Mohon tunggu...
Fuziansyah Bachtar
Fuziansyah Bachtar Mohon Tunggu... Lainnya - Pemburu hikmah kehidupan

Pemburu hikmah kehidupan, dengan merenungi ayat-ayat di alam semesta dan di kitab suci, dan mengkaji perjalanan sejarah manusia

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hikmah Puasa (5) - Meningkatkan Kecerdasan Sosial

2 Mei 2022   05:38 Diperbarui: 2 Mei 2022   06:07 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Hikmah Puasa (5) – Meningkatkan Kecerdasan Sosial 

Salah satu hikmah dari puasa, selain meningkatkan kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan fisik (PQ), kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan spiritual (SQ), juga diharapkan meningkatkan kecerdasan social (Social Intelligence). Ya! Dengan berpuasa umat Islam yang mampu akan merasakan rasa lapar dan haus. Dengan demikian bisa meningkatkan rasa empati kepada saudara-saudaranya yang fakir miskin dan kekurangan.

Di bulan puasa Ramadhan ini pula umat Islam sangat dianjurkan untuk infaq dengan membagikan sebagian hartanya kepada karib kerabat, anak yatim, fakir, miskin, dan orang-orang yang membutuhkan bantuan. (QS 2:177) Bahkan Nabi Muhammad SAW yang sudah terkenal dermawan akan lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. 

Puncaknya, di akhir Ramadhan, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat fithrah, wajib dilakukan sebelum melakukan sholat Id, untuk diberikan kepada fakir miskin agar mereka bisa merayakan hari Idul Fithri dengan berbahagia dengan adanya makanan yang cukup. Ketentuan ini sifatnya wajib, berlaku bagi seluruh umat Islam, baik yang sudah tua maupun bayi yang baru saja dilahirkan sebelum dilaksanakannya shalat Idul Fithri.  

Berbicara tentang tujuan puasa alias takwa, maka ada satu lagi penggalan ayat dari Al-Quran yang penting dibahas, yang menjelaskan tentang sifat orang-orang bertakwa, yakni di surat Ali Imran 3:133-136.

 Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

 (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan,

dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.

Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan (itulah) sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.

(QS Ali Imran 3:133-136)

Bisa dibaca dari ayat-ayat ini adalah sisi kecerdasan sosial dalam bentuk akhlak. Pertama, mereka sangat dermawan, mereka mudah sekali memberikan infak, baik di saat lapang maupun di saat sempit.

Kemudian, mereka juga tidak berangasan, mereka cenderung menahan amarah dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Ini adalah satu sikap yang tidak mudah khususnya ketika kita berhak dan sewajarnya marah. Dalam berinteraksi sosial, sangat lumrah terjadi yang namanya perbedaan pendapat, miskomunikasi, yang bahkan sampai melahirkan perdebatan atau bahkan pertengkaran. 

Apalagi ketika kita dalam posisi dilanggar haknya dan berada di posisi di atas. Inilah pentingnya kecerdasan sosial dalam bentuk menahan marah. Dan orang-orang yang bertakwa mampu mengendalikan emosinya untuk tidak mudah marah. Puncaknya adalah memberi maaf atas kesalahan orang lain. Dan ini juga bukan hal mudah.

Dahulu ada seorang salafus shalih bernama Ali bin Husain Zainal Abidin bin Ali bin Abi Thalib, yang juga cicit Nabi Muhammad SAW, yang mempunyai seorang budak yang bertugas menyiapkan air wudhu. Suatu hari sang budak melakukan kesalahan dengan dengan menumpahkan air tanpa disengaja ke kepala dan pakaian tuannya. 

Langsung Ali bin Husain memandang budaknya dengan wajah kesal tanda kurang suka. Segera saja sang budak membacakan ayat Al-Qur’an dari surat Ali Imran 134 di atas, “dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain”.

Sontak sang majikan tersadar dan langsung beliau menahan amarahnya lalu memaafkan kesalahan budaknya. Kemudian sang budak melanjutkan ayat tersebut, “Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebajikan.”. Mendengar itu beliau segera membebaskan sang budak saat itu juga. Demikian momen keindahan interaksi antara seorang budak yang hafal Al-Qur’an dengan tuannya yang bertakwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun