Mohon tunggu...
michael. bukan corleon
michael. bukan corleon Mohon Tunggu... mahasiswa

Hidup adalah pilihan, saat kau tak memilih itu adalah pilihanmu. Monkey d. Luffy

Selanjutnya

Tutup

Diary

"Dunia ini Dressrosa Tapi log pose ku masih bergerak"

31 Mei 2025   20:56 Diperbarui: 1 Juni 2025   16:22 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku seorang mahasiswa semester akhir. Di fase ini, aku merasa seharusnya sudah lebih sibuk dengan berbagai hal penting entah seminar proposal, revisi, atau kegiatan akademik lainnya. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Aku merasa tertinggal jauh dari teman-teman. Banyak dari mereka sudah melaju dengan agenda-agenda besar mereka, sedangkan aku hanya menjalani rutinitas kuliah-pulang yang hampa itu pun kadang bolos. Semangat seolah memudar, dan seolah tidak ada harapan atau tujuan yang ingin dicapai. Terkadang pertanyaan esensi hidup ini muncul bukan diliputi rasa iri namun penasaran tentang apakah semua sudah berlayar sesuai dengan tujuannya atau hanya mengikuti arus yang entah ke mana tujuannya. Bahkan sempat terlintas di benak seperti apa sih kehidupan yang kucari... Entah kenapa, tiba-tiba aku ingin menonton One Piece lagi. sebuah cerita yang dulu hanya ku anggap sebagai tontonan anak-anak bahkan sempat anti buat menontonnya. Namun setelah menonton di usiaku ini. Aku seperti menemukan cermin di dalamnya, terutama ketika melihat perjalanan monkey. D. Luffy. Hingga suatu momen  Aku lihat potongan video di TikTok, tentang One Piece yang dianalogikan seperti halnya "iman". Dan jujur, menurutku masuk akal. Soalnya, nggak ada yang tahu pasti apa itu One Piece. cuma Roger, kru dan penulisnya yang tahu wkwk. Sama halnya kayak iman? Yang tahu isi hati seseorang, keimanannya, cuma dia sendiri sama Tuhannya. Tapi meskipun begitu, orang-orang tetap berlayar. Tetap nyari. Entah nyari One Piece, nyari Tuhannya, nyari makna hidup, atau cuma sekadar nyari alasan buat terus jalan. Dan di situ aku jadi mikir... Dalam keinginan Luffy buat jadi Raja Bajak Laut, aku kayak ngelihat cermin. Ada sesuatu yang dulu pernah aku punya juga yakni impian. Impian yang sekarang rasanya udah kabur, tapi sebenarnya belum mati.

Luffy mengejar impian itu dengan kegigihan luar biasa. Ia tidak peduli olokan, rintangan, atau rasa sakit. Bahkan ketika ia terlihat konyol atau ceroboh, ada luka dan perasaan dalam yang ia sembunyikan. Salah satu momen yang sangat menyentuhku adalah ketika ia kehilangan Ace di Arc Marineford. Luffy benar-benar hancur. Namun yang paling mengoyak hati adalah kenangan masa kecilnya bersama Ace. Saat itu Ace bertanya: "bukankah aku selalu menyusahkanmu...Kenapa kamu terus mengikutiku? Aku sudah berusaha menjauh, tapi kamu tetap saja datang.

"Luffy: "Karena... Tidak ada orang lain yang bisa aku percaya ! aku tidak bisa kembali ke desa fusha aku tidak suka bandit gunung... Jika aku tidak mengikutimu, aku akan sendirian! kesepian itu lebih menyakitkan daripada terluka. 

Kalimat itu cukup emosional. Karena pada titik ini, aku pun sedang merasa seperti Luffy kecil: sendirian, tersesat, dan tidak tahu harus ke mana. Tidak punya sosok figur yang harus aku ikuti. Tapi dari sini juga aku mulai menyadari: mungkin, aku belum benar-benar kehilangan arah. Aku hanya butuh untuk menghidupkan kembali impianku. hal lain darinya yang membuatku kagum tentang bagaimana Luffy terus berdiri. Impiannya tidak pernah padam. Bahkan dari kecil, ia sudah bersumpah mengejar satu hal: menjadi Raja Bajak Laut. Ia tidak tahu apa yang akan ia hadapi. Ia tidak tahu apa isi One Piece. Tapi ia tetap maju, tanpa ragu.

pada akhirnya Setiap orang di dunia ini punya tujuan dan impian masing-masing. Perjalanan menuju ke sana tentu nggak mudah penuh tantangan, jatuh bangun, dan rasa ingin menyerah. Tapi yang benar-benar tahu seberapa berat perjalanan itu, ya cuma diri kita sendiri. Kadang seseorang bisa bertahan karena ada sosok yang selalu menguatkan di sampingnya. Tapi ada juga yang terlahir kuat karena terbiasa sendiri di jalannya. Dan di tengah semua kegelisahan yang aku rasakan akhir-akhir ini, aku mulai sadar... bahwa ternyata, kita nggak pernah benar-benar sendiri.

Ada satu sosok yang selalu menemani kita, yang tahu isi hati kita, bahkan sebelum kita sempat bercerita. Dia yang selalu hadir di setiap suka dan duka kita. Dialah Allah SWT.
Dan Dia sudah berikan nasihat yang begitu dalam dan menenangkan:

"Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."
(QS. At-Taubah: 40)

Kalimat itu terasa seperti pelukan hangat di tengah kekacauan. Karena sebenarnya, selama ini kita nggak pernah sendiri. Ada yang selalu melihat, membimbing, dan menjaga kita. Tapi kita seringkali lupa... dan malah sibuk membandingkan hidup kita dengan orang lain. Kadang aku ngerasa hidupku belum ke mana-mana, masih gelisah, belum jelas arah tujuannya. Apalagi kalau lihat teman-teman lain yang hidupnya udah kayak "endgame" mereka udah di fase-fase pencapaian, sibuk dengan sidang, pekerjaan, atau tujuan besar mereka. Sementara aku? Masih merasa tertinggal. Padahal, aku punya "log pose"ku sendiri. Allah sudah bekali aku dengan arah, aku tinggal belajar percaya dan terus melangkah.

Mungkin coretan ini nggak sempurna. Tapi semoga bisa jadi pengingat buat aku, dan buat kita semua untuk tetap semangat mengejar ridho Allah. Tetap berdiri tegak, meskipun jalannya nggak selalu mulus. Karena tujuan kita bukan cuma dunia... tapi juga akhirat.

Salam hangat buat semua yang sedang berlayar, khususnya untuk para nakama yang sudah menjadi teman seperjalanan. Semoga kita semua sehat, kuat, dan tetap semangat ya...

Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun