Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengukur Keberhasilan Penanganan Pandemi Melalui Elektabilitas, Tepatkah?

9 Juni 2020   11:46 Diperbarui: 9 Juni 2020   11:35 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil | Sumber gambar : detik.com / Instagram @ridwankamil

Sebuah hasil survei elektabilitas dan popularitas tokoh baru-baru ini dirilis dengan beberapa kepala daerah mengalami fluktuasi "suara". Prabowo Subianto masih menjadi yang terdepan sebagai kandidat populis calon presiden mengalahkan figur-figur lain (kecuali Jokowi yang memang tidak masuk hitungan). 

Anies Baswedan yang selama beberapa periode survei terkahir memiliki elektabilitas tepat dibawah Prabowo kini harus tergeser oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Ganjar naik peringkat. Demikian juga dengan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Satu figur kepala daerah lain yang turut disurvei adalah Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur. Namun Khofifah "bernasib" sama dengan Anies, elektabilitasnya menurun dibanding rilis survei sebelumnya. Entah kebetulan atau tidak, DKI Jakarta dan Jawa Timur memang sama-sama menjadi episentrum persebaran virus corona COVID-19 di Indonesia.

Melanisr data tirto.id per 8 Juni 2020 kemarin total kasus terinfeksi COVID-19 di Jakarta masih yang tertinggi dengan 8.121 kasus. Disusul oleh Jawa Timur dengan 6.313 kasus, Jawa Barat 2.424 kasus, Sulawesi Selatan 2.014 kasus, dan Jawa Tengah dengan 1.642 kasus menggenapi lima besar provinsi dengan kasus COVID-19 terbesar. 

Dengan mengesampingkan sosok Prabowo Subianto, berturut-turut tingkat elektabilitas figur tersebut adalah Ganjar Pranowo 11,8%, Anies Baswedan 10,4%, Ridwan Kamil 7,7%, Sandiaga Uno 6,0%, AHY 4,8%, Khofifah Indar Parawansa 4,3%, Mahfud MD 3,3%, Erick Thohir 1,6%, Puan Maharani 0,8%, Tito Karnavian 0,6%, Budi Gunawan 0,4%. Jika melihat urut-urutan antara "prestasi" kepala daerah dalam mangani pandemi, khsusnya terkait upaya meredam persebaran COVID-19, sulit untuk mengatakan bahwa elektabilitas figur berbanding lurus dengan pencapaian yang mereka lakukan di wilayah masing-masing. 

Korelasi diantara keduanya bisa dibilang masih cukup rumit. Anies dengan daerahnya yang memiliki kasus tertinggi berada di atas Ridwan Kamil dan Khofifah yang jumlah kasusnya lebih sedikit. Terkhusus untuk Ganjar mungkin dia sedikit lebih cocok berada di posisi pertama karena wilayah Jawa Tengah relatif lebih sedikit dibandingkan beberapa provinsi utama di pulau Jawa. Menariknya, Jawa Tengah juga masih lebih sedikit kasus dibandingkan Sulawesi Selatan.

Perhatian publik mungkin lebih banyak tercurah pada beberapa kepala daerah yang berpotensi lebih sering tampil di hadapan publik. Semakin sering seorang figur diberitakan media masa dengan proporsi berita positif, sedikit banyak hal itu akan turut mengerek elektabilitasnya juga. Sehingga wajar apabila muncul anggapan bahwa pencitraan para pemimpin sangat menentukan level elektabilitasnya. Namun yang harus diingat bahwa elektabilitas figur belum bisa dipakai sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan mereka dalam menaanggulangi efek pandemi. 

Survei elektabilitas lebih banyak dipengaruhi oleh anggapan dan perasaan respondennya, bukan berbasis pada data-data terukur yang menjadi parameter penanganan pandemi. Tolok ukur keberhasilan pandemi mungkin ada yang benar-benar pasti. Jumlah kasus teinfeksi COVID-19 hanyalah salah satunya. Termasuk juga angka kesembuhan pasien dan juga angka kematian akibat virus corona COVID-19. Demikian juga dengan situasi ekonomi di wilayah teritori masing-masing kepala daerah. Intergrasi semua variabel terkait kemudian diperiksa mana yang paling baik. Mungkin itulah takaran yang paling mendekati untuk melihat sejauh mana kinerja para kepala daerah itu berjalan.

Rasa-rasanya kurang fair apabila kita memvonis kinerja para pemimpin kita khususnya para kepala daerah terkait upaya mereka menangani pandemi hanya berdasar pada survei elektabilitas saja. Bagaimanapun ada tolok ukur yang lebih relevan untuk mengkaji hal itu. Dan rasanya hal itu lebih tepat untuk memeriksa siapa sebenarnya yang lebih cakap dalam bekerja dan mana yang pandai mengumbar kata-kata atau tebar pesona.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun