Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Meniru Kesabaran Nabi Ayub AS dalam Menyikapi Covid-19

13 Mei 2020   11:58 Diperbarui: 13 Mei 2020   12:06 1342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : republika.co.id

Pandemi COVID-19 benar-benar menjadi ujian tersendiri bagi negara ini. Setiap orang merasakan kesulitannya masing-masing. Mulai dari kehilangan pekerjaan, berkurangnya jumlah penghasilan, menjadi korban aksi kriminalitas, kelaparan, hingga terinfeksi oleh virus corona itu sendiri. 

Bisa dibilang semuanya serba tidak mengenakkan untuk dijalani. Terlebih mungkin untuk disyukuri. Inilah ujian bagi kesabaran dan keimanan seseorang terhadap ketetapan Tuhannya. Apakah kita mampu bertahan menjalaninya dengan segala sikap terbaik sebagai manusia, atau justru hal itu membuat kita terjerembab dalam keterpurukan yang mendalam. 

Siapapun kita yang sudah mengikrarkan diri sebagai hamba yang beriman maka pasti akan diuji dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, dan lain sebagainya. Siapa yang mampu bersabar insyaallah akan mendapatkan kegembiraan pada akhirnya.

Berbicara tentang kesabaran, kita patut meneladani kisah kehidupan seorang Nabi Ayub Alaihi Salam (AS). Beliau yang awal mulanya sehat walafiat, memiliki kekayaan banyak, serta dianugerahi banyak anak tiba-tiba harus mengalami situasi yang berkebalikan. 

Satu demi satu hartanya habis, anak-anaknya meninggal dunia semuanya, dan beliaupun tertimpa penyakit hingga bertahun-tahun lamanya. Konon katanya tubuh beliau yang terserang penyakit kulit itu dikerubuti oleh ulat-ulat menjijikkan. Tapi semua ujian itu samasekali tidak membuatnya bergeming atas keyakinan terhadap Allah SWT. 

Nabi Ayub AS senantiasa bersabar melewati waktu demi waktu saat beliau harus hidup dalam keterpurukan yang teramat sangat. Sekalipun beliau tidak mengeluhkan atas kondisinya itu. Karena menurut beliau ujian itu masih tidak seberapa dibandingkan dengan kenikmatan yang selama ini beliau terima.

Begitupun dengan kita. Selama ini kita sudah diberi lebih dari cukup kenikmatan dalam hidup. Kita dianugerahi kesehatan hingga pada umur yang sekarang ini. Mungkin beberapa kali kita sakit, tapi hal itu masih jauh lebih sedikit ketimbang periode kesehatan yang kita peroleh. Demikian juga dengan kecukupan harta, nikmat kenyang menyantap hidangan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Bagaimanapun juga suatu saat setiap dari kita yang mengaku beriman akan mendapatkan periode ujiannya masing-masing. Pandemi COVID-19 memang menjadi ujian tersendiri bagi sebagian orang. Meski sebenarnya ia juga membawa nikmat bagi sebagian yang lain. Kita yang merasa bahwa hal itu sebagai ujian tentu harus mawas diri. Bahwa inilah momen kita untuk naik kelas atau tidak. Apakah kita mampu menjadikan diri kita ke derajat yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Kita mengalami periode pandemi "baru" beberapa bulan belakangan ini. Nabi Ayub menjalani ujian beratnya itu hingga belasan tahun lamanya. Tanpa sekalipun mengeluh. Memang derajat kita sebagai manusia biasa masih kalah jauh dibanding beliau. Tapi paling tidak kita diajarkan untuk meniru sebagian perilaku beliau yang mampu kita lakukan. Apalagi maksud keberadaan seorang nabi tentunya dimaksudkan untuk memberikan keteladanan bagi umat manusia. 

Dengan kata lain kita memang harus mencontoh hal itu. Barangkali dalam menghadapi situasi seperti sekarang sesekali bolehlah kita mengeluh. Tapi kemudian kita harus mampu untuk menata sikap menjadi lebih baik lagi. Berdamai dengan keadaan. Menjalani semuanya dengan rasa berserah diri kepada-Nya secara total. Apapun yang terjadi di dunia ini sudah pasti sesuai dengan izinnya. Termasuk dengan pandemi yang tengah melanda ini juga terjadi atas izin-Nya. Sehingga sayogyanya kita juga mampu menyikapinya secara tepat. Seperti Nabi Ayub AS, kita bisa menjalani ini semua dengan penuh kesabaran.

Sulit? Memang. Tapi Allah SWT tidak akan pernah memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-Nya. Apabila sekarang kita diuji dengan COVID-19, maka itu artinya kita dianggap mampu menghadapi situasi seperti sekarang. Sang Pencipta sudah memberikan kepercayaan kepada kita bahwa kita sanggup melewati ini. Pertanyaannya, apakah kita sebagai "pelaku" juga memiliki keyakinan serupa? Terlebih sekarang kita sedang berada dalam momen Ramadan. Hal ini merupakan "hadiah berganda" dari Rabb kita jikalau berhasil melewati ujian ini dengan kesabaran.

Salam hangat,

Agil S Habib 

Refferensi :

[1]; [2]; [3]; [4]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun