Mohon tunggu...
Agus Hendri
Agus Hendri Mohon Tunggu... Lainnya - Skill in the muisc, planting, class and beyond

Menyatukan kekuatan budaya daratan/pedalaman & lautan/pesisir, mjdi sebuah kekuatan yg mendasar utk semua kalangan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memberdayakan Imajinasi dan Kreativitas

23 Agustus 2020   23:46 Diperbarui: 24 Agustus 2020   00:33 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang bijak pernah memberi nasehat jika saya ingin bepergian. "Bayangkan (khayalkan) lebih dahulu tujuan dan tempat yang hendak dituju dengan baik dengan pikiran jernih. Imajinasikan liku dan zig-zag jalan, tikungan, tanjakan, sampai jalan berlubang yang akan dilalui.

Seolah-olah kita sudah melewati semuanya dan sampai ke tujuan dengan daya imajinasi. Jika tidak merasa ada aral melintang, dengan rileks tanpa beban, berdoa, lalu berangkatlah dengan penuh kepastian sampai di tujuan," saran orang bijak tersebut.

"Tetapi bila ada gangguan berasa tak bisa mengingat atau membayangkan jalan yang hendak didahului atau tempat yang hendak dituju, urungkanlah niat," Ia beri nasehat.

Mungkin itu pengalaman spiritual-nya. Saya pun mencoba apa yang disarankannya, Alhamdulillah, daya imajinasi saya masih bisa menggambarkan apa yang pernah saya lalui dengan baik.

Lalu saya bertanya, bagaimana membayangkan sebuah tempat, bentuk atau keadaan yang belum pernah kita lalui, kunjungi, lihat atau ketahui sebelumnya?

"Dengan mencocokkan dan menghubung-hubungkan berbagai pengetahuan yang dimiliki," jawablah diplomatis.

Imajinasi

Menurut KBBI, imajinasi adalah kemampuan untuk membayangkan yang pernah ada atau pun yang akan ada sehingga mendorong manusia berkreativitas, menghasilkan pemikiran yang jernih dan mengilhami rasa kemanusiaan yang saling berterima satu sama lain. Arti pendek imajinasi adalah khayalan.

Salah satu tokoh yang memiliki perasaan dan perhatian lebih tentang imajinasi adalah Ursula K. Le Guin (novelis Amerika). Ia pernah mengatakan Imajinasi adalah alat tunggal hebat yang dimiliki manusia yang patut diberdayakan.

Di Amerika imajinasi umumnya dipandang sebagai sesuatu yang berguna sehingga dipelajari. Saat kita tidak bisa lagi menonton atau mengetahui tentang sesuatu melalui layar TV atau saluran video media sosial misalnya. Maka jalan satu-satunya adalah melihat dengan imajinasi.

Bagi kita educationist (baca:guru), bagaimana memanfaatkan imajinasi ini berguna meningkatkan kreatifitas peserta didik dalam menimba ilmu pengetahuan. Sejatinya, bermain imajinatif secara alami sudah terjadi dan tumbuh pada anak-anak, mulai ketika anak bisa berpikir konkrit sampai ia dewasa. Mulai ketika anak bisa menulis, bisa membaca, dan mau mendengarkan. Kolaborasi keterampilan dasar ini akan membangkitkan daya imajinasi anak.

Akan tetapi masa anak-anak, kebiasaan berpikir imajinatif belum maksimal, perlu diajarkan dan diperkuat sepanjang hidupnya melalui pendidikan dan pengalaman belajar. Semakin banyak pengalaman belajar yang dikumpulkan anak didik, maka daya imajinasinya akan semakin kuat dan tinggi. Jauh bisa menerawang berdasarkan dasar-dasar pengetahuan yang otentik dan ilmiah. Bukan berdasarkan logika tanpa ilmu pengetahuan.

Untuk itu anak-anak membutuhkan latihan dalam berimajinasi karena mereka juga membutuhkan latihan dalam setiap menerapkan keterampilan dasar dalam kehidupan mereka, sekarang dan akan datang. Keterampilan dasar itu untuk menguatkan fisik dan mental, untuk pertumbuhan, untuk kesehatan, untuk kompetensi, dan untuk kesenangan. Le Guin menegaskan lagi, "Kebutuhan imajinasi ini terus berlanjut sepanjang pikiran (akal) masih hidup." (lama,ya?)

Sebuah studi tahun 2007 terhadap para calon educationist, 68 persen mengatakan para murid hanya fokus menghafal jawaban yang benar daripada memikirkan jawaban secara imajinatif. Misalnya dengan pertanyaan komplek; apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan, dan di mana sebelum dan sesudah jawaban. Berarti, hanya 32 persen siswa yang menggunakan daya imajinatifnya terhadap pokok materi dan tujuan sebuah pembelajaran.

Dalam sebuah ceramahnya tentang daya kreatifitas, Sir Ken Robinson mengatakan bahwa, 'Manusia terlahir dengan kreativitas dan kita mendapatkan banyak pelajaran dari kreatifitas'. Terbukti kreatifitas hadir dan lahir tak lepas dari daya imajinasi seseorang yang terasah dengan kumpulan atau akumulasi beragam pengetahuan. (Nah, ini sobat muda berimajinasi perlu pengetahuan dasar juga, perlu landasan pengetahuan yang diajarkan di sekolah, baru nanti bisa melahirkan kreatifitas. Oleh karena itu, kita mesti sungguh-sungguh bersekolah).

Menurut Einstein, "Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Karena pengetahuan itu terbatas, sedangkan imajinasi mencakup seluruh dunia, mendorong kemajuan, melahirkan evolusi." (Wah, Bapak Einstein memang sukses menyatukan pengetahuan, imajinasi, dan berkreatifitas/berbuat sesuatu).

Sang pencetus kata-kata tersebut, Einstein, banyak melahirkan penemuan amat penting bagi semesta dan kehidupan bermula dari kekuatan imajinasinya. Ia, misalnya, 'berkhayal' soal cahaya yang bisa dibelokkan oleh gravitasi. Bahkan penemuan bom atom tak lepas dari daya imajinasinya yang tinggi.

Bagaimana menurut sobat? Apakah sobat pernah bertanya-tanya 'dalam hati' lalu berimajinasi/berkhayal pikirannya ke "mana-mana' lalu menghubung-hubungkannya dengan sesuatu hal ke hal yang lain? Itu namanya sobat sedang ber-imajinasi sesuai dengan pengetahuan sobat saat ini.

Kesimpulannya, semakin sobat banyak pengetahuan, wawasan, dan pengalaman melakukan sesuatu secara fisik berlandaskan pengetahuan, maka daya khayal/imajinasi sobat makin tinggi, jika daya khayal tinggi, intuisi pun jadi meningkat, maka akan melahirkan kreatifitas. Yaitu, dapat menemukan sendiri sesuatu belum ada atau dapat meningkatkan sesuatu yang sudah ada menjadi lebih sempurna.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun