Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Think Different, Create Excellent

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menebar Kebaikan Melalui Diskusi Publik

10 Januari 2019   07:50 Diperbarui: 10 Januari 2019   08:37 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://triknews.net

Beberapa kali menonton acara diskusi publik di televisi nasional seperti ILC (Indonesia Lawyer Club) saya melihat ada begitu banyak orang yang cakap dalam mengutarakan argumentasi serta pandangannya terhadap situasi dan kondisi yang terjadi di negara kita. Mulai dari pembahasan perihal aksi 212, hingga tampang boyolali-sontoloyo tidak terlewat untuk menjadi objek pembahasan. 

Banyak sekali para intelektual, cendekiawan, politikus, pemuka agama, bahkan aparatur negara yang ikut serta "meramaikan" diskusi publik tersebut. Kata-kata mereka membius, kalimat yang mereka sampaikan seringkali memukau, argumentasi mereka terlihat logis dan patut untuk disetujui. Meskipun begitu tetap saja mereka semua adalah manusia yang terkadang masih mengedepankan ego dan hasrat pribadinya untuk lebih unggul daripada yang lain. 

Terkadang saya pribadi merasa ajang diskusi publik itu tidak lebih dari sekedar talk show untuk hiburan semata tanpa memiliki efek lanjutan yang benar-benar membangun. Ketika sebuah topik mengemuka, selanjutnya didiskusikan, lalu apa?

Acara diskusi publik mungkin memang menarik untuk disaksikan, terlebih yang menyuguhkan debat dan perang pendapat antara beberapa pihak. Uraian kata-kata yang begitu tertata rapi, dan pemilihan redaksional dari setiap ucapan seolah mengesankan mereka adalah orang-orang dengan latar belakang pendidikan yang tinggi. 

Beberapa ada tokoh yang ingin menunjukkan siapa dirinya melalui statement bahwa ia adalah pakar di bidang tertentu, pemimpin di bidang tertentu, doktor pengajar di bidang tertentu, dan lain sebagainya. Mereka ingin memberikan kesan bahwa apa yang disampaikannya harusnya lebih didengar karena mereka sudah memiliki label tinggi di bidangnya. Padahal pengetahuan sederhana yang saya ketahui menunjukkan bahwa semakin berisi suatu padi, maka ia akan semakin menunduk.

Diskusi publik yang begitu menarik untuk ditonton masyarakat luas biasanya adalah yang memicu perdebatan sengit dari beberapa pihak. Adu argumentasi. Ibarat menonton pertandingan tinju, semakin banyak adu jotos maka semakin menarik untuk dilihat. Tidak jauh bebeda dengan ajang debat publik berbalut diskusi. Bahkan ajang debat yang sesungguhnya pun masih kalah menarik dengan diskusi publik ini.

Kurang bijaksana rasanya apabila kita memandang ajang diskusi publik itu sebagai suatu tontonan yang negatif.  Malah sebaliknya acara-acara seperti ini seharusnya diperbanyak dengan harapan bahwa semakin banyak pula masyarakat yang aware terhadap kondisi sekitarnya. Hanya saja substansi penting yang tidak boleh dilupakan adalah penyampaian nilai mulianya. Setiap diskusi, setiap tukar tambah pendapat, hendaknya semua memegang prinsip untuk mengajarkan kebaikan kepada sesama. 

Nilai-nilai mulialah yang seharusnya disampaikan, bukan sekadar melalui untaian kata-kata yang sistematis, melainkan juga dengan sikap serta perilaku yang santun dan bersahabat. Sikap dan perilaku ini terlihat jelas dari pemilihan kata-kata dan gesture dalam penyampaikan. 

Menghindari olok-olok ataupun merendahkan orang lain adalah cara terbaik untuk berkata-kata. Bukankah ketika kita tidak bisa menjaga ucapan maka sebaiknya kita diam? Oleh karena ajang diskusi publik menuntut seseorang untuk berbicara, maka mereka juga dituntut untuk lebih bijak dalam memilih kata-katanya.

Satu sifat mulia yang patut untuk dicontoh adalah tabligh atau menyampaikan. Menyampaikan yang hitam itu hitam dan putih itu putih, tanpa perlu plintir sana-sini dengan tujuan kepentingan pribadi bisa terpenuhi.

 Pemberitaan yang dibuat-buat, informasi yang dilebih-lebihkan, kebenaran yang dikurangi, semuanya merupakan kelakuan yang jauh dari mulia. Akibatnya ada begitu banyak kebencian, kebohongan, dan rasa saling curiga diantara kita. Sampaikan dengan prinsip kebenaran, kerendahan hati, dan semangat untuk memberikan edukasi positif kepada masayarakat. Meski terkadang sebuah kebenaran itu pahit, tapi pada akhirnya akan berujung manis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun