Mohon tunggu...
Agatha Ayang
Agatha Ayang Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Perhatian dalam Proses Pembelajaran

5 Februari 2024   17:10 Diperbarui: 5 Februari 2024   17:14 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam proses pembelajaran, perhatian memainkan peran yang penting. Hal ini setidaknya tergambar dari beberapa fakta, di antaranya adalah perhatian merupakan langkah pertama di dalam proses pembelajaran. Ada sebagian orang yang gagal dalam memberikan perhatian terhadap hal tertentu, namun ada pula yang mengalami kegagalan dalam memberikan perhatian dalam berbagai hal. Padahal, kurangnya memberikan perhatian dapat menjadi masalah, baik bagi anak-anak maupun bagi orang dewasa. Secara umum, orang akan memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik perhatian mereka, dan sebaliknya.

Ada berbagai hal yang faktor yang berpengaruh pada kemampuan seseorang dalam memberikan perhatian. Misalnya rasa cemas, rasa sedih, perasaan tertekan, kelelahan, maupun saat seseorang sedang sakit atau merasa kurang sehat. Masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting di saat yang tepat. Namun demikian, setiap orang memiliki kemampuan untuk mengatur bagaimana mengatasi masalah mereka memusatkan perhatian terhadap sesuatu.

Pertanyaan yang muncul adalah, apakah perhatian itu? Menurut John Ratey (2001), perhatian itu lebih dari sekedar merespon rangsangan yang muncul. Menurutnya, perhatian melibatkan sejumlah proses, termasuk menyaring persepsi, menyeimbangkan persepsi yang berbagai macam, dan mengaitkan emosi yang signifikan terhadap persepsi-persepsi tersebut.

Dalam proses pembelajaran, perhatian merupakan langkah pertama. Kita tidak dapat memahami, mempelajari, atau mengingat sesuatu jika kita memberikan perhatian. Secara teoritis, Levine (2002) membuat suatu kerangka konsep untuk memahami proses perhatian dan apa yang terjadi pada peserta didik apabila gangguan perhatian pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut Levine, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan perhatian dalam pembelajaran, yakni kewaspadaan dan kegairahan, selektivitas dan penentuan makna penting, gangguan, waktu pemberian perhatian, pratinjau dan perencanaan, pemantauan diri dan pengaturan mandiri, kebutuhan stimulasi dan gerakan tubuh.

Kewaspadaan adalah langkah awal dalam proses perhatian. Jika peserta didik  akan melakukan sesuatu, atau mendengarkan guru menyampaikan pembelajaran, hal pertama yang mereka perlukan adalah perasaan waspada dan memiliki kegairahan. Dengan kata lain, kita perlu merasa baterai kita terisi, seolah otak kita punya energi. Otak kita juga memerlukan energi mental jika kita ingin berpikir.

Langkah selanjutnya dalam proses perhatian disebut selektivitas. Setiap saat proses pembelajaran berlangsung, ada banyak sekali rangsangan yang berpotensi mampu menarik perhatian peserta didik. Untuk itu, mereka hendaknya mampu memutuskan mana yang paling penting. Jika suatu rangsangan (stimulus) bersifat menonjol, maka stimulus tersebut menonjol di antara rangsangan lainnya.

Untuk memilih rangsangan paling penting atau menonjol yang perlu diperhatikan peserta didik pada saat tertentu adalah menyaring atau mengabaikan hal-hal lain di sekitar yang mungkin mengalihkan perhatian. Gangguan mungkin bersifat visual maupun auditif. Bisa jadi ganggauan tersebut berasal dari tubuh sendiri, seperti rasa lapar dan bahkan gangguan yang berasal dari pikiran sendiri.

Begitu peserta didik memutuskan apa yang harus mereka perhatikan dan menyaring gangguan dalam pembelajaran, mereka harus memberikan perhatian dalam jangka waktu yang tepat, tidak terlalu lama dan tidak terlalu singkat. Ini disebut durasi perhatian. Levine juga menyebut hal ini sebagai pemeliharaan focus, yakni mempertahankan atau tetap fokus.

Komponen perhatian yang kelima disebut pratinjau. Pratinjau dapat dianggap sebagai refleksi dan perencanaan. Sebelum peserta didik memutuskan untuk melakukan sesuatu, mereka hendaknya perlu mempertimbangkan semua kemungkinan tindakan yang dapat kita lakukan dan memutuskan tindakan mana yang terbaik mengingat situasi spesifik yang mereka hadapi.

Komponen perhatian yang keenam disebut self-monitoring atau self-regulation, dan merupakan masalah pengendalian kualitas. Komponen ini melibatkan pemeriksaan atas tugas-tugas pembelajaran yang sedang berlangsung, menilai kemajuannya, dan membuat penyesuaian bila diperlukan. Selanjutnya, ini melibatkan peninjauan tugas setelah selesai dan memastikan bahwa tugas tersebut dilakukan dengan benar. Singkatnya, pemantauan diri dan pengaturan diri adalah “mengawasi” diri kita sendiri melakukan sesuatu saat kita melakukannya.

Faktor lain yang berhubungan dengan perhatian antara lain kebutuhan akan rangsangan dan kebutuhan gerak tubuh. Ada teori dalam psikologi yang menyatakan bahwa kita semua memiliki apa yang disebut sebagai tingkat gairah yang optimal. Artinya, kita masing-masing mempunyai tingkat rangsangan tertentu yang paling nyaman bagi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun