Berbicara soal Keluarga Berencana (KB), yang langsung terlintas dalam pikiran adalah pil, suntik, IUD, dan pastinya perempuan. Padahal ada satu metode kontrasepsi yang sering terlupakan, yaitu vasektomi untuk laki - laki. Solusi ini terbilang cukup sederhana, efektif, dan tidak melulu menjadikan tubuh perempuan sebagai “korban”.
Vasektomi merupakan prosedur medis untuk laki- laki, di mana saluran sperma akan dipotong agar sperma tidak keluar saat ejakulasi. Tenang, ini tidak akan membuat laki – laki jadi impoten. Ereksi dan orgasme pada laki – laki tetap terjadi seperti biasa. Perbedaannya hanya saja tidak ada sel sperma dalam cairan yang dikeluarkan.
Secara medis, ini disebut sterilisasi permanen, walaupun sebenarnya masih bisa dilakukan operasi reversal dengan peluang keberhasilan yang bervariasi. Hal inilah yang membuat persepsi masyarakat seakan kejantanan berkurang dan kehilangan hasrat seks pada laki – laki.
Faktanya efektivitas dilakukan kontrasepsi pada laki - laki jauh lebih aman dibandingkan dengan KB perempuan yang bergantung pada kepatuhan konsumsi dan jadwal. Menurut data kegagalan vasektomi hanya terjadi pada kurang dari 1% pasien.
Perawatan pasca operasi juga tidak berlangsung lama, pasien diminta untuk istirahat total 1 sampai 2 hari setelah operasi dan menghindari olahraga berat selama satu minggu. Cairan semen yang setelah 3 bulan dan 20 kali ejakulas sudah cukup untuk penetapan keberhasilan vasektomi.
Efek samping yang terjadi juga tidak menunjukkan jangka panjang yang serius, meliputi pendarahan pasca operasi (4-22%), infeksi ringan (0,2-1,5%), nyeri pada kantung pelir kronis (1-14%), rekanalisasi segera (0,2-5,3%), dan rekanalisasi lambat (0,03-1,2%).
Dilihat dari efektivitas biaya, vasektomi hanya mengeluarkan biaya yang cukup besar di awal tanpa adanya pengulangan biaya. Terbilang murah dibandingkan dengan KB perempuan yang perlu biaya berulang tiap bulan bahkan tahunan.
Vasektomi sebagai salah satu metode kontrasepsi yang baik untuk jangka panjang masih jarang dipilih. Faktor patriarki masih memadang bahwa kontrasepsi merupakan tugas perempuan, padahal perempuan sudah berjuang lebih dalam fase hamil hingga melahirkan.
Penyuluhan mengenai vasektomi dan dampaknya sudah banyak dilakukan di kalangan masyarakat, tetapi cakupannya masih belum merata. Rendahnya pengetahuan dan sikap suami menanggapi buruknya vasektomi akan membentuk stigma – stigma baru dan membentuk ketimpangan gender dalam penggunaan kontrasepsi.
Dilihat dari tanggapan positif pada suami yang telah melakukan vasektomi, menyatakan bahwa vasektomi merupakan pilihan mantap untuk kontrasepsi dan tidak ada gangguan untuk tetap berhubungan seksual dalam berumah tangga. Harapannya pengalaman tersebut dapat menginspirasi para suami dan calon suami muda untuk saling menjaga kesehatan reproduksi keluarga serta membantu mengontrol jumlah pertumbuhan penduduk dalam jangka panjang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI