Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi Daging Kurban Olahan

9 Agustus 2019   14:32 Diperbarui: 9 Agustus 2019   14:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi daging kurban hasil olahan | Ilustrasi gambar : https://obatrindu.com

Siapa yang tidak mengharapkan jatah pembagian daging kurban? Ada cukup banyak orang yang rela antri panjang di tempat-tempat pembagian kurban demi mendapatkan sepotong daging untuk disantap bersama keluarga di rumah. Jikalau pada hari-hari biasa sebuah keluarga sangat jarang menyantap daging karena harganya yang mahal, maka momen lebaran kurban adalah saatnya mendapatkan daging gratis. Sebuah kesempatan berharga yang tentu sangat sayang untuk dilewatkan.

Bisa menyantap makanan mewah tentu merupakan kesempatan berharga dan tidak boleh disia-siakan. Daging sapi atau daging kambing yang diperoleh dari pembagian kurban oleh sebagian orang akan diolah menjadi beragam jenis hidangan. Ada yang mengolahnya menjadi sate, gulai kabing, semur, tongseng, dan masih banyak lagi yang lain. Namun dibalik realitas dimana daging kurban akan diolah menjadi beragam hidangan, pernahkah kita bertanya tentang nasib dari beberapa orang yang tidak memiliki cukup modal untuk membeli barang-barang kebutuhan guna mengolah daging kurban menjadi sesuatu yang nikmat. Setiap tahun mendapatkan jatah daging kurban, tapi setiap tahun pula hanya sebatas mengolahnya menjadi hidangan daging bakar. Bukan karena menggemari daging bakar, tapi lebih karena tidak adanya sumber daya untuk membuat olahan dengan kelas lebih tinggi.

Saat ini, hampir semua masjid, musholla, atau panitia penyembelihan kurban membagi-bagikan daging mentah kepada masyarakat. Daging kurban yang didistribusikan kepada warga atau penduduk sekitar adalah daging fresh hasil sembelihan. Masih sangat sulit ditemui pembagian daging kurban dilakukan dengan kondisi sudah diolah. Pernahkah kita menjumpai pembagian daging kurban dalam bentuk sate kambing, semur daging sapi, soto babat, sop kikil, dan berbagai jenis olahan daging sampi atau kambing lainnya? Pastinya tidak sedikit dari para penerima daging kurban yang berharap bisa menikmati lezatnya hidangan-hidangan tersebut. Meski pada akhirnya mereka terbatas pada olahan "rutin" tahunan yang selama ini dilakukan.

Cara Baru Berbagi Daging Kurban

Saat ini sudah cukup banyak yayasan yang melayani acara-acara seperti aqiqah olahan. Di mana seseorang yang ingin melakukan aqiqah tidak perlu lagi menyembelih sendiri kambing yang dibelinya. Bahkan keberadaan yayasan ini juga menjadikan sebuah keluarga yang melaksanakan aqiqah tidak perlu lagi memasak daging. Cukup bagi mereka membayar sejumlah harga yang disepakati dan paket aqiqah sudah siap disantap. Lengkap dengan beberapa menu sajian.

Konsep berkurban tidak menutup kemungkinan akan mengikuti tren tersebut. Daging kurban tidak lagi dibungkus plastik dan dibagi-bagi keliling ke rumah warga dengan kondisi  mentah. Namun daging kurban yang dibagi telah berupa hidangan nikmat yang siap disantap. Permasalahannya tentu ada ongkos tambahan yang harus dikeluarkan untuk hal ini. Proses memasak butuh bahan bakar, bumbu, juru masak, dan waktu yang lebih lama dari biasanya. Belum tentu ada yang bersedia untuk menjadi pihak donatur penyokong dana. Mereka yang berkurban pun belum tentu berpikiran serupa. Karena pada dasarnya keridhoan mereka memberikan seekor hewan kurban sudah lebih dari cukup untuk memulyakan diri mereka. Kesediaan untuk mengolah daging menjadi beberapa hidangan hanyalah "bonus" tambahan.

Masih "lestarinya" budaya berbagi daging kurban mentah tentu juga memiliki sisi kelebihan. Diantaranya selera masyarakat bisa jadi berbeda-beda satu sama lain. Ada yang suka sate, tapi ada yang tidak suka gulai. Ada yang senang tongseng, namun ada yang "alergi" empal. Bagaimanapun juga hal itu lumrah, sehingga wajar kiranya kalau pembagian daging kurban masih dilakukan dalam kondisi mentah.

Hanya saja tidak ada salahnya kalau kita mencoba untuk melakukan hal baru. Berbagi daging kurban yang sudah siap disantap dan dinikmati semua orang. Setidak-tidaknya hal ini akan membantu saudara-saudara kita yang memiliki kendala dalam mengolah daging kurban miliknya menjadi sebuah hidangan yang berbeda dari sebelumnya dan tentunya tidak perlu repot-repot lagi memasaknya. Apapun pilihannya nanti, tetap saja momentum idul adha adalah waktu yang indah untuk berbagi dengan sesama. Sebagai muslim yang baik, berbagilah atau bersedekahlah dengan sedekah yang terbaik.

Salam hangat,

Agil S Habib

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun