Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nepotisme, Pangkal Masalah BUMN Pesakitan?

20 November 2019   07:36 Diperbarui: 20 November 2019   09:59 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Kementerian BUMN | Sumber gambar: kumparan.com

Seperti yang kita tahu beberapa waktu terakhir ini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tengah gencar melakukan upaya perombakan jajaran direksi BUMN sebagai upaya perbaikan di korporasi-korporasi perusahaan plat merah itu. Nama Ahok dan Chandra M Hamzah adalah beberapa tokoh yang dikabarkan siap mengisi beberapa pos di BUMN. Bahkan nama Sandiaga Uno pun juga turut dikabarkan menjadi bagian dari upaya Erick Thohir menata ulang BUMN yang dikomandoinya.

Beberapa perusahaan BUMN seperti PT Asuransi Jiwasraya, PT Krakatau Steel, PT Indofarma Tbk, PT PAL Indonesia, dan beberapa BUMN lain dikabarkan menderita kerugian pada periode akhir tahun 2018 lalu. PT Asuransi Jiwasraya sendiri saat melakukan rapat kerja dengan komisi XI DPR RI menyatakan bahwa mereka tengah merugi hingga Rp 13,74 triliun (tirto.id, 2019). Sedangkan PT Krakatau Steel yang tergolong sebagai salah satu industri strategis nasional ternyata mencatat kerugian selama 7 tahun berturut-turut.

Berdasarkan laporan keuangan periode September 2019 lalu diketahui  bahwa perusahaan baja ini masih merugi hingga USD 211,91 juta atau sekitar Rp 2,96 triliun (cnbcindonesia.com, 2019). Secara umum diketahui bahwa kerugian demi kerugian yang dialami oleh beberapa BUMN ternama ini disebabkan oleh penurunan kinerja korporasi yang kalah bersaing dengan korporasi lain, baik itu dari kalangan swasta ataupun perusahaan asing yang memasuki pangsa pasar Indonesia. Akan tetapi ada satu hal menarik yang barangkali perlu untuk dikaji lebih dalam yaitu terkait adanya unsur nepotisme didalam manajemen beberapa BUMN.

Beberapa waktu lalu kita tentu masih ingat dengan peristiwa pengembalian uang hasil korupsi Kokos Leo Lim yang menjadi terpidana kasus PLN batubara. Kokos Leo Lim yang merupakan Direktur Utama PT Tansri Madjid Energi (TME) dan juga pernah menjadi Presiden Direktur Leo Investement dan PT Sugico Graha, diduga memiliki kedekatan dengan mantan Dirut PLN Batubara Khairil Wahyuni. Dalam kasus PLN batuabara ini Kokos divonis bersalah karena telah mengakali uang negara melalui aksi kongkalikong proyek yang dilakukannya.

Hampir serupa dengan "hubungan khusus" antara Kokos Leo Lim dengan Khairil Wahyuni, PT Asuransi Jiwasraya yang menderita kerugian korporasi demikian besar itu setelah dilihat lebih dalam ternyata salah satu penyebabnya adalah banyaknya investasi sembrono dana korporasi yang dilakukan oleh pihak manajemen. Tirto.id bahkan melansir bahwa investasi sembarangan ini juga direkayasa.

PT Jiwasraya menanamkan investasi di  PT Hanson Internasional Tbk (PT HI Tbk) dan memborong obligasi perusahaan tersebut yang mana sebenarnya masih diragukan aspek legalnya. Dalam kasus ini, Direktur Utama PT HI Tbk Benny Tjokrosaputro dikenal dekat dengan Direktur Utama Jiwasraya periode 2008 -- 2018 Hendrisman Rahim serta Direktur Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo. "Kedekatan" adalah kata kunci yang menjadi benang merah jebloknya kinerja PT Jiwasraya dengan PLN Batubara yang menjadi pesakitan pasca kasus korupsi Kokos Leo Lim. "Kedekatan" adalah definisi lain dari nepotisme.

Motif Erick Thohir

Banyak yang bertanya-tanya mengapa Menteri BUMN Erick Thohir memanggil nama-nama seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Chandra M Hamzah. Ahok seringkali disebut-sebut sebagai sosok tegas dan berani melawan korupsi. Pada saat pembentukan Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengemuka, Ahok adalah salah seorang yang cukup sering dibicarakan untuk menjadi bagian dari Dewan Pengawas KPK itu. Sedangkan Chandra M Hamzah sama-sama kita tahu adalah eks pimpinan KPK yang kala itu tengah ramai dibicarakan dengan kontroversi "cicak vs buaya".

Baik Ahok ataupun Chandra memiliki story yang berkaitan dengan pemberantasan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Menilik dari "aroma" nepotisme yang bersemayam di beberapa BUMN negeri ini, barangkali hal itulah yang mendasari Erick Thohir untuk mempertimbangkan nama Ahok dan Chandra M Hamzah menjadi bagian dari direksi BUMN di Indonesia. Bukan tidak mungkin dalam beberapa waktu ke depan akan ada lagi nama-nama berlatar belakang "keras" terhadap KKN ditunjuk Erick Thohir untuk mengomandoi BUMN asuhannya. Menarik untuk disimak.

Salam hangat,
Agil S Habib

Refferensi : [1] ; [2] ; [3]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun