Mohon tunggu...
Agid Satrio
Agid Satrio Mohon Tunggu... Penulis - --

Neuron Abu2

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Melihat Masa Depan Petani Kopi Nusantara

8 Agustus 2018   19:53 Diperbarui: 8 Agustus 2018   20:19 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: revivalcoffeemd.com

Halo para pecinta kopi,penikmat kopi, peracik kopi, penyuka kopi, peroasting kopi, penjual kopi, atau siapapun yang tertarik dengan keistimewaan dari sebuah kopi. Kali ini saya akan membahas tentang masa depan dari petani kopi di Indonesia. 

Ya kita tahu Indonesia adalah sebuah Negara yang diuntungkan dengan tanahnya yang begitu subur, bahkan sampai Negara kita disebut oleh bangsa asing adalah wilayah surga dunia. Kenapa bisa ya ?? 

Itu karena Indonesia diuntungkan dengan sumber daya alamnya yang luar biasa banyaknya dan juga kondisi tanah-tanah di Indonesia yang memiliki tingkat kesuburan begitu tinggi didukung juga dengan iklim tropis yang membuat Indonesia menjadi Negara dengan hasil tani yang begitu beragam. 

Salah satu hasil tani yang dibuat oleh petani kita adalah kopi, kopi masuk ke Indonesia sejak jaman perdagangan bangsa-bangsa arab ke tanah indo dan semakin menyebar ketika zaman kolonial belanda ketika belanda banyak menyuruh penduduk pribumi untuk menanam kopi.

Namun itu dulu, bagaimana dengan sekarang ? apakah kopi masih menjadi komoditi di Negara kita. Saat ini kopi Indonesia sudah menjadi komoditi unggul bagi Negara Indonesia, ekspor nya bahkan sudah sampai ke tanah eropa dan amerika. Keberagaman kopi nusantara juga semakin banyak, tiap wilayah di Indonesia memiliki ciri khas kopinya sendiri. Kita mungkin sudah tak asing dengan kopi gayo yang berasal dari tanah aceh, kopi ini sudah banyak memenangkan berbagai sertifikat di lingkup dunia dalam hal kualitas kopiyang baik. 

Nama lain seperti Bali kintamani, Papua Wamena, Toraja Kilusi, Java Preanger, Robusta Lampung, Sidikalang Medan, Mandailing, dan masih banyak lainnya seakan tak mau ketinggalan. 

Kopi-kopi tersebut seakan mewakili keberagaman budaya yang ada di Indonesia dan juga memiliki ciri khasnya sendiri dari tempat asal kopi tersebut. Atau yang baru-baru ini yaitu kopi gunung puntang yang berasal dari garut, jawa barat yang memenangkan kontes kopi dunia dalam hal kopi termahal di dunia mengalahkan saingannya seperti kopi brasil, kopi etiophia dan kopi-kopi terbaik yang ikut dalam kontes tersebut. 

Lantas apa yang membuat kopi nusantara bisa terkenal sampai orang-orang luar datang ke Indonesia hanya untuk mendapatkan kopi yang baik secara langsung. Saya berani menjawab semua itu terletak pada kualitas petani kopi di Indonesia dan didukungnya oleh suburnya tanah di Negara ini. Literatur tentang kopi menyebutkan faktor-faktor yang menentukan kualiatas dari sebuah kopi, bahwa kopi yang baik bukan hanya ditentukan dari bagaimana kopi itu diseduh. 

Namun harus diliat dari bagaimana proses panen kopi tersebut, pasca panen, selanjutnya ke proses roasting kopi baru ke tahap terakhir yaitu penyduhan kopi. Saya pernah membaca bahwa kualitas kopi yang baik itu ditentukan 60 % dari bagaimana kopi itu ditanam, 30 % ketika kopi itu diroasting atau saya sebut pemanggaan kopi, di proses inilah karakter kopi dibuat, dan yang terakhir 10 % bagaimana kopi itu diseduh. 

Jika dilihat dari persentase tersebut menunjukan begitu pentingnya peran petani dalam membuat kopi itu menjadi berkualitas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Tren kopi di Indonesia pada saat ini juga terus meningkat seiring makin banyaknya kedai-kedai kopi bermunculan. Anak-anak muda yang dulunya melihat kopi hanya sebatas rasa pahit, sekarang sudah tertarik dengan cita rasa yang dihasilkan oleh secangkir kopi. 

Dengan meningkat tren kopi tersebut maka kebutuhan kopi di Indonesia juga meningkat ditambah lagi orang-orang luar negri mencari biji kopi juga ke sini maka bisa dibilang kopi sudah menjadi komoditi yang unggul bagi Indonesia. 

Melihat data yang diberikan ( Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia ) menyatakan bahwa tahun 2018 produksi kopi nasional mencapai angka 660.000 ton -- 690.000 ton. Di sisi lain Pemerintah juga mendukung untuk meningkatkan jumlah produksi kopi nusantara menjadi lebih baik.Biji kopi Indonesia memang terkenal akan kualitasnya dibanding dengan kopi luar negri lainnya. Bayangkan saja saking bagusnya kualitas kopi Nusantara harga biji kopi yang sudah di roasting / kg nya bisa mencapai 300 -- 500 ribu untuk kelas yang premium dan 150-300rb untuk kelas biasa.

Dari data diatas, kita bisa melihat harusnya kopi bisa menjadi sumber perekonomian Indonesia dan juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani kopi di sini. Namun realitas yang terjadi, petani kopi di Indonesia malah merasakan kesenjangan yang tinggi antara petani kopi dengan pengepul kopi ataupun penikmat kopi. Biji kopi yang sudah dipanen dan diolah pasca panen oleh petani bisa dibilang ini adalah biji kopi green bean atau biasa disebut biji siap roasting ternyata dihargai 25-27 rb / kg berbeda sekali ketika biji kopi sudah diroasting yang harganya melambung tinggi. 

Letak permasalahan para petani di Indonesia yaitu belum adanya regulasi yang mengatur tentang kesejahteraan para petani kopi di Indonesia. Karena biasanya seperti ini, ketika tanaman kopi sudah siap panen dan buahnya sudah dipetik dari pohonnya maka buah kopi (red bean) tersebut harus diolah kembali untuk menghasilkan green bean atau biji kopi siap roasting biasanya harganya setelah diolah sekitar 25 rb an, pengolahannya pun beragam ada fully wash,semi wash, natural, honey proses dan wine proses. 

Namun semua itu memerkelukan alat-alat yang membantu pengolahan buah kopi setelah panen. Ketika buah kopi (red bean) sudah dipetik dan harus diolah, banyak petani di Indonesia tidak langsung mengolahnya melainkan langsung menjual kepada pengepul kopi dampaknya apa, harga dari kopi tersebut sangat jatuh turun hanya berkisar 5-10 rb / kg karena memang biji kopi tersebut perlu diolah dulu hingga siap roasting. 

Alasan banyak petani melakukan ini karena mereka belum memiliki peralatan yang mendukung untuk melakukan pengolahan walaupun ada juga petani-petani di Indonesia yang memiliki alat-alat pengolahan sendiri. 

Namun biasanya petani yang sudah bisa mengolah biji kopi pasca panen mereka pada umumnya sudah memiliki naungan organisasi petani baik dengan pemerintah maupun dengan organasi masyarakat yang menaungi petani tersebut, Sayangnya tidak banyak petani kopi di Indonesia yang memiliki hal ini. 

Alhasil dengan harga jual biji kopi yang jatuh itu berdampak juga kepada kesejahteraan petani kopi, ditambah pohon kopi hanya bisa panen sekali dalam setahun maka para petani pun banyak yang mencari pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan sembari menunggu masa panen kembali pohon kopi mereka.

Hal tersebut membuat penghasilan petani kopi tidak begitu besar dibandingkan dengan para pengepul kopi yang membeli biji kopi mentah dari petani dan mengolah sampai ke tingkat roasting baru dijual yang harganya bisa mencapai 100-300 atau bahkan lebih untuk yang kelas premium. 

Coba bayangkan masa panen kopi yang hanya bisa sekali dalam setahun belum lagi dari pohon kopi yang akan panen tidak semua buahnya berkualiatas baik misal dari buah kopi (red bean) yang sudah dipetik saat panen rata-rata 20-30% dari total buahnya tidak berkualiatas baik dan tidak bisa diolah ke proses selanjutnya karena nantinya biji kopi tersebut tidak memiliki cita rasa yang sebenarnya. 

Ditambah lagi jika petani langsung menjual biji kopi ( read bean ) maka harga akan sangat jatuh, pun sama jika petani menjualnya ke para pengepul-pengepul kopi pastinya mereka akan menawar harga kepada petani dengan harga semurah-murahnya karena jelas mereka beorientasi ke arah komersil yang akan menjual kembali kepada penikmat kopi dengan harga tinggi. 

Hal ini disebabkan belum adanya regulasi yang kuat dari pemerintah dalam mengatur harga yang layak diberikan kepada petani dan juga belum banyak organisasi yang menaungi para petani untuk melakukan proses pengolahan dan penjualan biji kopi pasca panen. 

Jika saja para petani tersebut bisa mengolah biji kopi (red bean) menjadi green bean atau siap roasting dan petani tersebut bahkan bisa meroasting biji kopi tersebut sendiri baru setelah itu dijual kepada masyarakat maka bisa dipastikan keuntungan yang didapatkan oleh para petani akan jauh lebih baik daripada jika mereka lansung menjual biji kopi tersebut tanpa diolahnya. 

Hal Inilah yang menurut saya harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan pelaku industri kopi di Indonesia. Karena dengan meningkatkan kesejahteraan para petani kopi maka produktivitas kopi pun nantinya akan meningkat dan pemeliharaan kualitas biji kopi Nusantara akan semakin baik. 

Lihat saja dengan nasib petani kopi saat ini saja, Biji kopi di Negara kita ini bisa memenangkan hati orang-orang dari negara luar dan mempunyai cita rasa yang begitu khas sampai memenangkan banyak sertifikat dunia. 

Apalagi jika para petani di Indonesia diperhatikan nasib kehidupannya maka saya mungkin bisa berangan Indonesia akan menjadi negara dengan penghasil kopi terbaik dan terbanyak di dunia mengalahkan brasil yang sampai saat ini menjadi negara dengan pengekspor biji kopi terbanyak di dunia. Sekian dari saya, Salam sejahtera petani kopi Indonesia 

#2019PetaniKopiKitaLebihBaik .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun