Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Planmaker & Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Suasana 17 Agustus di Puncak Gunung Pasca Peristiwa Toriq, Seperti Apa?

2 Agustus 2019   07:56 Diperbarui: 2 Agustus 2019   08:04 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen mendaki gunung saat 17 Agustus | Ilustrasi gambar : https://travel.tribunnews.com

Hal ini sebenarnya cukup berbahaya karena berpotensi membuat seseorang cenderung kehilangan kewaspadaan terhadap kondisi sekitar. Mereka terlalu asyik mengagumi alam ciptaan Tuhan hingga mereka lupa terhadap kondisi diri mereka sendiri.

Mencintai dan mengagumi alam sekitar adalah sesuatu yang baik, demikian halnya dengan mereka yang melakukan upacara di puncak gunung sebagai bentuk kecintaan terhadap Indonesia. 

Namun semua hal itu semestinya harus dibarengi dengan kemauan dan memampuan untuk menjaga diri selama proses berlangsung. Sebelum mendaki gunung semua bekal harus disiapkan, termasuk diantaranya bekal kesiapan fisik. 

Selain itu pengetahuan tentang pentingnya menjaga etika di perjalanan mengingat seorang pendaki gunung itu berada dalam sebuah lingkungan yang penuh ketidakpastian. 

Binatang buas, atau bahkan mahkluk dari alam lain tidak menutup kemungkinan bersemayam disana. Oleh karena itu penting bagi setiap orang untuk menjaga etikanya.

Perbekalan untuk melakukan perjalanan seperti makanan, jaket tebal, dan lain-lain juga harus disiapkan. Kasus hipotermia yang menyerang salah seorang pendaki di gunung rinjani seharusnya menjadi pembelajaran berharga bagi para pendaki gunung. 

Jangan asal mendaki gunung tanpa mempersiapkan bekal yang memadai. Jangan karena terlena mengikuti ajakan teman lantas kita mengabaikan hal-hal penting yang menunjang kelancaran proses pendakian. Bagaimanapun juga, keselamatan nyawa pendaki itu tidak sebatas menjadi wewenang dari sang pendaki. 

Sanak kerabat dan keluarga pun juga mendambakan keselamatan dan kesehatan mereka hingga kembali ke rumah. Sehingga sayogyanya hal ini senantiasa menjadi perhatian.

Apapun yang menjadi tujuan dari para pendaki gunung, kembali dengan selamat merupakan tujuan utamanya. Percuma saja bisa menikmati momen terbit atau tenggelamnya matahari di puncak gunung, sia-sia saja melihat samudera di atas awan sembari memberi hormat pada bendera Merah Putih apabila pada akhirnya yang kembali hanya nama saja. 

Waspadalah terhadap segala sesuatu selama proses pendakian, persiapkan segalanya dengan matang, dan ingatlah untuk selalu bersama-sama.

Salam hangat,

Agil S Habib

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun