Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Era "Big Data" dan Algoritma Penyeleksi Jodoh

17 Juli 2019   08:50 Diperbarui: 17 Juli 2019   12:27 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Era big data membantu seseorang memilih psangannya yang paling sesuai | Sumber gambar : Martin Dimitrov/Getty Images

Seandainya big data sudah benar-benar teraplikasikan pada setiap diri seseorang, maka hal itu akan membuat kita semua untuk lebih mudah dilacak dan dibaca gerak-geriknya.

Dalam konteks memilah dan memilih jodoh, tentunya hal ini akan menjadi sarana pemberi pertimbangan yang cukup ampuh terkait apakah seseorang memenuhi kriteria kita ataukah tidak. 

Kita bisa memilih pasangan dengan mengetahui track record beserta karakternya karena hal itu semua tersaji dalam sebuah basis data.

Bukan hanya pebisnis atau pemegang kekuasaan saja yang bisa bertindak berdasarkan data. Seseorang yang hendak memilih jodoh terbaik pun bisa memanfaatkan big data untuk mendukung pengambilan keputusannya kelak. Memilih jodoh pun kini tidak sebatas mengandalkan rasa, logika juga ikut bersanding melalui kehadiran big data.

Kita masih menjadi decision maker
Meskipun kita sudah memasuki gerbang era big data, pada dasarnya penyelesai akhir tetaplah pada diri kita sendiri. Segenap data-data yang beredar diluar sana tidaklah lebih dari sekadar pemberi pertimbangan. 

Keputusan akhir berada di tangan kita masing-masing. Sama halnya ketika ada seorang pemimpin organisasi bisnis yang disajikan setumpuk data statistik dengan segenap kelebihan dan kekurangan dari masing-masing opsi data. 

Keputusan akhir yang nantinya diambil tidak selalu merujuk pada "data unggulan". Terkadang keputusan yang diambil juga melibatkan pertimbangan lain seperti naluri, insting, atau pengalaman masa lalu. Kita masih menjadi penentu hasil akhir untuk setiap sajian data dari big data.

Menentukan jodoh dalam beberapa hal mungkin akan mempertimbangkan banyak hal. Aspek karakter, fisik, kondisi ekonomi, keluarga, dan lain sebagainya adalah hal-hal yang tidak bisa dipisahkan dalam memilih pasangan. 

Jika mengacu pada konsep memilih jodoh dari ajaran agama, maka memilih pasangan itu harus memprioritaskan sisi kualitas beragama seseorang. 

Bukan semata karena paras wajah, kekayaan, atau status sosial seseorang. Terkait dengan kualitas beragama seseorang, big data pun bisa menjadi bagian pemberi pertimbangan untuk melihat kecenderungan dari kualitas beragama seseorang. 

Bisa jadi seseorang memiliki tampilan bak pendakwah alim, namun setelah ditelusuri track record-nya ternyata ia melakukan hal-hal yang sebaliknya. Rekaman yang ada pada big data memperlihatkan bahwa terjadi anomali antara eksistensinya di dunia maya dengan tampilannya sehari-hari. Hal tentunya bisa menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi seseorang dalam mengambil keputusan akhir nantinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun