Pidato sederhana namun fenomenal yang disampaikan Mas Nadiem dalam peringatan Hari Guru Nasional beberapa waktu lalu dan juga pidatonya ketika menghadiri peringatan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 2019 lalu memberikan gambaran sekilas tentang seperti apa pendidikan dan kebudayaan bangsa ini dikelola untuk beberapa waktu kedepan.
Pendidikan dan kebudayaan memiliki peranan luar biasa penting dalam membangun karakter bangsa yang berkualitas. Sebuah karakter yang bahkan mampu merevolusi mentalitas bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik dari sebelumnya.
Pertanyaannya, semudah itukah? Tentu tidak. Oleh karenanya, Mas Nadiem mewanti-wanti semua pihak untuk bersabar sembari tetap bekerja keras dan bekerja sama satu sama lain guna mewujudkan mimpi besar itu.
Menilik dari pesan isi pidato Mas Nadiem saat peringatan Hari Guru, kita tahu bahwa peranan guru sangatlah vital dalam menggerakkan roda pendidikan sehingga bisa berjalan sesuai fitrahnya. Ungkapan "guru kencing berdiri, murid kencing berlari" sepertinya dipahami betul oleh Mas Nadiem terkait nilai urgensinya.
Sehingga peran guru harus direformasi, harus dimerdekakan. Demikian pesan penting Mandikbud kita. Secara pribadi saya juga sepakat dengan pandangan dari Mas Mendikbud Nadiem Makarim tentang  para pemuda yang mesti berani terus melangkah kedepan. Baginya, kegagalan terbesar adalah ketika kita hanya berjalan ditempat.
Terus melangkah memang penuh tantangan, tetapi hal itu akan membuat kita semakin dewasa. Revolusi mental adalah tentang keberanian bergerak dan menembus batasan ketidakberdayaan. Guru-guru kita mampu berbuat lebih dari sekadar menyampaikan kurikulum, mereka memiliki karakter hebat yang seharusnya bisa ditularkan kepada para anak didiknya. Demikian juga semua peserta didik harus terus bergerak memajukan dirinya sendiri.
Mas Nadiem mungkin memiliki peranan penting memberikan garis besar pembangunan di sektor pendidikan yang pada akhirnya berujung pada pembangunan karakter bangsa.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa revolusi mental itu sebenarnya berada di tangan dan diri setiap warga negara. Kita mesti sadar bahwa kita harus terus bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. Seleksi alam itu diakui atau tidak selalu berlaku bagi setiap orang.
Hal itu akan membedakan sosok-sosok yang hebat dan sosok-sosok yang gagal. Pertanyaannya, kita mau menjadi golongan yang mana? Barangkali Presdien Jokowi memang layak dikritik dengan gagasan revolusi mentalnya yang masih jauh panggang dari api.
Mungkin Mas Nadiem pun juga masih perlu banyak dihujani pertanyaan terkait apa dan bagaimana caranya mewujudkan harapan Presiden di sektor pendidikan. Akan tetapi satu hal yang mesti kita akui bersama bahwa kita harus terus tumbuh dan mengevolusi diri kita agar mampu eksis di era saat ini.
Salam hangat,