Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Crosshijaber" dan Fenomena Lelaki "Salehah"

14 Oktober 2019   14:03 Diperbarui: 14 Oktober 2019   14:39 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hijab adalah identitas kaum muslimah | Sumber gambar : www.wajibbaca.com

Mengenakan busana atau baju yang sesuai standar ketentuan syariat merupakan suatu tindakan yang baik dan patut dihormati. Lelaki muslim yang berbusana menutup aurat adalah baik, demikian halnya dengan perempuan muslimah yang mengenakan jilbab sebagai upaya menutup auratnya. 

Bagaimanapun juga busana atau pakaian yang dikenakan seringkali menjadi cerminan kualitas diri seorang muslim dalam memaknai keislamannya, yaitu dalam rangka menjadi lelaki sholeh atau perempuan yang shalehah. 

Hanya saja belakangan ini kita mendapati fenomena baru yang cukup memprihatinkan, sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa sekarang ini kita benar-benar hidup di zaman akhir dimana semuanya serba terbalik. Ada perempuan yang berpenampilan layaknya laki-laki, dan sebaliknya banyak laki-laki yang mendandani dirinya layaknya seorang perempuan.

Dahulu fenomena itu mungkin hanya sebatas pada dandanan yang terkesan tomboy untuk perempuan atau dandanan feminim dari seorang laki-laki. Akan tetapi hal itu semakin lama justru semakin parah. Tidak sedikit kaum lelaki yang berdandan mengenakan aksesoris atau busana milik perempuan. 

Hal ini dalam istilah fashion disebut dengan "crossdressing", dan belakangan ini viral gaya berbusana dari komunitas yang menyebut diri mereka "crosshijaber". Perilaku ini merupakan bentuk degradasi pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran agama, karena bagaimanapun juga seorang laki-laki dilarang menyerupai perempuan dan begitu juga sebaliknya. Terlebih perilaku "menyimpang" ini justru menyertakan atribut yang merepresentasikan ketaatan seseorang dalam berbusana sebagaimana ajaran agama. 

Tidak selayaknya hijab atau jilbab yang dianggap representasi cara berpakaian perempuan sholehah malah justru dikenakan oleh kaum lelaki. Jikalau yang melakukan praktik ini adalah seorang muslim, maka pastilah mereka adalah muslim "abal-abal" dan perlu dibina kembali. 

Tetapi jika yang menggerakkan komunitas ini adalah nonmuslim, maka tindakan ini merupakan upaya penyesatan pemahaman masyarakat terkait cara pandang mereka terhadap umat Islam. Jangan sampai dengan berdalih kebebasan berekspresi hal itu malah justru membuat kisruh publik.

Entah apa yang sesungguhnya yang melatarbelakangi komunitas "crosshijaber" dalam melakukan aksinya itu. Satu hal yang pasti tindakan tersebut sudah menghadirkan rasa yang sangat tidak nyaman. 

Secara pribadi saya sebagai seorang muslim,  menganggap bahwa komunitas "crosshijaber" ini telah "merusak" pemahaman etika moral berbusana umat muslim. Pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel sebagaimana diberitakan juga turut mengecam tindakan komunitas tersebut.

Mengingat "kebiasaan" beberapa kalangan yang belakangan senang mencari sensasi, maka jangan sampai fenomena "crosshijaber" ini juga terjadi oleh karena hal itu. 

Jangan membikin "abu-abu" atribut identitas yang dialamatkan pada seorang muslim dan muslimah. Seorang laki-laki muslim akan mengenakan busana sebagaimana yang disyariatkan, begitu juga dengan seorang muslimah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun