Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi 4 "Fase" Hajatan dalam Adat Jawa

25 Agustus 2020   13:44 Diperbarui: 25 Agustus 2020   13:43 1823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat masih kecil dulu saya dan teman-teman sebaya begitu senang sekali kala ada kerabat atau tetangga yang akan menggelar acara pernikahan atau khitanan. 

Kedua jenis hajatan itu umumnya merupakan momen hajatan "akbar" yang digelar oleh suatu keluarga. Terlebih bagi mereka keluarga kalangan berada yang menyuguhkan pertunjukan seperti wayang kulit, reog, ludruk, dan lain sebagainya. 

Meski sebuah hajatan tidak menyuguhkan acara hiburan tertentu seperti beberapa hal tadi. tetapi umumnya setiap keluarga yang menggelar acara akan melalui beberapa rangkaian kegiatan selama beberapa hari. Didaerah saya beberapa hari tersebut dikenal dengan istilah marut kelopo, njenang, manggulan, dan denge.

Hari pertama sebuah gelaran hajatan biasanya akan diawali dengan kegiatan memarut kelapa (marut kelopo) yaitu si tuan rumah dengan dibantu para sanak kerabat dan juga tetangganya akan memarut kelapa untuk diperas santannya. Layaknya sebuah hajatan maka jumlah kelapa yang diparut pun sangat banyak. 

Santan kelapa ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan baku utama salah satu sajian yang akan dihidangkan kepada para tamu pada hari-H acara. Biasanya para kaum ibu yang melakukan kegiatan ini. 

Sedangkan kaum bapak umumnya membantu mengupas kulit kelapanya. Disertai canda tawa kegiatan tersebut dilakukan penuh suka cita. Terasa sekali kebersamaan di dalamnya. 

Selain memarut kelapa, tuan rumah juga akan menyiapkan hidangan lain terutama jajanan tradisional untuk melengkapi sajian kepada para tamu. 

Kegiatan tersebut sebenarnya tidak selalu tuntas pada hari pertama, kadang beberapa diantaranya masih perlu dilanjutkan pada hari berikutnya. Apalagi jika tamu yang diperkirakan datang jumlahnya banyak.

Pada hari kedua rangkaian kegiatan hajatan dikenal dengan istilah njenang atau proses mengolah sajian makanan yang dalam istilah jawa dikenal dengan sebutan "jenang". 

Apabila kita pernah melihat jajanan "dodol" maka penampakannya seperti itu. Berwarna coklat, lengket, manis, dan ulet. Terbuat dari perpaduan antara ketan, santan kelapa, gula merah, dan beberapa bahan lain. 

Proses marut kelopo pada hari pertama salah satunya dimaksudkan untuk menyiapkan bahan baku pembuatan "jenang" di hari kedua. Proses njenang ini cukup menarik karena menyita waktu yang tidak sebentar. Proses memasak yang dimulai dari pagi hari baru akan selesai pada sore hingga malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun