Mohon tunggu...
Afrokh Azka
Afrokh Azka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Walisongo Semarang

hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Problematika Dakwah di Kalangan Milenial

25 Mei 2024   22:45 Diperbarui: 26 Mei 2024   19:43 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perkembangan literatur Islam online semakin meningkat. Literatur online mengacu pada semua pengetahuan agama yang tersedia secara online melalui website yang dicari melalui mesin pencari Google dan disebarkan melalui media sosial. Jadi bukan hanya sebatas buku elektronik atau e-book. Artikel ini menjelaskan dinamika dakwah Islam yang dialami da'i dalam menghadapi era yang semakin modern. Artikel ini fokus pada cara berdakwah di era Milenial dengan mempersiapkan para da'i agar lebih memahami dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu memanfaatkan berbagai media komunikasi dan informasi yang banyak digunakan oleh generasi milenial. Hebat sekali Media dapat dengan mudah dan cepat mengubah tatanan kehidupan masyarakat. Sejumlah besar orang yang sebelumnya tidak paham kini menjadi paham dengan informasi yang membanjiri media. Pada kesempatan tersebut, dakwah juga dapat dilakukan di berbagai media massa.

Generasi Milenial terdiri dari orang-orang yang lahir antara tahun 1980 dan 2000. Generasi milenial identik dengan masyarakat yang memanfaatkan teknologi dan media modern secara maksimal. Bahkan teknologi dan media modern sudah menjadi kebutuhan hidup generasi milenial. Di Era Milenial ini, kewenangan ulama tidak lagi dalam mengajarkan agama Islam. Masyarakat dapat mempelajari agama Islam kapanpun, dimanapun, dan dengan berbagai cara. Masyarakat saat ini tidak hanya mengandalkan ulama sebagai satu-satunya sumber ilmu agama. Masyarakat dapat menggunakan handphone bahkan internet merupakan media yang sangat mudah dan nyaman untuk mempelajari berbagai topik keagamaan, dari topik yang sederhana hingga yang rumit mengenai ibadah, menjadikan segala sesuatunya sangat sangat mudah untuk diketahui dan dipahami.

Dalam berdakwah di zaman sekarang, konten yang disampaikan da'i kepada remaja harus bersumber dari Al-Quran dan Hadits yang bertujuan agar remaja dapat mencintai Islam, berperilaku muslim, dan berwawasan Al-Quran. Tuntutan usia remaja sangat dominan. Oleh karena itu, materi disusun juga harus sesuai dengan perkembangan zaman. Bahan yang disiapkan harus mudah dicerna. Remaja mempunyai bahasa tersendiri dalam percakapan sehari-hari bahkan mempunyai ambisi untuk menggunakan kata-kata yang populer, walaupun terkadang mereka sendiri malah tidak memahami nya. Remaja memiliki akses terhadap media sosial dan jaringan internet, dan peningkatan internet serta kemajuan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan dalam metode dakwah.Kini para da'i dan juru dakwah mulai memanfaatkan kemajuan  teknologi informasi untuk menyampaikan dakwah. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, upaya kegiatam dakwah dapat dilakukan dengan insentif yang lebih besar dan menyebar ke jaringan yang lebih luas.

Teknologi informasi dan komunikasi yang canggih dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan dakwah. Dakwah dan teknologi tidak dapat dipisahkan. Penyampaian dakwah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, termasuk dengan memanfaatkan media sosial agar penerimaannya lebih luas dan cepat. Hal ini meningkatkan efektivitas optimalisasi dakwah baik dari segi waktu, biaya, dan proses. Akibat pengaruh kehidupan modern, umat Islam semakin mengikuti tren perubahan, tidak hanya orang tuanya, tetapi juga remaja dan anak-anak. Isu-isu ini juga dimasukkan ke dalam sistem dakwah yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan Da'i dan dakwah di Indonesia.

Saat ini proses penyebaran informasi dan dakwah tidak hanya dilakukan secara langsung, namun juga melalui jejaring sosial seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan Facebook. Namun berdakwah di era milenial saat ini tentu mempunyai tantangan tersendiri. "Tantangan dakwah di era milenial adalah para da'i dapat menggunakan dan menguasai bahasa agama sebagaimana kaum milenial, tanpa melanggar norma, referensi dakwah yang valid, dan argumentasi yang kuat untuk menguasai sumber yang komprehensif. Karena generasi milenial sangat kritis dan sering mengecek data melalui search engine yang tersedia dan mahir dalam penggunaan media sosial. Pemanfaatan media sosial sebagai sarana penyebaran informasi mempunyai banyak implikasi terhadap pendidikan moral remaja. Hal ini mencakup beradaptasi dengan masyarakat, bersosialisasi, belajar mengatasi masalah, membangun jaringan pertemanan, dan berpartisipasi dalam memfasilitasi kegiatan belajar.

"Pemuda Hijrah" atau "shift" sangat sama dengan para pengikut akun Instagram dari ustadz Hanan Attaki.  Hanan Attaki mempunyai sistem ajakan yang ringan, gampang di cerna serta dekat dengan aktivitas generasi milenial.  Perkembangan teknologi, infromasi serta komunikasi membuat seseorang da'i bisa berimprovisasi dengan keadaan lain yang lebih menarik buat disimak. Akun Instagram Ustadz Hanan Attaki mengajak masyarakat untuk berhijrah menjadi mukmin yang baik, namun belum terlambat di era milenial yang semakin populer ini. Saat menyampaikan materi pada setiap pembelajaran, ia memilih topik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Beliau selalu mengajarkan untuk mengamalkan ilmu agama Islam. Ustadz Hanan Attaki memberikan motivasi pendidikan dalam kelompok tersebut. Nasihat berupa pergaulan dalam kehidupan, aturan hidup, motivasi untuk berbuat baik, dll.


Seiring dengan semakin majunya teknologi informasi, ketersediaan informasi merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang yang hidup di zaman modern ini, dan semakin memudahkan kehidupan sehari-hari. Namun penggunaan informasi di media sosial tidak selalu memberikan dampak positif, namun ada juga dampak negatif seperti berita bohong, pornografi, dan perundungan. Oleh karena itu, wajib untuk selalu objektif dan dapat diandalkan dalam menyebarkan informasi. Salah satu ciri media sosial adalah keterbukaan, karena basis media sosial adalah keterbukaan terhadap masukan dan partisipasi. Ini memungkinkan Anda untuk memilih, berkomentar, dan berbagi informasi. Jarang terjadi hambatan dalam mengakses atau membuat konten di media sosial.

Sumber : 

Zulaecha, N. N., Hafidz, H., Pertiwi, B. N. O., & Nashihin, H. (2023). Pemanfaatan Media Sosial Sebagai Dakwah Digital Dalam Penyiaraan Agama Kalangan Kaum Milenial Di Instagram (Ustadz Hanan Attaki). Attractive: Innovative Education Journal, 5(2), 534-547.

Hidayatulloh, M. T., & Sahid, K. A. (2020). Geliat Dakwah Kalangan Milennial Terdidik: Membaca Arah Penyebaran Informasi Keagamaan Melalui Gawai. Harmoni, 19(1), 132-148.

Sukmaeni, S., Nuryanti, R., & Setiabudi, D. I. (2023). Daya Tarik Dakwah Digital Sebagai Media Penyiaran Agama Islam Untuk Generasi Milenial. Relinesia: Jurnal Kajian Agama dan Multikulturalisme Indonesia, 2(1), 46-58.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun