidak bisa menyisihkan meskipun sedikit, merasa belum pantas berhaji, atau dorongan berhaji yang hilang timbul tak menentu di benak seseorang tatkala diminta mempersiapkan diri berhaji. 

Berhaji di usia muda seperti menjadi sebuah dinamika asa tersendiri. Namun dalam hal ini kita sepatutnya sebagai generasi muda bisa meneladani sikap Uwais Al-Qarni dalam memperjuangkan keinginan ibunya yang sudah tua renta dan buta kedua matanya untuk bisa pergi menunaikan ibadah haji, dan belum lagi kondisi ekonomi yang sangat kekurangan. 

Namun tekad seorang Uwais Al-Qarni yang bersedia berjalan kaki sambil menggendong ibunya dalam perjalanan dari Yaman ke Mekah merupakan sesuatu yang luar biasa. Sebuah sikap yang tidak salah kiranya apabila Baginda Rasullullah melabelinya sebagai pemuda langit.

Berikut ini adalah beberapa sikap keteladanan yang diajarkan oleh Uwais Al-Qarni agar kita para generasi muda memiliki niatan yang kuat, tekad yang bulat, serta semangat yang membara dalam memperjuangkan misi berhaji di usia muda meskipun dalam hal ini terdapat banyak sekali hambatan, rintangan, maupun keterbatasan. 

Keteladanan ini pun sangat layak menjadi pedoman bagi kita dalam upaya menuju tanah suci. Sebuah pedoman yang tidak hanya membangkitkan hasrat berhaji, tetapi juga memberikan arahan terkait apa yang mesti diperbuat tatkala keinginan menjadi tamu Allah SWT sudah menjangkit di dalam hati.

  1. Cinta adalah segalanya. Ketika seseorang diliputi rasa cinta maka tindakan luar biasa akan menyertainya. Kecintaan kepada seorang ibu, kepada agama, terlebih kepada Sang Pencipta akan menjadi landasan yang kuat dalam melangkah.
  2. Niatan yang tulus dan tekad yang kuat akan terlahir dari kecintaan seseorang yang ingin memuliakan Tuhannya, mentaati ibunya, atau menyempurnakan agamanya. Segala cara akan ditempuh meskipun itu mengharuskan seseorang melakukan sesuatu yang luar biasa.
  3. Membuat rencana atau strategi untuk mewujudkan niatan tersebut. Bukan sekadar berkeinginan, akan tetapi juga membuat suatu perencanaan untuk menjadikan niatan tersebut bisa terlaksana sesuai keinginan. Uwais Al-Qarni tidak serta merta menggendong ibunya pergi ke Mekah, namun sebelum itu beliau menempa fisiknya dengan setiap hari dengan menggendong anak lembu naik turun bukit.
  4. Komitmen terhadap rencana yang dibuat. Selama 8 bulan Uwais Al-Qarni konsisten mengasah fisiknya sembari menggembala lembu miliknya. Saat waktunya tiba Uwais sudah benar-benar siap secara fisik sekaligus mempunya finansial yang cukup dari hasil menjual lembu yang sudah dewasa.
  5. Semangat anak muda. Uwais Al-Qarni meskipun hidup dengan segala katerbatasannya tetaplah sesosok anak muda yang memiliki ketaatan pun keuletan untuk melaksanakan ketaatan tersebut. Sebuah ciri khas pemuda hebat yang layak kita tiru.

Kelima keteladanan sekaligus pedoman dari Uwais Al-Qarni tersebut setidaknya akan mampu menjadi petunjuk kemana diri kita harus melangkah. Terkadang berhaji itu tidak selalu karena kendala fisik ataupun finanasial, lebih awal lagi adalah keberadaan niat atau keinginan yang kuat untuk menjadi tamu Allah SWT juga tak kalah penting. Antara kemauan dan kemampuan harus sejalan. Keberadaan pedoman ini bertujuan untuk menyelaraskan kedua hal itu.

Infografis 5 Pedoman Atasi Rintangan Haji

Sumber : Dokpri
Sumber : Dokpri
Saatnya Melangkah Menuju Baitullah

Apabila belum terbersit keinginan untuk berhaji lantas apa yang harus dilakukan? Apakah kita masih perlu mempersiapkan haji sejak di usia muda? Tidak adakah cara untuk membangkitkan hasrat berhaji? Karena bagaimanapun juga tanpa dilandasi niatan yang kuat maka setiap perencanaan yang dibuat bisa jadi berhenti ditengah jalan. Jika sudah seperti itu lantas bagaimana solusinya?

Sebuah penggalan lirik dari lagu berjudul Risalah Hati dari group band Dewa 19, "... Biar cinta datang karena terbiasa.." sepertinya bisa kita ambil pelajaran. Sebagaimana pedoman yang diajarkan oleh Uwais Al-Qarni tentang landasan cinta yang mendasarinya untuk bisa menghajikan sang ibu, atau antusiasme yang mendorong banyak dari kalangan miskin seperti pemulung, penarik becak, pemungut sampah, bahkan para pekerja serabutan sekalipun yang begitu gigih berjuang agar bisa pergi ke tanah suci semuanya adalah karena rasa cinta kepada agama dan terutama kepada Tuhannya. Jadi pada dasarnya kita hanya perlu membiasakan misi berhaji merasuk kedalam diri kita dalam wujud cinta.

Seringkali rasa keharusan itu muncul tatkala ada sebuah ikatan yang terjalin. Seperti pasangan suami istri yang awalnya tak saling mencintai tapi karena setiap hari hidup bersama akhirnya tumbuh perasaan tersebut. Demikian halnya dengan haji, kita perlu menciptakan ikatan itu. 

Caranya? Langsung saja mendaftar dalam program rencana haji. Di antaranya dengan membuat Rekening Tabungan Haji Danamon Syariah sehingga kita akan lebih terarah untuk menyisihkan sebagian dari harta yang kita punya untuk ditabung sebagai biaya persiapan haji. Efeknya bukan hanya membuat kita selangkah lebih maju dalam persiapan haji, tetapi juga mempererat ikatan kita dengan rukun Islam ke-5 ini. Lambat laun benih-benih cinta itu akan tumbuh sehingga mendorong kita untuk belajar lebih banyak tentang ibadah haji berikut segala aspek pendukungnya.

Mengikuti program Tabungan Haji Danamon Syariah secara tidak langsung juga telah membuat kita mengikuti pedoman terkait rencana dan strategi dalam mewujudkan niat berhaji. Apa yang kita lakukan menjadi terarah dan sistematis. Kelak ketika tabungan sudah mencukupi maka secara otomatis kita akan terdaftar dalam Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) dan mendapatkan nomor antrian keberangkatan haji. Dan setelah itu kita hanya perlu berkomitmen dan menjaga konsistensi atas segala ikhtiar yang telah dilakukan selama ini. Terus menabung sesuai kemampuan, terus belajar memperkaya khasanah berhaji sembari memperkuat keimanan, dan tak lupa juga mengasah kesiapan fisik.

Seiring dengan semangat muda kita menunaikan ibadah haji, InsyaAllah masa penantian menuju baitullah selama 20 tahun itu akan terasa lebih singkat. Sesingkat yang dirasakan Ashabul Kahfi kala terbangun dari tidurnya. Bahkan tanpa terasa kita sudah menjadi seteguh Uwais Al-Qarni dalam menegakkan ikhitar menuju rumah Allah SWT. Lantas apa lagi yang perlu kita tunggu? Saatnya anak muda melangkah menuju baitullah.


Salam hangat,

Agil S Habib

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]; [5]; [6]; [7]; [8]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun