Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Simulasi Matematis Vs Ramalan Magis, Siapa Paling Jitu Menebak Akhir Pandemi Covid-19?

12 Mei 2020   15:01 Diperbarui: 12 Mei 2020   15:27 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : www.urbanasia.com

Meramal dengan pendekatan supranatural sangat sulit dicerna keabsahannya dengan logika. Penilaian yang muncul dari "metode" ini sangatlah tidak terukur dan tidak jelas parameternya. Hasil ramalan mengapa bisa begini dan begitu. Terkesan sebagai sesuatu yang sangat subjektif. Meskipun begitu sejarah sudah membuktikan bahwa ada beberapa orang yang memiliki kemampuan mumpuni untuk melakukannya.

Di Indonesia mengenal ramalan Jayabaya. Diluar negeri ada sosok peramal buta Baba Vanga yang konon katanya tepat dalam memprediksi beberapa hal. Belakangan, saat pandemi COVID-19 merebak beberapa publik figur yang terkenal dengan profesi magisnya juga turut memperkirakan perihal akhir dari pandemi.

Sejauh ini para peneliti hingga para peramal masih berpegang teguh pada prediksinya masing-masing. Tapi apakah tebakan mereka itu akan turut mempengaruhi akhir dari pandemi?

Akhir Pandemi Tergantung Sikap Kita

Saya pribadi justru berpendapat bahwa semua tebakan itu tidak ada sangkut pautnya dengan akhir pandemi. Semakin cepat vaksin antivirus ditemukan maka pandemi akan lebih cepat teratasi. Semakin disiplin masyarakat mengikuti anjuran social distancing dan menjaga pola hidup bersih maka pandemi akan lebih cepat mereda.

Biarpun tebakan para peramal atau simulasi para peneliti menunjukkan COVID-19 akan musnah bulan depan tetapi apabila semua langkah penanggulangan tidak dijalankan sebagaimana mestinya maka kemungkinan besar hasilnya akan nihil. Kita harus berpijak pada realitas, bukan awang-awang. Kenyataannya adalah tindakan kita dalam menaati protokol penanggulangan COVID-19. Itu yang terpenting.

Tebakan para peramal dan simulasi para peneliti hanya akan menjadi sesuatu yang sia-sia apabila kita tidak bergerak dalam langkah nyata. Bahkan terkadang sebuah prediksi atas kemungkinan baik yang bakalan terjadi justru menjadi bomerang yang mengacaukan semuanya. Misal, karena terlalu percaya prediksi COVID-19 akan berakhir besok maka lantas setiap orang berlaku melanggar protokol kesehatan.

Pada akhirnya situasi semakin memburuk. Terkadang tebakan akan masa depan justru membuat kita kehilangan harapan dan antusiasme untuk berbuat yang terbaik. Sebaiknya semua prediksi atau tebakan yang beredar akan masa depan itu dijadikan pelecut motivasi.

Jikalau prediksinya baik, hal itu menjadi pelecut untuk membuktikan bahwa kita memang bisa melakukannya. Tapi bila ramalan itu buruk, hal itu justru membuat kita terpacu untuk menunjukkan bahwa perkiraan itu salah.

Mengutip sebuah kalimat bijak, bahwa cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan merencanakannya. Prediksi atas masa depan hanyalah bagian gambaran yang akan terjadi jika kita berbuat sesuai atau tidak sesuai rencana. Karena semua yang terjadi di dunia ini adalah bagian dari sebab akibat. Jika ingin pandemi berakhir sesegera mungkin tentu hal itu ada sebabnya.

Demikian juga jika pandemi berlangsung berkepanjangan juga ada sebabnya. Pada intinya kita memiliki kemampuan untuk menentukan masa depan seperti apa yang ingin dicapai. Berusaha yang terbaik niscaya akan memberikan hasil terbaik. Dan tentunya ada garis takdir yang memang sudah ditentukan oleh Sang Pencipta kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun